Pukul satu pagi, Dafa mematikan layar handphone setelah bercakap ria dengan ketiga masnya itu. Cowok itu merunduk, kembali memperhatikan buku tebal berisi soal latihan yang sedang ia isi sejak tadi.Tak terasa saking fokusnya, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Ia terlalu asik belajar mengerjakan soal-soal olimpiade.
Ya, itu mimpinya. Dafa bermimpi untuk mendapatkan medali emas olimpiade matematika. Atau paling tidak ia bisa jadi perwakilan Indonesia di tingkat internasional. Dia juga ingin keliling dunia gratis melalui ajang olimpiade itu, siapa tau kan?
Dafa menanamkan dalam hati untuk melanjutkan impian Mahesa yang saat kelas 7 juga pernah ikut olimpiade matematika. Namun gagal saat seleksi untuk masuk tingkat provinsi.
Ting!
Notif masuk. Dafa menyerngit kecil. Siapa yang mengirimi pesan jam segini?
Mahesa : dek tidur
Mahesa : mas tau kamu masih belajar
Dafa tersenyum kecil membaca pesan personal untuknya. Lalu tangan lentiknya mengetik sesuatu.
Dafa : iya mas, tau aja ni dedek blm bobo
Setelah menjawab itu, Dafa benar-benar ingin tidur. Rasanya punggungnya sudah sangat pegal. Kemudian Dafa merapihkan peralatan belajarnya dan berjalan menuju kasur.
Baru saja pantatnya mendarat di kasur kesayangannya. Tiba-tiba ada suara ketukan di pintunya. Dafa tersenyum kecil. Pasti Mas Mahe, pikirnya.
Buru-buru Dafa membuka pintu kamarnya. Dan yang ia dapati hanya seorang Dimas dengan muka sangarnya sembari mendekap guling di dadanya.
"Ngagetin nih! Gue kira Mas Mahe!" Protes Dafa yang hampir saja berteriak kaget melihat Dimas yang semakin malam semakin seram.
"Bapak lo Mas Mahe," sewot Dimas tak karuan. "Minggir, gue mau tidur." Usirnya seraya mendorong Dafa ke samping supaya dirinya bisa masuk ke dalam.
"Dih apa-apaan?!" Sergah Dafa tak sudi. Cowok itu menarik kerah baju belakang Dimas. "Balik ke alam lo sono!"
Dimas yang ditarik keluar jadi memberontak. Ia pun berlari lalu melompat ke atas kasur Dafa. Tak peduli dengan Dafa yang sudah mencak-mencak mengusir dirinya.
"Tinggal tidur di sebelah gue kenapa sih??? Rempong banget kayak emak-emak." Sahut Dimas sebal dengan mata tertutup.
Dafa menghela nafas kasar. Tanpa pikir panjang lagi, Dafa ikut tidur di samping Dimas. Walau hatinya bertanya-tanya kenapa Dimas ke kamarnya. Pasti masnya ini ada masalah sampai tak ingin tidur sendiri.
Awalnya mereka berdua tidur saling membelakangi. Namun ada suatu hal yang membuat Dafa tak bisa tidur. Jarang-jarang Dimas seperti ini, numpang tidur. Apa jangan-jangan???
"Mas, di kamar lo ada setan ya? Apa ada tikus? Kan kamar lo deket dapur."
Dimas tak menjawab. Malah Dafa jadi ketar-ketir takut masnya sudah tak ada nyawa. Karena tak mau mati penasaran, Dafa membalikkan tubuhnya menjadi telentang. Matanya melirik punggung Dimas yang ternyata masih bernafas dengan teratur. Dafa jadi bernafas lega.
"Mas Dim. Nggak jawab berarti mati." Pancing Dafa supaya Dimas menoleh. Cuman itu satu-satunya cara untuk mengambil perhatian Dimas. Dengan menguji kesabarannya.
"Lo yang mati besok," Dimas menjawab dengan posisi menghadap tembok. Matanya tak terpejam sejak tadi sebenarnya.
"Kalo sewot berarti lo normal." Balas Dafa sambil cekikikan karena berhasil memancing emosi Dimas. "Kenapa sih, Mas? Tiba-tiba banget?" Tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1M3D ✔
FanficKeseharian si empat bersaudara. 🔼Lokal, au! Non baku 🔼BUKAN BxB!!! 🔼Start : 12-07-19 🔼End : 27-10-20