5 bulan kemudian...
"DAFA! DARIMANA AJA LO HA? GUE TELPONIN DARITADI ANJIRRRR!"
Pekikan itu membuat tangan Dafa dengan refleks menjauhkan ponselnya dari telinga.
Cowok itu memejamkan mata, telinganya masih berdenging. Kemudian ia mengambil nafas dalam, lalu membalas panggilan itu tak kalah kencang.
"APA SIH APA BERISIK BANGET? DATENG-DATENG TERIAK!"
Dimas, si pelaku yang barusan berteriak sampai membuat telinga Dafa berdenging tertawa keras karena berhasil membuat adiknya terpancing emosi.
"Dah rapih belom lu?" Tanya Dimas yang membuat Dafa mengerutkan dahinya.
"Dih? Tumbenan lo nanya begitu?" Celetuk Dafa keheranan. "Lo nanya begitu tuh, bukan lo banget tau Dim,"
"Ya kan siapa tau lo baru bangun, belum siap-siap sekolah."
"Iya iya, tapi kan aneh aja lo nanya begitu. Kangen kan lo?"
"Mupeng banget lo, Daf. Gue tadi denger-denger, ayah mau beliin lo tiket pesawat. Makanya gue nelpon."
"Eh? Serius?" Mata Dafa langsung membulat sampai tidak berkedip.
"Kalo gak salah loh ya." Kata Dimas ngeri salah. "Kayaknya lo bakal dipulangin deh. Soalnya ada yang mau nikah, lo kudu dateng."
"Hah? Mas Mahe udah mau nikah?"
"Ngaco anjir, ya kaliii!"
"Ya terus siapa dong??! Nggak jelas banget ngasih infonya! Daripada gue nebak elo yang nikah, kan lebih nggak masuk akal!"
"Inget Mbak Rasmah, nggak lo? Dia lulus pesantren bakal langsung nikah!"
"HAHHH? SERIUS MBAK RASMAH YANG KITA REBUTIN DULU, DIM?"
"Iya, njir, kaget kan lo? Gue apalagi."
"Ih tapi kok elo bisa tau? Terus—SEJAK KAPAN MULUT LO JADI LAMBE GINI??????"
Dimas tertawa, ia juga baru tersadar kalau mulutnya yang dingin sudah mulai melambe-lambe.
"Ini kayaknya gara-gara Mba Yuyu deh." Tebak Dimas masih berpikir sejak kapan dan karena siapa ia bisa jadi seperti ini. "Lo tau kan, semenjak ibu sakit, ibu langsung nyari pembantu buat ngerapihin rumah."
"Terus terus?"
"Diantara gue, Mas Damar, sama Mas Mahe, kan gue yang paling sering di rumah. Mereka berdua sekarang sibuk banget. Terus gue bingung mau isengin siapa, jadinya—"
"Jadinya lo isengin Mbak Yuyu? Gile,"
"Kagak, bego. Yakali gue isengin orang tua. Jadinya tuh gue ngajak ngobrol Mba Yuyu. Dia juga suka cerita-cerita, adaaaa aja topik."
"Oooh, terus lo kebawa lambenya Mbak Yuyu?"
"Iya kayaknya deh. Kenalan dia banyak banget ya anjir. Gue kaget dia kenal Bang Oki, OB sekolah kita."
"Mantap, semoga pas gue balik Mbak Yuyu masih kerja di rumah. Gue juga kangen ngegossip."
"Yaudah sono belajar, gue mau main,"
"Lah, lo nggak sekolah?"
"Libur, guru-guru rapat."
"Ih enak banget!"
"Makanya sekolah di sini aja. Begayaan pake ikut student exchange."
"YAUDAH SIH, IRI BANGET LO."
Tiiiittt
Dafa menekan tombol merah pada layar handphonenya. Cowo itu jadi mengembungkan pipinya sebal. Kesal kenapa Dimas tidak berubah, masih tetap menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1M3D ✔
FanfictionKeseharian si empat bersaudara. 🔼Lokal, au! Non baku 🔼BUKAN BxB!!! 🔼Start : 12-07-19 🔼End : 27-10-20