35

4.6K 177 2
                                    

Caress terdiam, sebenarnya ia tidak tahu harus mulai dari mana. Caress bukanlah gadis yang mudah dekat dengan siapapun. Ia cenderung hidup dengan menjaga jarak dan memilih posisi di tempat yang aman.
Gadis itu menatap Roland yang sekarang tersenyum kepadanya, sedang jemarinya memainkan bibir gelas jus berulang kali.

"Oh, ya. Selamat untuk pertunanganmu." Roland mengulurkan tangannya dan Caress menyambut uluran tangan itu.

"Terimakasih. Tapi sepertinya aku tidak melihatmu di acara itu. Kurasa Luc mencarimu."

"Wow...benarkah? Haha...kurasa bukan aku yang dia cari."

"Maksudmu dia menunggu orang lain?" Caress menyatukan alisnya. Menatap Roland dengan mata membulat.
Roland menarik napas, pemuda itu kelepasan bicara.

"Tidak. Aku hanya bercanda. Aku tidak bisa datang, kebetulan aku sedang sibuk. Hanya itu." Roland menyesap kopinya dan mengambil camilan. Hanya ingin terlihat santai di depan gadis ini.

"Roland. Ada yang ingin kutanyakan. Kuharap kau mau memberitahuku." ujar Caress dengan wajah serius. Bahkan senyum tidak terlihat di wajah gadis itu.

"Tentang apa?" tanya Roland yang mulai tertarik dengan perubahan wajah Caress. Sebenarnya pemuda itu sudah menduga tentang apa yang akan ditanyakan Caress.

"Di bar kau pasti mengenal seseorang bernama Claire, kan?" tanya Caress dengan hati-hati.

"Yup. Dia gadis penari yang sangat cantik. Semua orang menyukainya." Roland tersenyum lebar ketika membicarakan gadis itu.

"Sejauh apa hubunganmu dengan dia. Juga.....Luc."

"Luc?" Roland mengerutkan keningnya, menatap Caress tajam, "Entahlah. Kurasa Luc Memperhatikan Claire. Tapi bukankah dia sahabatmu?"

Caress terkejut ketika Roland mengucapkan itu. Sepertinya Claire sudah mengatakan semuanya kepada pemuda di hadapannya ini. Gadis itu meminum jusnya namun cairan itu terasa berat di tenggorokan.
"Dia bilang begitu?" Caress kembali terdiam dan menyeka keningnya yang tidak berkeringat.

"Dia sering membicarakanmu, Claire bilang kau adalah sahabat yang sangat ia sayangi. Tapi kurasa itu dulu." Roland berbicara tanpa mengalihkan matanya dari Caress. Dan pemuda itu melihat mata Caress berkaca-kaca.
Caress masih diam, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan ternyata ia tidak mampu menutupi perasaannya sendiri. Caress terisak tanpa suara.
Roland menarik selembar tissue dari kotak tissue di atas meja dan memberikannya untuk Caress.

"Maaf, aku..." ujar Caress sembari mengusap matanya.

"Tidak apa-apa. Menangis akan membuatmu lebih lega. Kurasa masih ada waktu untuk persahabatan kalian. Claire sebenarnya ingin sekali datang ke acara pertunanganmu, tapi ia tidak ingin membuatmu marah dan merusak pesta itu." Roland mencoba menjelaskan.

"Roland, coba jelaskan seandainya kau memiliki sahabat dan dia ingin merebut kekasihmu. Apakah kau akan tetap mempertahankan sahabatmu itu? Kalau kau terus bersamanya maka ia akan semakin dekat dengan kekasihmu?" Caress mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya lekat menatap Roland.

"Kalau dugaan itu benar, mungkin aku akan memilih kekasihku tapi bagaimana kalau salah? Kita sudah kehilangan sahabat yang teramat berharga, bukan?"

Untuk sesaat Caress tidak menjawab. Ia merasa Roland sudah menuduhnya. Ya, secara tidak langsung ia ingin mengatakan kalau Claire tidak bersalah.
Caress membuang udara dari mulutnya, gadis itu terlihat kesal dengan pertanyaan Roland.
"Jadi begini, bagaimana kalau Luc memikirkan perempuan lain ketika kami sedang bertunangan?"

Roland tersenyum, seolah menertawakan Caress dan ia tidak menyukainya. "Apa kau bisa membaca pikiran orang lain? Sehingga kau tahu apa yang dipikirkan Luc saat kalian bertunangan?" Roland kembali menyesap kopinya dan masih dengan senyum mengambang.

Caress membalas senyuman itu dan berbicara dengan perlahan. "Coba kau pikirkan dari mana aku mendapat nomor telephone-mu?"

Roland meletakkan cangkir kopinya dan hampir saja tersedak karena ucapan Caress. "Maksudmu dari ponsel Luc? Dia tidak menghapus pesan itu?"

"Tepat sekali. Kau cukup cerdas rupanya. Aku membaca semua pesan yang ia tulis untukmu. Dia bertanya soal Claire, bukan? Apalagi yang akan kau tutupi?"

"Oh, aku tidak berpikir seperti itu. Kau benar, aku juga heran kenapa tunanganmu itu bertanya tentang perempuan lain saat pesta cinta kalian diresmikan. Itu memang aneh." Roland mengubah mimik wajahnya menjadi prihatin. Sekalipun ia tahu apa yang menyebabkan Luc begitu. Luc pernah menjelaskan alasannya.

"Well, kau juga berpikir begitu. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau menyukai Claire?"

Roland memandang Caress tanpa berkedip. Kemudian mengangguk tanpa jawaban.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kau menjauhkan Claire dari Luc dengan menjadi kekasihnya? Bukankah ini menyenangkan? Kau menolongku tapi kau juga tidak dirugikan. Bagaimana?"

Roland terkekeh, menyandarkan tubuhnya ke kursi dan melipat tangan di depan dada. "Cintamu begitu rumit, ya? Sepertinya kau terjebak di dalam egomu sendiri. Dan kalaupun aku mendekati Claire itu bukan untuk menolongmu. Tapi karena hatiku memang memilih dia. Caress, dengarkan aku. Kalau kau memaksakan diri untuk dicintai maka kau akan terluka. Dan itu sangat menyakitkan."

Roland tersenyum, menghabiskan kopinya dan meraih kunci mobil. Pemuda itu berdiri dan pergi meninggalkan Caress yang diam tanpa kata.
Kalimat terakhir yang diucapkan Roland cukup menggores harga dirinya. Gadis itu meremas gelas dengan penuh kemarahan dan tanpa sadar menumpahkan isinya.

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang