39

4.2K 172 2
                                    

Roland bukan pemuda yang pandai dalam bercinta. Wajahnya yang tampan tidak membuatnya dikenal sebagai playboy . Ia cenderung diam dan hanya tertarik dengan sesuatu yang membangkitkan rasa penasaran. Dan kali ini Claire adalah sesuatu itu.
Gadis itu unik, cantik dan rasional. Di usianya yang masih sangat muda ia mampu berdiri di atas kakinya sendiri.
Roland berjalan menghampiri Claire. Gadis itu berdiri di sisi kapal pesiar yang terpapar banyak angin. Berkali-kali ia menyingkirkan rambut panjangnya yang menerpa wajah. Sesekali tersenyum lebar dan menghirup angin laut dengan begitu kuat.
Roland sekarang berdiri di samping gadis itu. Dan mereka saling melempar senyuman.

"Lihat, Roland. Garis lengkung di ujung sana. Seolah garis itu memisahkan air dan langit, terlihat begitu dekat." Senyum melengkung Claire kembali terlihat.

"Kau benar. Namun kita tak akan pernah bisa menggapainya. Setinggi apapun kita melompat untuk meraihnya, batas itu akan selalu ada."

"Itulah yang disebut keajaiban. Kau tahu, baru kali ini aku benar-benar bisa berdiri di atas lautan. Aku ingin berteriak dan mencurahkan semua isi hatiku kepadanya. Roland, bisakah aku berteriak?" Gadis itu menatap Roland dan pemuda itu mengangguk.

"Boleh, tapi kurasa orang-orang itu akan melihatmu. Dan mungkin saja bukan hanya laut yang akan mendengar isi hatimu." Celoteh Roland membuat gadis itu terkekeh.

"Kalau mau curahkan saja isi hatimu itu kepadaku."

"Ah, memang itu yang kau mau, kan?" Claire memukul pelan bahu Roland dan berteriak keras ketika melihat dua lumba-lumba melompat ke atas.

"Wow...itu luar biasa!" Roland bergerak ke sisi kapal yang lain, mengikuti lumba-lumba itu.

Dan ketika mereka sedang menikmati semua pemandangan itu, tiba-tiba saja angin bertiup dengan sangat kencang. Kapal yang mereka naiki bergerak ke samping dan badai yang datang di luar perkiraan membawa air laut itu naik ke atas.
Claire yang melihat semua itu menjerit histeris. Tubuhnya berguling ke samping karena tangannya tidak dapat bertahan lagi untuk terus berpegangan pada pembatas kapal dan membentur sebuah meja.
Sedangkan Roland yang berusaha meraih Claire terpelanting ke belakang.
Roland berusaha bangkit dan dengan susah payah menemukan gadis itu.

"Claire... Claire..." pemuda itu terus memanggil dan satu tangannya berpegangan kuat pada besi kapal. Seorang pelayan kabin datang dan berusaha menolong mereka.

"Tolong dia!" Roland mengeraskan suaranya. Pemuda itu begitu panik sampai tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Tenang, Tuan. Bantu saya membawanya ke dalam." perintah pelayan kabin itu.
..........

"Apa kalian tidak tahu kalau hari ini akan ada badai?" ucap Roland ketika mereka sudah sampai ke dalam kapal dan membaringkan Claire yang mulai sadar di atas tempat tidur.

"Maaf, Tuan. Sebelumnya kami tidak pernah membuat kesalahan. Pihak kapal pasti akan bertanggung jawab." ujar pelayan kabin itu dan memberikan kotak obat kepada Roland.

Badai mereda ketika mereka berada di dalam kapal. Suasana menjadi lebih tenang namun wajah-wajah pucat para penumpang masih terlihat dengan sangat jelas.
Roland berjalan mendekati Claire yang tampak ketakutan. Berada di atas kapal untuk pertama kali dan mendapatkan pengalaman yang cukup mengerikan juga untuk pertama kalinya. Sepertinya ini adalah liburan yang tidak akan pernah ia lupakan.

"Aku akan mengobati luka itu. Keningmu terluka." Roland mengoleskan obat ke kening Claire. Gadis itu hanya diam dan tidak menunjukkan reaksi apapun juga.

"Claire, badai sudah pergi. Anggap saja yang terjadi tadi hanya selingan dalam perjalanan kita." Roland tersenyum mencoba menghibur gadis itu.

"Roland. Apakah kapal ini akan kembali? Aku tidak ingin melanjutkannya."

Roland menyodorkan segelas teh panas dari pelayan bar sebagai ucapan permintaan maaf, "minumlah dulu. Kau akan merasa lebih baik."

"Jadi, apa kapal ini tetap akan melanjutkan perjalanan?" ulang Claire dengan nada putus asa.

"Claire, maafkan aku. Seharusnya aku tidak membawamu ke sini. Aku akan tanyakan kepada mereka apakah kita bisa kembali."
Roland berdiri tapi Claire menahan tangan pemuda itu. Dan ini adalah untuk pertama kalinya Roland merasakan tangan lembut Claire menyentuh kulitnya.

"Kenapa minta maaf? Apa badai itu salahmu?" Claire tersenyum kecil dan melepaskan tangannya.
Roland merasa lega karena gadis itu akhirnya tersenyum kembali. Sekalipun rasa kecewa juga meliputi dadanya. Ia sangat ingin membuat Claire bahagia. Ia ingin Claire melupakan kesedihannya. Melupakan Luc juga Caress. Tapi ternyata ia justru membuat gadis itu seperti mengalami mimpi buruk.

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang