30

5.7K 188 12
                                    

"Kau terlambat setengah jam, Luc. Aku pikir kau tidak akan datang." Caress meraih lengan Luc dan bersandar di bahu pemuda itu.

Luc tersenyum dan membalas Caress dengan usapan lembut di pungung gadis itu,"aku pasti datang. Maaf membuatmu cemas."

"Hei, Luc. Apa kabar?" Ujar Jane sepupu Caress yang sudah menikah begitu lulus SMU.

"Oh, halo. Lama tak berjumpa, ini putrimu?" Luc membuka selimut bayi itu dan melihatnya tertidur lelap. Menyentuh pipinya yang masih begitu lembut.

"Kau lupa ya, bayiku laki-laki. Seorang jagoan." Ujar Jane terkekeh.

"Eh, maaf aku tidak ingat. Dia tampan sekali. Kau datang sendiri?"

"Tidak. Aku bersama ibuku, Teodore sibuk dengan bisnisnya." Wajah Jane cemberut.

"Tak masalah, hidupmu akan jauh lebih mapan." Luc tersenyum dan mengusap lembut jemari kecil bayi itu.

............

Luc menatap ke seantero ruangan. Namun ia tidak melihat Roland apalagi Claire. Berkali-kali pandangannya melihat ke luar namun ia tetap tidak menemukan mereka.

"Apa dia akan datang?" Suara ibu Caress mengejutkan Luc. Wanita itu menatap kekasih putrinya dengan tajam.

"Siapa?" tanya Luc lirih.

"Claire, apa kau mengundangnya?"

"Caress tidak memberitahuku soal itu. Jadi aku..." Luc menghentikan kalimatnya karena Caress tiba-tiba saja muncul dan memberinya tanda untuk diam.

"Katakan padaku apa terjadi sesuatu dengan dia?" Kecemasan mulai terlihat di wajah wanita itu.

"Mom, aku sudah bilang tadi. Dia tidak ada di kota ini." Caress memeluk ibunya dan mengecup pipi wanita itu.

"Kalau dia pergi apalagi sejauh itu, kenapa tidak datang dan berpamitan padaku? Claire selalu menemuiku sebelum pergi."

"Dia terburu-buru, mom. Oh, lihat orangtua Luc datang." Seru Caress dan wanita itu berjalan meninggalkan mereka untuk menyapa tamunya.
.........

"Kau sungguh tidak mengundangnya?" tanya Luc dengan mengerutkan kening. Caress hanya menggeleng.

"Aku tidak mau membicarakan itu."

"Tapi, Caress. Dia Claire - sahabat yang amat kau sayangi."

"Maksudmu gadis yang kau sukai?" Caress menatap tajam, mata gadis itu melebar dan rahangnya mengeras.

"Apa?" Luc terkejut dengan perkataan Caress. Jadi semua ini karena dia. Luc terlihat berpikir.

"Kau cemburu kepadanya? Karena itu kau melakukan semua ini?"

"Tanyakan itu pada dirimu sendiri."

"Caress, dengar. Aku tidak berbuat apapun yang pantas kau cemburui. Dan Claire, dia tidak berhak menerima itu darimu. Dia tidak bersalah!" Suara Luc mengeras sekalipun ia sudah berusaha menahannya.

"Lihat, kau membela dia dan membentakku di hari pertunangan kita. Apakah itu pantas? Lalu semua salahku?" Caress terlihat frustasi dengan semua perkataan Luc.

"Aku hanya ingin menjelaskan padamu kalau tidak ada hubungan spesial diantara kami. Itu saja."

"Lalu, di mana gelangmu? Gelang yang kau sebut keberuntungan itu? Gelang yang tidak pernah lepas dari tanganmu.  Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya." Caress meraih tangan Luc namun matanya tidak beralih dari mata Luc.
Pemuda itu terdiam, membuang pandangannya dari tatapan Caress dan mengacak rambutnya asal.

"Itu....aku...."

"Aku sudah melihatnya. Claire memakai gelang itu. Kau juga membawanya masuk ke dalam rumahmu, kan?"

"Tidak. Aku tidak membawanya masuk." Elak Luc dengan terbata.

"Kalau tidak, bagaimana mungkin ponselnya tertinggal di dalam rumahmu, Luc. Kau lupa kalau aku mengambil ponsel itu dan memberikan padanya? Malam ketika kau bersamanya di dalam satu mobil? Kau berdusta!"

"Ayolah, Caress. Aku hanya menolongnya. Sepertinya aku sudah menjelaskan padamu hari itu kenapa dia bersamaku, kan?" Luc meraih bahu Caress mencoba mendekati gadis itu. Namun Caress menolak.

"Kau sengaja mencarinya, Luc. Itu bukan kebetulan. Kau peduli padanya, ya...kau boleh peduli kepada siapapun tapi pedulimu untuk Claire itu berlebihan. Jadi salahkah kalau aku marah dan cemburu?"

"Baiklah, aku minta maaf."

"Hanya itu? Katakan apa kau masih mencintaiku sekarang?"

Luc menarik napas sedalam-dalamnya, memejamkan mata dan akhirnya berkata,"Ya. Aku mencintaimu. Dan akan selalu begitu."

"Kenapa?" tanya Caress.

"Karena kau Caress. Sudah pernah kukatakan aku menyukaimu sejak pertama melihatmu, kan? Apa lagi?" Suara Luc terdengar putus asa.

"Baiklah, Luc. Bagaimanapun juga aku hanya tidak ingin kau berubah. Jauhi gadis itu. Kumohon."

...........

Suara tepuk tangan mengiringi cincin yang melingkar di jari manis Caress dan Luc. Luc mencoba tersenyum. Pemuda itu mengecup kening Caress dan sekali lagi menatap wajah ayahnya yang terlihat bahagia. Hanya itu. Luc tidak ingin membuat ayahnya terluka.

"Luc, entah aku merasa bahagia atau sedih. Kita baru saja bertengkar dan sekarang kita bertunangan. Apa kau merasa ini seperti lelucon?" Caress berbisik di telinga pemuda itu.

"Caress, aku sudah minta maaf tadi."

Caress tersenyum kecil, menangkupkan  kedua tangannya ke pipi pemuda itu dan mengecup bibirnya lembut,"jangan pernah aku melihatmu bersama wanita lain. Siapapun itu."

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang