Chapter 13

24 5 0
                                    

Wangi lavender....

Penciuman gadis yang sensitive itu berhasil menyadarkannya dari tidurnya. Keningnya megernyiit saat bau tersebut semakin menyengat hidungnya. Indra perasa yang telah kembali aktif merasakan rumput beserta tanah yang didudukinya.

Sesuatu terasa mengerayami kulit wajahnya, dan membuat Iri risih. Salah satu tangannya menepis sesuatu itu sembari menggerutu. "Tolong berhenti menggangguku ...," gumamnya.

Iri akhirnya membuka mata. Dan, wajah mungil seorang gadis memenuhi pandangannya.

"Whoooaaa!!"

"Waaaaa!!"

Keduanya berteriak sekencang-kencangnya saking terkejutnya. Iri melonjak kebelakang, sedangkan sosok yang tertangkap matanya tadi berubah menjadi kabut.

"Si—siapa tadi!?" Iri celingak-celinguk mencari orang tadi di antara kabut tipis yang mengerubuninya.

Lalu, suara yang terdengar ketakutan pun menyahut. "To—tolong jangan marahi kami ...."

Iri masih kebingungan. "Siapa yang berbicara!? Perlihatkan wajahmu!"

"A ... aku akan menunjukkan wujudku. Ta-tapi tolong jangan takut pada kami ...," ucapnya tergagap.

"Oke-oke. Aku tidak akan terkejut dan takut. Tapi, tolong tunjukkan sosokmu. Kau ingin aku dianggap gila karena berbicara pada kabut dan angin di tempat ini?"

Kabut di sekitarnya berkumpul menjadi di satu titik di depannya. Angin berhembus pelan membelai kulit, tatkala dengan ajaib seorang anak perempuan berambut panjang hitam yang terikat satu di belakang. Tubuh kecilnya berbalut kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya. Hingga Iri tidak bisa melihat kaki dan tangannya.

Tunggu, dia tidak punya kaki dan tangan!?

"Ka-ka-ka-kau ... KAU HAN—"

"Waaa! Kamu sudah berjanji untuk tidak berteriak!" seru si gadis kecil memotong keterkejutan Iri.

Sang manusia berusaha mengatur napas dan menenangkan dirinya. "O—oke, maafkan aku," ucapnya. "Kalau begitu, sekarang tolong kau jelaskan, ada di mana aku, siapa kau, dan ..." Iri teringat sesuatu. "dimana Ren?"

"Ren? Oh, apa ... maksudmu anak lelaki yang berwujud jam saku? Dia ... ada di sampingmu." Tangannya terangkat dan menujuk tempat di samping Iri. Dan, benar saja. Jam saku perak memantulkan cahaya yang membuat matanya menyipit karena silaunya.

Iri mengedarkan padangan. Sisi kanan dan kirinya pepohonan pinus. Dan, dia duduk di salah satu pohonnya yang rindang dan besar. Ada yang sedikit aneh saat sang gadis mendongakkan kepalanya. Pandangannya seperti terhalang oleh sesuatu transparan, yang membiaskan cahay menjadi warna pelangi yang abstrak.

Pelindung?

"Ka-kalian saat ini ada di Waktu Bebas ...."

"Waktu Bebas?" Iri mengulangi perkataan si Gadis Kabut. Lawan bicaranya menanggguk.

"Ini adalah tempat yang jauh dari jangkauan Kota Nol. Ini adalah ruang tak terbatas di Dimensi Masa," jelasnya. "A-Aku penasaran mengapa kalian berdua—penghuni Kota Nol—bisa sampai di tempat ini."

Iri memijat keningnya. "Aku pun tidak tahu. Kami baru saja menemui Penjaga Waktu—Ima. Dan, dia yang menteleportasi kita. Tapi, entah kenapa Rend an aku malah sampai di tempat antah berantah ini."

Gadis kabut menundukkan kepala. "Antah berantah ...," gumamnya. "Kau benar. Di ruang antah berantah yang ta terbatas ini—penghuni Kota Nol bisa terancam. Mereka tidak sepatutnya di area yang bisa menguras energi waktu mereka hingga tak bersisa."

Iri melongo tak percaya. Menguras tak besisa? Ren bisa mati kalau begitu caranya!

"Lalu apa yang harus kami lakukan?"

Gadis kabut tersebut mendekat sedikit kea rah Iri. Ia ingin mendekatkan diri, tapi takut menakuti orang asing yang ia duga sebagai manusia itu. Ia berucap, "Bolehkah kami tahu ... siapa namamu?" tanyanya sebelum menjawab pertanyaan Iri.

Iri merespon sedikit lambat. "Namaku Iri. Iri Frost."

"Iri ...." Lagi-lagi Gadis Kabut mengulang perkataan Iri. "K-kalau begitu, kamu bisa ikut kami. Akan kubawa kalian ke area Netral di Waktu Bebas ini. Di sana, kalian bisa beristirahat sejenak untuk memulihkan kondisi seblum kembali melanjutkan perjalanan."

Iri langsung menyetujuinya. MEreka pun lenyap sesaat setelah kabut semakin menebal dan menutupi ketiga makhluk yang ada di dalam sihir pelindung.

++++

"Apa ini ... tempat tinggalmu?" tanya Iri setibanya mereka di depan sebuah gubuk kecil yang terbuat dari tumpukan kayu, serta dedaunan sebagai atapnya.

"B-bukan .... Entah bagaimana asal muasalnya, tapi gubuk ini sudah ada di tempat ini sejak memori kami tertanam. Dan, bangunan ini menjadi satu-satunya titik netral yang bisa membuat kalian berdua bertahan untuk beberapa saat."

"Berapa lama kami harus diam di sini?" tanya Iri.

"M-Mungkin ... sampai Anak Waktumu kembali ke wujud manusianya dan sadar. Karena, hanya dia yang bisa membuat portal untuk kembali ke dalam Kota Nol," jawab si Gadis Kabut.

Iri ber-oh singkat, lalu sekonyong-konyong mengubah topik pembicaraan. "Jadi ... siapa kau sebenarnya?" tanya Iri setelah memasuki gubuk dan duduk di atas ranjang lapuk--satu-satunya benda yang ada di dalam sini. Perasaannya masih mencurigai bahwa makhluk ini adalah Ghost yang tengah menyamar menjadi anak kecil bertampang imut.

"Kami adalah Clear. Makhluk di Dimensi Masa, yang terwujud dari waktu seseorang," jelasnya pelan.

"Maksudnya?" Iri tak mengerti. Makhluk itu terlihat mencari-cari penjelasan yang mudah dimengerti bagi manusia di depannya.

"Eeng ... Kamu bisa menyebut kami sebagai waktu yang terbuang," katanya. "Kami--Clear--adalah perwujudan dari waktu para manusia yang terbuang, namun tidak menimbulkan penyesalan atau hal buruk pada pemiliknya." Clear menatap wajah Iri gusar. "A--apa penjelasanku terlalu membingungkan? Tolong maafkan aku!" Ia membungkukkan badan.

"Ah! Tidak tidak! Aku sudah cukup mengerti, kok! Tolong jangan seperti ini." Iri berusaha membuat Clear tidak khawatir. "Kau bilang Clear adalah makhluk yang terbentuk dari waktu manusia yang terbuang--namun tak memberi penyesalan?" Clear mengangguk membenarkan. "Lalu, bagaimana dengan waktu yang memberi dampak buruk pada manusia? Akan jadi apa mereka di Dimensi Masa ini?"

Gadis kabut kembali menerangkan. "Berbanding terbalik dengan Clear, mereka dianggap sebagai makhluk kotor dan pembawa bencana. Penyesalan yang di rasakan sang manusia, membuat mereka menjadi layaknya monster tak berakal sehat. Mereka disebut sebagai Loose."

"Apakah sama dengan Ghost?" tanya Iri kembali.

"Ya, tapi tidak. Kudengar penghuni Kota Nol menyebut mereka sebagai hama, apa aku benar?" Iri menangguk. Clear melanjutkan. "Tapi, segala sesuatu itu tidak mungkin diciptakan atau terciptakan tanpa ada sebuah tujuan, bukan? Sama seperti Clear yang diciptakan sebagai pengumpul waktu terbuang yang masih bersih karena tak ternodai sedikit pun penyesalan--agar terjaga. Atau, Loose yang diciptakan untuk mengumpulkan semua penyesalan itu agar tidak berdampak buruk pada manusia lainnya.

"Era ... Era pasti menciptakan Ghost dengan tujuan tertentu. Mungkin contohnya sebagai penghisap hal-hal buruk yang terjadi di Dimensimu, dan membuat orang-orang yang menjadi korban bisa melupakannya."

Iri merenung. Waktu terbuang? Penyesalan? Apakah anak dihadapannya ini termasuk salah satu dari waktunya yang terbuang? Apa Loose di luar sana juga termasuk salah satu dari waktu terbuangnya yang membawa penyesalan?

Apakah Ghost yang ia lawan tadi tergolong dalam hal-hal buruk yang menimpanya di Dunianya?

Ia tak tahu.

+++++


ZERO : The Lost Time #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang