46

4K 158 16
                                    

Butir-butir debu melayang diterpa cahaya lampu jalanan, ketika Caress melangkahkan kaki di sepanjang trotoar. Sesekali gadis itu menunduk hanya untuk mengusap mata sembabnya.
Berjalan meninggalkan rumah Luc dengan sepatu setinggi itu memang bukan pilihan yang tepat, namun demi Luc ia ingin melakukan segalanya. Pemuda itu bukannya tidak ingin memberi Caress tumpangan namun Caress lah yang menolak. Ia tidak ingin Luc tahu kemana tujuannya setelah itu.
Lima kilometer bukan jarak yang terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki, tapi bagi Caress jarak itu mampu membuat tumitnya terluka.
Caress melepas sepatunya dan berjalan dengan telanjang kaki. Langkah demi langkah hingga akhirnya berhenti di sebuah apartemen kecil di pinggir jalan.
Gadis itu menghampiri lelaki setengah baya yang duduk di meja samping pintu dan lelaki itu seperti memberinya sebuah petunjuk.
Setelah Caress memberi beberapa lembar dollar, gadis itupun berjalan menaiki tangga yang hanya bisa dilewati satu orang saja. Dan berhenti di sebuah kamar apartemen dengan pintu yang setengah terbuka.
Cukup lama ia berdiri di sana, sampai akhirnya Caress mengetuk pintu itu perlahan.
............

Claire menatap Caress dengan terkejut. Sesuatu yang tampak tidak mungkin sekarang begitu nyata di depannya. Gadis yang sudah berbulan-bulan lamanya melupakan hubungan mereka, sekarang berdiri dengan wajah pucat dan mata sembab tepat di hadapannya.
Claire melihat semua itu, menatap Caress dengan cemas. Claire mengulurkan tangan dan meraih tangan Caress, membawa gadis itu masuk ke dalam apartemennya.

"Caress, duduklah."

Caress melepaskan tangan Claire dari tangannya, dan tanpa diduga Caress berlutut di hadapan Claire.
Betapa terkejutnya Claire melihat apa yang dilakukan gadis itu. Claire yang terlihat panik mencoba membuat Caress berdiri, namun gadis itu menolak dan air matanya semakin deras mengalir.
Dengan perasaan tak karuan Claire akhirnya memilih berlutut di hadapan Caress, menatap gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Claire tidak pernah sanggup melihat Caress menangis.

"Caress...kumohon, katakan sesuatu." Claire menyingkirkan rambut Caress di belakang telinga dan sekarang terlihat jelas wajah itu begitu menderita.

"Apa sesuatu telah terjadi? Ibu baik-baik saja, kan? Jawab aku, Caress!"  kali ini suara Claire terdengar benar-benar panik.

Caress yang menunduk sejak tadi akhirnya mengangkat kepala, ia menatap Claire dengan mata sayu. "Apa kau akan bahagia kalau mendengar pertunanganku akan dibatalkan?" Caress berbicara dengan perlahan, seolah kalimat itu begitu sulit keluar dari mulutnya.
Claire hampir saja terjatuh ke belakang karena terkejut. Ia tidak pernah menduga hal itu.

"Apa maksudmu? Kenapa harus dibatalkan?" tanya Claire dengan panik.

"Karena kau, Claire! Luc ingin mengakhiri hubungan kami. Kenapa kau lakukan ini? Kau ingat, aku selalu bercerita tentang bagaimana bahagianya kami, tentang rencana-rencana kami dan tentang cintaku yang begitu besar untuknya? Sampai.... Sampai aku merelakan semua yang kumiliki untuk kuberikan kepadanya."

"Se... Semua?" Claire menatap Caress, gadis itu tak mampu lagi menahan tangisnya, "apa maksudmu semua!" Claire menguncang bahu Caress dan gadis itu menjerit. Ia memukul lantai dengan kesal.

Claire tidak membutuhkan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Ia meraih Caress ke dalam pelukannya.
"Caress, maafkan aku. Aku ingin kau bahagia. Kau ingat, aku bahkan selalu melakukan apapun yang kau minta? Apapun, Caress. Karena aku sangat sayang padamu. Bagaimana mungkin aku bahagia di saat kau terluka?"

Claire mengusap rambut Caress, dan memeluk gadis itu semakin erat.
Caress terdiam, dan akhirnya membalas pelukan hangat Claire.

"Luc mencintaimu, Claire." bisik Caress di telinga Claire.

"Tidak... Tidak. Jangan katakan itu. Luc milikmu dan selamanya akan begitu. Selamanya." Claire mengecup pipi Caress lembut dan menangkup wajahnya dengan kedua tangan, "haruskah aku pergi dari kota ini supaya kau bahagia, Caress? Kalau itu yang kau mau, pasti akan kulakukan."

Claire melepaskan pelukannya dan tersenyum kecil, mengusap pipi Caress yang basah dengan jari mungilnya.

"Aku bahagia melihatmu, aku rindu saat kita berbaring di ranjang yang sama, bercerita tentang semua hal. Menatap langit-langit kamar dan memikirkan masa depan. Kita berjanji untuk terus bersama, tanpa siapapun yang akan berdiri di tengah." Claire berdiri dan membawa Caress duduk di sofa. Menuang segelas air dan memberikannya untuk Caress.
Gadis itu meneguknya sedikit dan kembali matanya menatap lekat mata Claire.

"Kau ingin pergi ke mana?" tanya Caress tertahan.

"Kemana saja. Aku tidak terikat dengan siapapun. Aku gadis bebas yang bahkan bisa melayang di udara."

Caress tersenyum mendengar lelucon gadis itu, meraih tangannya dan meremasnya lembut, "jangan tinggalkan aku. Sebenarnya aku sangat kesepian tanpamu."

"Akan kupastikan kau dan Luc segera menikah."

Claire membuang pandangannya ke luar jendela, menahan diri untuk tidak terluka. Sekali lagi gadis itu tersenyum. Menekankan diri kalau ia baik-baik saja. Bukankah seharusnya memang begitu.

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang