"Mas Dim, ngapain?"
Dafa yang baru saja keluar dari kamarnya langsung disuguhi wajah suntuk Dimas. Cowok itu sedang menumpu badannya dengan kedua tangan di samping badan dan juga ujung kaki yang ikut menahan tubuhnya.
"Plank," jawab Dimas tanpa menoleh.
"Plank? Plankton? Planga plongo?" Tanya Dafa disertai tawa yang 100% membuat Dimas geram.
"Ngomong sekali lagi, gue tendang lo," ancam Dimas seraya melengos malas.
Dafa mengedikkan bahunya tinggi, sudah kebal dengan ancaman-ancaman Dimas. Tanpa merasa takut, Dafa berjalan mendekat ke sosok Dimas yang masih fokus menjalankan aktivitasnya. Kemudian ia dengan sengaja mendorong Dimas sampai berguling kesamping.
"Bangsat," umpat Dimas refleks. Cowok itu dengan cepat bangkit dari jatuhnya, lalu buru-buru mengejar Dafa yang sudah berlari ke kamar ibu dan ayah.
"IBUUUU! MAS DIM NGOMONG KASAR!" Pekik Dafa seraya mendobrak kamar orang tuanya. Namun nihil. Tak ada siapapun di dalam sana.
"Mampus ibu sama ayah ke dokter," sahut Dimas dari belakang. Lalu cowok itu langsung memiting leher sang adik.
"Aduh aduh, Dim, sakit!" Keluh Dafa yang berusaha melepaskan lengan Dimas dari lehernya.
Dimas berdecak keras. "Gue sumpahin lo gak ikut pertukaran pelajar," gerutu Dimas seraya pergi meninggalkan Dafa.
Mata Dafa melotot begitu mendengar Dimas menyumpahi dirinya. Ia pun berbalik dan bergegas mengejar Dimas ingin meminta maaf. Tiba-tiba ia merasa berdosa.
"Mas, doanya jangan gitu dong! Dafa minta maaf deh, tapi doainnya jangan yang aneh-aneh!"
"Minta maaf apaan kayak begitu?" Dimas menyindir seraya menoleh ke belakang dimana Dafa yang mengikuti dirinya menaiki tangga.
"Ya udah sih, emang kalo—"
"Ada apa pagi-pagi berisik?" Suara Mahesa dengan halus memberhentikan perdebatan kedua adiknya itu. "Mending kalian kalo mau ribut di kamar Damar aja, biar anaknya bangun." Saran si sulung dengan kacamata bertengger di hidungnya. Cowok itu sibuk membaca buku novel yang kemarin ia beli.
Dafa terdiam sejenak. Lalu ia menganggukkan kepala. Menyetujui saran Mahesa untuk berdebat dengan Dimas di dalam kamar Damar. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Dafa pun bergerak ke arah kamar Damar. Tinggal satu langkah lagi, tiba-tiba pintu kamar Damar terbuka cepat.
Brak!
Tubuh Dafa terlonjak kaget. Tangan kirinya refleks memegang dada, sedangkan tangan kanannya memukul Damar.
"Ih! Kaget tau mas!" Protes Dafa kesal.
"Selamat Daf!" Ucap Damar yang tidak merespon kekesalan Dafa.
Dengan wajah yang sumringah, Damar secara mendadak memeluk badan bongsor Dafa dengan erat. Tangannya pun bergerak ke atas dan ke bawah, mengelus punggung Dafa untuk mengalirkan rasa bahagianya.
"Selamat apa deh, Mas?" Tanya Dafa masih tidak paham.
"Loh kamu belum tau?" Damar bertanya balik. Kemudian ia melepaskan pelukannya.
Dafa menggeleng.
"Tadi aku cek website pengumuman. Dan kamu lulus tes! Akhir bulan kamu udah bisa ikut student exchange, Daf!"
"Ha????"
"Seriusan?!?!?"
"Iyaaaa!"
Begitu mendengar penuturan Damar, Mahesa langsung menutup bukunya dan segera menghampiri Dafa. Tidak berbeda jauh dengan kedua abangnya, Dimas juga langsung berlari dan melompat ke atas badan Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
1M3D ✔
FanfictionKeseharian si empat bersaudara. 🔼Lokal, au! Non baku 🔼BUKAN BxB!!! 🔼Start : 12-07-19 🔼End : 27-10-20