2

257 4 0
                                    


Alarm sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, icha masih terlelap dalam tidurnya seakan tidak ingin membuka mata menyambut sinar mentari pagi yang sudah berusaha untuk mengintip dibalik gorden. Selimut yang sudah berada di kakinya ditarik kembali hingga menutupi ujung kepala, melanjutkan tidur yang sudah terganggu oleh suara berisik yang dikeluarkan oleh smartphone yang berada diatas meja belajar. Sayup-sayup icha mendengar ummi nya sedang berbicara dengan iris, adik icha yang paling kecil.

"sayang, bangunin kakak kamu gih.. dia pasti udah kesiangan tu" perintah ummi kepada iris, tanpa bantahan dengan french toast di tangan kanan iris langsung melangkahkan kakinya yang kecil perlahan lahan menaiki tangga untuk menuju ke kamar icha. Dengan waktu yang lumayan lama dari langkahan kaki orang dewasa akhirnya iris berada di depan kamar icha. Sebenarnya icha sudah terbangun, dan dia dapat mendengar dengan jelas langkah kaki iris yang tersendat-sendat maklum saja iris baru berusia 4 tahun langkahnya belum begitu seimbang jika dibandingkan dengan orang dewasa.

"ka isya bangun, kata ummi udah jam 9" iris menepuk-nepuk kaki icha yang masih berada di dalam selimut.

" ka isyaaa bangunn udah jam 9 kata ummi"

"ka isya bangun udah jam 9 tau"

"duh rezim siapa sih ini, baru jam 7 pagi tapi bilangnya jam 9" icha menggerutu di dalam selimutnya, sementara itu iris sedang sibuk dengan berbagai macam peralatan dandan icha yang diletakkan di atas meja riasnya, icha memindahkan selimut yang menutupi wajahnya dan dia melihat iris sudah mengobrak abrik meja riasnya. Bb cream yang baru digunakan 3 kali sudah berceceran di lantai, lipstick matte warna favoritnya menempel sempurna di pipi dan kedua tangan iris, sedangkan blush on dan teman-temannya selamat karena diletakkan di bawah tumpukan lotion.

"yok turun dek" icha mengurungkan niat untuk marah-marah, melihat adiknya yang belepotan dengan make up nya membuat icha lemas tak berdaya. "ummi" panggil icha dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangisannya, bagaimana tidak bagi seorang wanita alat make up merupakan barang yang sangat berharga. Butuh perasaan dan keinginan yang besar untuk memilikinya dan menggunakannya, melihat sesuatu yang begitu berarti hancur begitu saja tepat di depan mata rasanya separuh nyawa menghilang.

"irisss... ya ampunn kamu apain adik kamu cha?" tanya ummi kepada icha dengan nada yang super panik

"icha gamau jelasin apa-apa, pokonya icha minta duit untuk beli make up.. icha maksa, icha maksa pokonya " rengek icha kepada umminya

"kenapa ribut-ribut " tanya abi dan bg ija yang keluar bersamaan " adekk ngapain kamu?" tanya aiza saat melihat iris belepotan lipstik, sedangkan iris dia tidak memperdulikan apa-apa malah dia menertawakan icha yang hampir menangis di depan umminya.

"abi.." rengek icha, saat melihat umminya tidak merespon apa-apa saat dia meminta uang untuk menggantikan make upnya yang telah dirusak oleh iris.

Tanpa basa-basi, dan mengetahui maksud icha dengan jelas, abinya langsung mengeluarkan uang seratus ribu 5 lembar dan memberikannya kepada icha."wah kebanyakan itu bi" sambung aiza
"makasih abi.. icha sayang sama abi"

"dasar disogok pake uang aja udah pake sayang-sayang " ledek ija yang sedang menyantap sarapan, "jangan lupa, nanti dijemput sama rizky di kampus. Jangan bawa mobil, abang pake mobil, jangan bawa motor juga.. cuaca agak mendung nanti hujan, kamu jadi ngaret nanti sampe kerumah.. terus jaket jangan lupa bawa"

"bilang aja icha disuruh pergi ke kampus bareng rizky kan"

"pinter.."

"bilang sama dia, icha gasuka ngaret.. icha siap jam 8.10.... telat sedetik icha gamau pergi sama dia"

"rizky udah tunggu kamu dari jam setengah 7 tadi tau" sambung ija yang tidak tahan dengan perangai icha yang selalu ber negatif thinking, sedangkan ummi dan abinya yang mendengar pertengkaran kecil mereka hanya bisa melihat, karena icha tidak bisa ditegur apalagi dimarahi karena jika dia ditegur sikap kasarnya semakin menjadi-jadi.

AYESHA.Where stories live. Discover now