11 - Futsal Addict

217 37 7
                                    


Hidup tanpa futsal, bagai pake baju tanpa pake celana. Hampa sekaligus dingin.

Itulah prinsip Damar.

Damar Astaguna, penggemar sepak bola nomor satu. Dia netral, semua tim ia dukung. Liga spanyol, liga inggris, sampai liga gojek pun dia tonton. Damar paling bersemangat jika pertandingan Indonesia dengan negara lain. Benar-benar teriakan gol nya bisa sampai keluar rumah saking kencangnya.

Damar itu tak bisa lepas dengan bola. Dia sudah seperti punya ikatan tersendiri dengan bola. Dulu saat SD ketika Damar pulang sekolah, sepanjang perjalanan kakinya selalu sibuk menggiring bola. Tak hanya pulang sekolah, di dalam rumah Damar juga bermain bola sampai dimarahin habis-habisan oleh ibunya. Hobinya pun menonton Kapten Tsubasa. Bahkan impiannya juga ingin seperti Kapten Tsubasa.

Aneh memang.

"Mar, disamper noh," kata Dimas memberitahu. Cowok itu menendang pelan kaki Damar yang tertidur di atas karpet depan TV.

"Hm?" Gumam Damar setengah sadar.

"Disamper dih, bangun!" Ulang Dimas lagi tak sabaran.

"Yaudah suruh masuk aja. Bolanya ada dideket jemuran," balas Damar sok tau, ia malah mengganti posisi tidurnya. "Bilangin nanti gue nyusul," katanya lagi membuat Dimas melengos.

"Lo di samper cewek, bodohhh." Umpat Dimas semakin kesal.

"Hah? Sumpah demi apa?" Latahnya kaget sampai terduduk dengan mata membulat besar.

Damar segera berdiri sambil mengucek-ngucek mata. Kemudian bergerak cepat keluar rumah karena tak enak membuat seseorang menunggunya di luar.

"HEYOOO WHAT'S UP!!!"

Damar mendelik mendengarnya. "Ngapain sih, Yan?" Tanya Damar ke Qian yang sedang duduk manis di motornya.

"Gue dateng malah digituin, suruh masuk kek." Jawab Qian ketus.

"Lo mau ngapain?"

"Ngajakin lo pergi,"

"Kok nggak bilang?"

"Lah barusan bilang kok."

"Apaan sih???" Lagi-lagi Damar mendelik heran. "Nonton apa?"

"Bola,"

"Dimana dimana???"

"Giliran bola semangat, huuu!!!" Qian menyoraki Damar dengan tatapan sinis yang kemudian hanya dibalas kekehan oleh Damar. "Di lapangan deket sekolah, ada sparing,"

"Oh iya, gue kan juga diajakin sparing. Yaudah tunggu dulu," Damar menepuk jidatnya pelan. Setelah itu Damar langsung berlari ke dalam rumah.

Sekembalinya Damar kehadapan Qian, cowok itu sudah berpakaian cukup rapih dengan baju dan celana futsal yang di double dengan jaket denim.

Mereka berdua pun berangkat dengan Damar yang menyetir dan Qian duduk di belakang nya.

"Tumben diem aja, Yan." Tegur Damar saat menyadari garis muka Qian yang nampak cemas dan selalu mengalingkan wajah. "Sakit ya?"

Qian menggeleng. "Lo cakep sih kalo udah pake baju futsal, gue jadi deg-degan kan...." ceplosnya terlalu jujur.

Damar tak menjawab, tetapi anak ini diam-diam melirik ke bawah memperhatikan pakaiannya.

Yang cakep baju gue apa muka gue sih? Batin Damar dalam hati.

"Buruan napa, Mar, lo udah ditelfonin daritadi." Celetuk Qian merubah topik dengan cepat. Cewek itu kebetulan disuruh Damar untuk memegang hapenya.

1M3D ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang