Chapter 20

15 7 0
                                    

"A—Anak Waktu!?" Iri mengedarkan pandangan ke balkon melingkar di lantai atas—yang menghadap langsung ke altar tempat Inti Waktu berada. "Ke—kenapa? Jangan-jangan—"

"Apa-apaan ini, Ten!? Kau berkhianat pada kami!?" Ren tiba-tiba berteriak pada anak lelaki berambut coklat pendek yang menyambut mereka tadi.

Anak bernama Ten itu tertawa. "Bekhianat? Jadi menurutmu kami—para Anak Waktu—yang menginginkan sedikit keebasan pada sang waktu sangat layak menyandang sebutan itu?" Ia menodong Ren. "Kau pasti menganggap kami pemeberonak yang tidak menghormati Era, karena telah mencri Inti Waktunya, bukan?" Lagi-lagi ia tergelak. "Bagaimana jadinya ... kalau nyatanya Ratu itulah yang memerintahkan kita menggoyahkan kedua dunia?"

"Hah?"

"Apa maksudmu?" Ren tak mengerti.

Tak menggubris pertanyaan Ren, Ten beralih pandang pada gadis yang sedari tadi berdiri di dekat bocah pirang itu. "Hei, Gadis Waktu," panggilnya sok akrab. "Tak pernahkah kau—dan para manusia lainnya berpikir, bahwa waktu yang kalian habiskan terasa sangat sedikit?"

Iri mengerutkan dahi samar, "Lalu?" tanyanya.

"Seseorang pernah mendatangi kami dan menanyakan hal yang sama. Dialah yang memberi kami kekuatan dan jalan untuk mengambil benda berharga milik Era," katanya. "Nah, Iri. Tak pernahkah kalian berpikir untuk ... mengorup sedikit waktu yang kalian miliki?" Ten menyeringai penuh makna. Iri dan Ren terkejut bukan main. Ten semakin antusias melanjutkan, "Hari yang berlalu cepat, jadwal yang sangat padat, peraturan-peraturan yang mengekang kita hingga kiita tak bisa melakukan hal yang kita inginkan di waktu yan gsangat sempit itu."

"Iri—" Sang gadis yang tersebut namanya terkejut. Bagaimana anak itu bisa tahu namanya?

"—Bergabunglah bersama kami. Kita rebut kembali hak kita yang terenggut waktu dari keegoisan sang Idealisme. Mari kita buang segala peraturan yang mengikat kita!" Ten mengulurkan tangan. "Sama seperti kalian, Manusia, kami juga membenci semua peraturan yang diberikan oleh Era. Wanita itu terlalu mengedepankan idealismenya, dan membuat kita semua menderita. Ayo, kita bebaskan diri kita."

Saat itu, Iri benar-benar dilanda oleh kebingungan.Hatinya sedikit tergiur dengan tawaran si Anak Waktu itu, tapi kepalanya berulang kali berbisik untuk tetap melanjutkan tugasnya demi kebaikan dua dunia.

Gadis itu menggeram. "Hey, kau!" teriak Iri. "Tak bisakah kau hentikan semua kegilaan ini, dan hidup bahagia tentram selamanya?! Lagipula, memangnya apa yang bisa kau jamin dengan mencuri inti waku ini akan membahagiakan manusi?"

Raut wajah Ren berubah menjadi lebih serius. Dari tatapan penuh kepercayadirian, kini berubah menjadi tatapan kebencian "Asal kau kau tahu, Gadis Waktu, kami juga tidak akan melakukan in jika bukan demi kalian para manusia. Kami tidak ingin melihat waktu-waktu berharaga kalian hnya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat otak kalian menjadi gila!" serunya emosi. "Seharusnya kalian bersyukur, kami masih peduli dengan kalian dan bukannya membiarkan kalian mati sia-sia!"

"Justru karena inilah kau membuat teman-temanku kau membuat teman-temanku berada dalam kondisi hidup dan mati, Bocah! Kau yang membahayakan kami dengan caramu mengekspresikan kebaikanmu dengan jalan yang salah!"

"Bo—bocah!?" Ten berteriak. "Jangan berani-berani kau panggil aku bocah, Iri!"

"Memangnya kenapa!? Tubuhmu kecil, wajahmu seperti anak kecil. Kau memang bocah!"

Ten mulai panas. "Sudah cukup bicaranya!" Ia berseru meminta perhatian teman-temannya. Lalu dengan telunjuk yang menodong Iri dan Ren, ia berteriak. "Bangkitkan Loose dan serang mereka berdua!"

++++

Kerumunan makhluk mirip Clear, namun diselimuti oleh bayangan hitam dan mata yang menyalang merah, tak sedikitpun memberi celah bagi Iri dan Ren untuk melarikan diri. Setelah, gadis itu memanasi Ten—rekan-rekannya yang lain tiba-tiba mengeluarkan sihirnya dan memunculkan sosok aneh dari bawah tanah. Memaksa Ren dan Iri yang terkepung untuk bertarung melawannya.

"Ugh! Iri, maafkan aku. Tapi, saat ini aku sedikit kesal denganmu karena sudah memancing emosi Ten!" Ren sedikit berseru sambil menebaskan senjatanya.

"Ma—maafkan aku, Ren! Aku tidak tahu bocah-bocah itu sangat temperamental!"

"Sudah kubilang kami bukan bocah!!" Ten berseru di luar kerumunan Loose.

Iri mengangkat kakinya dan menendang Loose yang berjalan macam zombie ke arahnya. Ia juga beberapa kali menghantamkan busur ke kepala makhluk itu, hingga membuatnya tersungkur. Selanjutnya, ia menarik beberapa kali tali busurnya dan melontarkan anak panah berapi yang seketika membakar lima dari mereka.

Ren terus menembakkan sihir dari pedang uniknya untuk mencegah Loose mendekat. Tapi, tetap saja, ada beberapa titik di mana ia legah dan terkena cakaran dari makhluk hitam itu. Sang anak memutar badan dan menusuk dada Loose, dan membuatnya menguap menjadi asap hitam.

Mereka terlalu banyak! Kalau begini terus, mereka berdua bisa-bisa kehabisan tenaga dan akhirnya mati di tangan makhluk-makhluk menyeramkan ini. "Ten! Tolong hentikanlah semua ini! Kau tidak perlu melakukan hal-hal tak baik jika ingin melindungi manusia yang kau jaga waktunya!" teriak Ren. "Era pasti mengerti. Aku yakin itu! Kenapa kau malah menghianatinya!?"

"Buda Era seperti dirimu pasti selalu mengelu-elukan tuannya. Padahal kau tidak tahu seperti apa sifatnya yang sebenarnya. Apa yang dia sembunyikan di balik semua keanggunannya!" Ten mengangkat tangannya, kala anak-anak waktu yang mulanya ada di atas turun mendekatinya. Lalu berkata, "lenyaplah kau, orang-orang naïf. Kehadiran kalian hanya akan menjadi penghambat untuk kebaikan waktu di dua dunia."

Telapak tangan Ten bercahaya, teman-temannya pun sama-sama melakukannya. Mengumpukan kekuatan sihirnya untuk menghabisi dua makhluk yang dikelilingi oleh Loose. "Kembalikanlah waktu kalian kepada Dimensi Masa dan Inti Waktu, Ren, Iri."

Baru para pemberontak itu mau melancarkan aksinya, sebuah angin berhembus kuat. Sinar terang dengan biasan warna pelangi di sekitarnya benderang di dekat altar Inti Waktu. Pita transparan berwarna-warni muncul dari berbagai arah di sekitar penghuni ruangan itu.

"Pita-pita ini ... jangan-jangan-"

Tepat seperti dugaan Iri. Pita yang terlihat menampakkan angka-angka aneh dan tulisan yang tidak terbaca, sangat jelas menandakan bahwa yang datang adalah Sang Ratu dari segala Masa—Era.

Cincin cahaya yang muncul dari arah Era, menghempaskan semua Loose yang mengelilingi Rind an Iri—yang juga mementalkan para penghianat di belakang sana.

Kedua pengelana itu menurunkan lengan yang menutupi wajah. Mereka memperhatikan mimic Era yang seakan memandang rendah orang-orang di bawahnya.

"Cukup sampai di sini. Kalian sudah membuat kesabaranku habis."

++++

ZERO : The Lost Time #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang