Chapter 25

17 7 0
                                    

Suasana di Kastil Era semakin mencekam dengan ancaman yang dikatakan sang pemilik kastil. Iri berusaha untuk tidak mempedulikan dua pilihan itu dan tetap melakukan apa yang ada di kepalanya, yakni menyelesaikan ini semua—bagaimanapun caranya.

Sambil berusaha menyembunyikan rasa takutnya, Iri menjawab, "Maafkan aku, Yang Mulia Era. Tapi, sepertinya otak gilaku sedang berkuasa sekarang." Sang gadis mengambil ancang-ancang. "Kumohon kali ini saja kenalah!!"

Menggores sedikit juga tak apa, batin Iri saat sudah melesatkan anak panah. Tapi, mau bagaimanapun juga, kekuatan mereka terlalu jauh—apalag Iri hanya menyerangnya seorang diri. Perisai yang dibentuk dari dua permata seakan tak memiliki celah untuk menjangkau apa yang dilindunginya. Iri berdecih kesal saat percikan bak kembang api mementalkan balik anak panahnya.

"Kau yang memintanya, Gadis Waktu." Pita warna-warni muncul dan meliak-liuk, sebelum dengan cepat menjadi sekaku pedang dan meluncur ke arah Iri.

Perempuan dengan pakaian kotor karena debu itu berbalik dan berlari cepat untuk menghindar. Namun, kecepatan serangan Era bukanlah tandingannya. Belum jauh ia melangkah dari tempat awal, pita yang bersinar itu sudah tinggal satu meter denngannya.

Iri terbeliak. Pandangannya terlalu fokus pada serangan dan membuatnya tersandung. Ia pun hanya bisa diam dan memejamkan mata. Satu deti, dua detik, gadis itu tak kunjung merasakan apa-apa. Dibukanya kelopak mata perlahan. Terlihat sosok lelaki kecil berdiri di depannya dengan tombak di tangan.

"I—Iri! Kau tidak apa-apa?" seru seorang lagi di sampingnya. Suaranya yang lembut namun menunjukkan kekhawatiran yang sangat jelas membuat Iri langsung bisa menebaknya—begitu juga lelaki berambut coklat yang masih menggunakan sihir di kedua tangan.

"A—aku tidak apa-apa," jawab Iri. "Kalian berdua—"

"Kalau kau menanyakan fisik kami, maka kami seratus persen baik-baik saja—berkat pembagian energi yang kami lakukan satu sama lain."

Iri nampaknya tak mengerti, Kay pun menjelaskan ulang, "Itu cara kami mengatasi kekurangan satu sama lain, Iri. Sama seoerti saat pertarungan di mana kami saling melindungi—pembagian energy kami lakukan untuk mencegah Anak Waktu sekarat."

Ten kembali melanjutkan penjelesannya, "Dan, kalau kau bertanya kenapa kita melindungimu—" Ten tersnyum lebar. "Kita terikat perjanjian untuk kerja sama, bukan? Berkat itu, kita mendapat sedikit keuntungan dengan mencapai kekuatan yang sedikit lebih besar. Itulah kenapa, Kay bisa menteleportasiku kepadamu."

"Ikatan sekecil apapun yang kami buat dengan manusia yang memiliki waktu, bisa memberi keuntungan pada Anak Waktu. Dan, aku yakin, Ren pasti lebih kuat dari kami, karena hubungan kalianlah yang paling besar dan kuat."

Jadi, itu alasan kenapa Ren bisa mengalahkan Ghost di Kota Nol?

"Dasar Anak Waktu kurang ajar" Era mengumpat. "Beginikah cara kalian menghormati Ratu kalian!? Seharusnya kalian beruntung aku masih memilih kalian untuk tetap hidup, dan belum kubunuh di pertarungan tadi!" Kata-katanya sungguh tak mencerminkan lagi sosok ratu yang pertama kali Iri temui.

"Belum kau bunuh." Ten mencibir. "Kau ternyata memang berniat menghabisi kami, ya, Era." Anak itu memutar senjatanya beberapa kali, sebelum melanjutkan perkataan. "Untuk apalagi kami segan kepada orang yang tidak menghargai hidup kami?"

Anak-anak waktu yang lain mulai terlihat lagi keberadaannya. Beberapa dari mereka bahkan terlihat sangat emosi. Mereka bersiap dengan segala yang mereka punya untuk melawan ratu palsu tak berperasaan itu.

Gadis Waktu menolehkan kepalanya ke arah Ren yang hilang kesadaran tak jauh darinya. Rasa khawatir tiba-tiba menyerang dirinya. Apa Ren baik-baik saja? Pikirannya pasti kacau, dan mentalnya pasti langusng down mendengar kenyataan bahwa seseorang yang ia pujalah, yang terlah melenyapkan satu-satunya orang yang paling ia saynag.

"Kau bisa berdiri, Iri?" tanya Kay. Iri mengangguk sambil menerima uluran tangan anak perempuan itu.

Sejenak, ia berpikir sambil memperhatikan sosok wanita berbalut pakaian serba hitam itu. Era yang palsu ... lalu kemana yang asli? Apa ia meninggal? Atau disandera di suatu tempat?

Atau ... sebenarnya, Era asli dan Era palsu aadlah satu orang yang sama, namun berkepridian dua? Dan, ini adalah pribadi lain dari Era.

Di tengah memikirkan hal itu, Iri bisa mendengar Ten menyerukan namanya dan cahaya terang mendekat padanya. Gadis itu hanya diam dengan pikiran setengah sadar, dan baru paham ketika ledakan dari bola cahaya Kay dan bola cahaya Era saling beradu.

"A—Ah! Maafkan aku!"

"Kau sedang memikirkan apa, Iri!?" Ten emosi. "Sadarlah! Kita sedang berada dalam pertempuran."

"Era ... bagaimana menurutmu soal Ratu itu, Ten?" Anak itu mengernyit, Iri melanjutkan. "Bukankah dia tidak terlihat seperti ratu yang kau kenal? Saat Era menemuiku pertama kali, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan Era di depan kita saat ini—walau ada beberapa yang terlihat mirip—"

"Lalu, apa?" Ten sudah tak sabaran.

"Mungkinkah ... sebenarnya Era asli dan Era palsu adalah Era yang sama, yang dulu memerintah kalian dalam damai—alias satu orang dengan dua kepribadian?"

Ten dan Kay cukup terkejut mendengarnya. Mereka tidak pernah terpikirkan seperti itu. Anak-anak waktu hanya mengira Era yang dulu adalah Era yang sekarang, yang berarti sedari dulu Era memanglah sudah jahat, namun berpura-pura baik. Tapi, ada pula dari mereka yang berasumsi ada dua orang berbeda yang menjelma menjadi Era.

Oke. Ini mulai membuat Ten pusing. Ia tidak peduli dengan semua itu! Yang penting ia harus mengalahkan seseorang yang sudah menghabisi keluarganya sendiri.

"Terserah kau mau berpendapat seperti apa, Iri. Tapi, tujuanu—tidak—tapi tujuan kami masih tetaplah sama—" Tombak Ren tertodong pada Era."—yaitu membunuhnya dan membalaskan dendam teman-teman kami."

++++

ZERO : The Lost Time #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang