41

4.5K 159 4
                                    

Claire kembali ke dalam kamarnya dan ia melihat Roland berbaring di sofa. Pemuda itu memejamkan mata dan meletakkan kedua tangan di belakang kepala. Bibirnya yang tipis terlihat sangat manis bahkan ketika ia sedang berdiam diri.
Claire melewati Roland dan memilih duduk di kursi yang menghadap jendela besar. Gadis itu membuka tirai tipis yang menutupi jendela, dan dari sana ia dapat melihat hamparan laut di malam hari.
Sesekali terlihat sekumpulan burung terbang rendah bersamaan dengan suara sirine kapal.
Gadis itu terus menatap lautan dan entah mengapa hatinya begitu sedih malam ini. Sepertinya perjalanan menikmati kapal pesiar justru membuatnya semakin larut di dalam perasaannya sendiri.

Roland membuka mata, menatap Claire dari balik pungungnya. Roland mendengar gadis itu bersenandung. Tidak jelas memang, lagu apa yang sedang ia nyanyikan. Namun yang Roland tahu itu adalah lagu kesedihan.
Pemuda itu kemudian berdiri dan menuju mini bar di sudut ruangan. Membuka botol wine dan menuangnya ke dalam gelas.
Ia mendekati gadis itu, meletakkan satu gelas wine di hadapannya.
Claire menoleh, menatap Roland dan memberinya sedikit senyuman.

"Kau tidak marah padaku?" tanya gadis itu polos.

Roland menarik kursi dan duduk di samping Claire, menyesap wine-nya perlahan, kemudian memejamkan mata dan menarik napas sedalam-dalamnya.

"Aroma laut berbeda di malam hari, itu jika seseorang mau keluar dan menghirupnya tanpa adanya pembatas. Jika di dalam, orang itu hanya bisa menatapnya tanpa mampu menikmati aromanya."

"Kau benar. Dan mereka semua melakukan itu kecuali aku. Terimakasih wine-nya." Claire mengangkat gelas itu ke arah Roland kemudian menyesapnya sedikit.

"Mau keluar?" tanya Roland sembari mengulurkan tangan. Claire tertawa kecil, "aku bukan puteri. Kau ini..."
............

Mereka naik ke bagian paling atas di kapal itu. Claire melihat sebuah bar kecil dengan bartender yang sedang memainkan aksinya. Dan tentu saja ketika ia melihat pemuda itu, pikirannya langsung menyebut nama Luc. Bagaimana tidak, Luc juga sering melakukan hal yang sama ketika bekerja.
Ketika nama itu terlintas, sesuatu yang aneh memenuhi rongga dadanya. Perasaan seperti ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tapi ia yakin, bartender itu membuat Claire merindukan seseorang. Luc.

"Claire, kau ingin minum?" Roland menyingkirkan lamunan gadis itu. Roland tahu apa yang sedang ia pikirkan, sejak tadi Claire terus menatap bartender asing itu.

"Tidak." jawab Claire dan menyadari Roland sedang memperhatikannya.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita duduk di sana. Kita bisa menikmati aroma laut dan mendengar deburannya dengan lebih jelas."

Claire berjalan di samping pemuda itu, mendengarkan ia berbicara namun sesungguhnya pikirannya tidak berada di tempat itu. Ia sama sekali tidak peduli dengan laut, aromanya, deburannya juga bintang yang terlihat sangat jelas di atas sana. Bahkan ketika ia menatap langit....wajah Luc yang tersenyum tergambar di sana.
Tadinya Claire berpikir jika ia pergi berlibur maka semua akan menjadi lebih baik. Ia bersama Roland dan berharap pemuda itu akan membuatnya melupakan Luc. Namun kenyataannya tidak demikian.

"Kita duduk di sini saja." Roland menarik kursi untuk Claire. Dan gadis itu duduk menghadap laut.

"Segar sekali. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini." Roland tersenyum sembari menatap langit. "Sebaiknya kita minum sesuatu atau makan camilan. Kau mau apa? Segelas jus mungkin?"

Claire mengangguk, dan kembali menatap hamparan laut. Malam belum begitu larut, dan ia tidak sendiri. Hampir sebagian besar penumpang kapal berada di tempat itu. Mereka minum dan tertawa. Begitu menikmati perjalanan ini. Namun bagi gadis itu semua terlihat begitu menyedihkan. Ternyata seperti ini rasanya merindukan seseorang. Seseorang yang tidak pernah bisa ia miliki. Begitu menyakitkan.

"Aku tidak tahu rasanya jatuh cinta sebelum malam ini." ucap Roland tiba-tiba sambil menyodorkan segelas jus dingin.

"Aku tidak mengerti. Kau membuatku terkejut." jawab Claire dan menerima jus itu.

"Sebelumnya aku tidak pernah tertarik dengan perempuan. Bagiku mereka hanya merepotkan saja. Aku hanya mencintai hidupku, duniaku dan bergerak bebas kemanapun kaki ini membawa pergi. Tapi suatu hari aku melihatnya, dan sesuatu yang aneh terjadi. Dia selalu muncul di dalam pikiranku. Dan aku selalu ingin melihatnya."

Claire menoleh, menatap Roland yang juga menatapnya. "Apa itu yang disebut cinta?"

"Entahlah. Mungkin saja. Kau tahu, sebelum aku melihat gadis itu aku melakukan kencan buta beberapa kali. Dan semua itu karena ibuku." Roland tertawa, "ia takut kalau aku tidak akan pernah menikah. Usiaku sudah hampir kepala tiga, kan?"

"Lalu, kenapa kau tidak memilih salah satu dari mereka?" Claire kembali bertanya.

"Karena mereka semua tidak masuk dalam kriteriaku. Aku benci gadis yang menghabiskan waktunya untuk berdandan. Aku juga tidak suka dengan perempuan manja. Kau tidak akan suka jika diperlakukan seperti anjing penjaga, bukan?"

"Anjing penjaga...kau kasar sekali." Claire tersenyum dan melihat Roland yang tampak bahagia.

"Apa istilah lain untuk itu? Tidak ada yang lebih baik. Kemanapun dia pergi kau harus selalu bersamanya. Sangat membosankan."

"Heh, kau benar. Membosankan. Tapi aku tidak membutuhkan anjing penjaga, aku membutuhkan seseorang yang bisa mengerti keadaanku. Siapa aku dan bagaimana hidupku." Claire mengusap pipinya dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah.

"Tentu. Itulah yang kusukai." Roland tersenyum kecil dan kembali menatap laut. "Besok kita kembali, Claire."

"Hem." Claire diam sejenak kemudian bertanya lagi. "Lalu, kapan kau akan menikah? Apa kau sudah punya kekasih sekarang?"

Roland terkekeh, "aku akan menikah kalau sudah menemukan cinta itu. Ini jawaban untuk semua pertanyaanmu."

"Cinta...apa ukuran seseorang untuk mencintai?" tanya Claire.

Roland mendesah, mengambil sebutir permen lalu memakannya. "Cinta itu tidak bisa diukur, tak kasat mata, tak bisa dilihat tapi kau bisa merasakannya. Sama seperti angin. Jantungmu akan berdetak kencang setiap kali menyebut namanya. Dan kau akan merasa bahagia hanya dengan melihatnya saja. Seperti itulah cinta."

"Kau pernah merasakan itu?"

"Kurasa sekarang aku sedang merasakannya." Roland tersenyum dan membuang pandangannya. Ia tidak ingin Claire melihat wajahnya memerah. ^^

.....

Lama update yah...
Flu sedang menyerang dan tidak bisa berpikir karena itu..
Tapi terimakasih untuk teman-teman semua yang sudah membaca ya..
Yuk bagi vote dan komen biar semangat nulisnya.. ^^




(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang