23

7K 212 12
                                    

Matahari merayap turun, kabut dingin mulai menghalangi pandangan mata. Salju semakin tebal menutupi sepanjang jalan yang dilalui Roland. Pemuda itu terus memikirkan Claire. Bagaimana gadis itu hidup seorang diri di usianya yang masih sangat muda. Penari bar pasti bukan tujuan hidupnya. Seperti katanya, semua itu adalah takdir. Semua manusia memiliki takdirnya sendiri dan Claire adalah takdir yang menyakitkan.

Roland menghentikan mobilnya, ketika tatapannya tak sengaja melihat Luc. Pemuda jangkung itu sedang duduk dan menikmati minuman panas di sebuah cafe kecil pinggiran jalan.
Luc tidak sendiri. Ia bersama Caress, gadis cantik berkulit pucat yang terlihat bahagia.
Roland melihat Caress, dan ia langsung mengingat gadis itu. Gadis yang bertengkar dengan Claire beberapa malam yang lalu.
Karena rasa penasaran pemuda itu begitu besar, iapun memilih masuk dan berjalan menghampiri keduanya.

"Luc..." tegur Roland dan memandang mereka bergantian. Sejenak Roland ragu, apakah benar gadis ini yang datang ke bar malam itu. Namun rambut dan bentuk tubuhnya memang sangat mirip. Hanya saja wajahnya yang terlihat samar.

"Hei, kau di sini?" Luc menatap Roland sejenak lalu kembali menyesap minumannya.

"Tidak, aku kebetulan lewat dan melihatmu di sini. Jadi aku masuk."

"Mau minum sesuatu? Biar aku yang pesan." Caress berdiri dari kursinya, tersenyum kepada Roland dan menawarkan tempat duduk.

"Oh, terimakasih. Aku akan pesan sendiri." Ujar Roland yang membalas senyum Caress. Dan sepertinya ia semakin yakin, caress adalah gadis waktu itu. Tapi kenapa ia bersama Luc?

"Tidak apa-apa, biar aku saja. Kau mau cokelat panas?" Kata Caress dan akhirnya Roland mengangguk.
...........

"Kau mengenal dia?" tanya Roland dan Luc langsung menatapnya dingin.

"Ya, kenapa?"

"Siapa gadis itu?" tanya Roland lagi. Dan kali ini Luc menatapnya dengan perasaan tidak suka.

"Kenapa kau sangat ingin tahu? Kita bahkan bukan teman dekat. Selain rekan kerja." Luc memberi penekanan pada kalimatnya.

Roland tertawa mendengar jawaban Luc. "Kau benar, tapi sayangnya aku penasaran."

"Penasaran?" Luc mengangkat sebelah alisnya, menatap Roland lekat.

"Aku hanya ingin tahu apa hubungan gadis itu dengan....."

"Ini cokelat panasmu." Caress tersenyum dan meletakkan minuman itu di meja, di sisi Roland.

"Terimakasih. Kau baik sekali." Goda pemuda itu.

"Kau teman Luc, kalau begitu kau juga temanku." ujar Caress.

"Betul, kami berteman cukup lama." Roland meminum cokelatnya sedikit, dan rasa hangat mulai mengalir di rongga mulutnya.

"Tidak. Dia bukan temanku." Luc membuang pandangannya dari Roland dan menatap Caress, "ayo, pergi."

"Tunggu. Maukah kau datang ke pertunangan kami?" Caress melepaskan tangan Luc yang menariknya pergi. Sebuah kalimat yang cukup mengejutkan pemuda itu. Sekarang sepertinya Roland tahu bagaimana situasinya. Siapa gadis ini dan soal pertengkaran itu.

"Caress!"

"Tentu. Kapan acaranya?" jawab Roland datar.

"Bulan depan. Luc akan memberimu undangan. Siapa namamu?"

"Roland. Roland kerner."
...........

"Apa kau terbiasa membuat keputusan sendiri, sekalipun itu tentang kita?" Luc terlihat marah bahkan ketika menyalakan mesin mobilnya.

"Kau tidak suka aku mengundangnya? Dia temanmu, kan?" protes Caress.

"Sudah kubilang tadi, dia bukan temanku. Kami hanya rekan kerja."

"Jadi, apa salahnya mengundang rekan kerjamu? Bukankah lebih baik mereka tahu dan menghadirinya."

Untuk apa? Apa yang ingin kau pamerkan?" suara Luc meninggi, "aku bahkan tidak ingin membuat pesta."

"Luc, kau berteriak padaku?" Caress tidak menyukai perlakuan Luc, jelas terlihat ia tidak seperti biasanya.

Luc menarik napas sedalam-dalamnya, berusaha mengendalikan diri. Dilihatnya Caress mulai berkaca-kaca. Gadis itu tidak mampu menerima ucapan kasar sekalipun.

Dan Luc harus mengalah.

"Baiklah, maafkan aku. Tapi setidaknya hormati juga pendapatku." Luc mengusap kepala Caress, "sudahlah, jangan menangis."
..........

"Apa kau bertemu Claire?" tanya Caress tiba-tiba.

"Kami bekerja di tempat yang sama. Tentu kami bertemu. Ada apa? Kau ingin menyampaikan pesan? Atau kau bisa datang ke apartemennya."

"Bagaimana kabarnya?" tanya Caress lagi. Gadis itu menunduk dan memainkan jemarinya.

"Baik. Kurasa begitu. Kau sungguh tidak ingin menemuinya? Aku bisa mengantarmu sekarang kalau mau."

"Tidak. Aku tidak terlalu sehat." Keluh Caress dan mengambil sebutir permen dari dashboard lalu memakannya.

"Kau sakit? Kau perlu obat?" Luc meletakkan tangannya di kening Caress.

"Tidak, aku hanya lelah. Ini hari pertama aku kuliah. Namun materinya sudah cukup banyak." Caress tersenyum.

"Kau menikmati pelajaranmu? Aku harap kau segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang kau inginkan."

"Hal pertama yang aku inginkan setelah lulus adalah menikah denganmu, Luc."

Luc bergeming, memperbaiki posisi duduknya dan menatap lurus jalanan penuh salju.
Ketika hari mulai gelap, Luc hanya mengingat Claire. Sedang apa gadis itu sekarang. Dan sudah beberapa bulan ini, semenjak hubungan Caress dan Claire memburuk, sesungguhnya ia meragukan hatinya sendiri.

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang