Chapter 14

20 5 0
                                        

Apa ini semua salahnya?

Iri masih terus merenungi penjelasan si gadis kabut soal makhluk bernama Clear dan Loose—juga Ghost.

Apa hidup manusia sebegitu berdampaknya pada dimensi yang—bisa ia bilang—sangat menakjubkan ini?

Sang gadis tersadar dari lamuannya saat ekor matanya menangkap cahay warna-warni meliak-liuk di sekitar jam saku miliknya. Tak berapa lama kemudian, Ren sudah berwujud bocah lelaki lagi.

"Nngh ...." Ia mendesis pelan saat sudah bisa merasakan tubuhnya kembali. Kepalanya sedikit berdenyut dan menghantarkan pusing, tapi akhirnya kelopka matanya terbuka dan langsung melirik pada Iri yang duduk di sampingnya.

"Ah ... akhirnya Anak Waktumu sadar ...," kata Clear pelan.

"Di—di mana kita ...?" tanya Ren yang masih berusaha mengumpulkan nyawa.

Iri menjawab ssambil menunjuk anak perempuan macam hantu di sebelahnya, "Dia bilang, kita ada di Waktu Bebas. Dan, kita ada di gubuk sebagai satu-satunya titik netral di tempat ini."

"Waktu Bebas!?" Ren sontak duduk. "Pantas aku kehilangan energiku tiba-tiba!"

Anak itu turun dari tempatnya dengan tergesa-gesa. "Kau mau kemana Ren?" tanya Iri.

"Kita harus cepat keluar dari sini. Terlalu berbahaya jika terlalu lama di tempat di luar Kota Nol tak terbatas ini." Ren mulai mengumpulkan sihirnya dengan kekuatan yang belum pulih total. Beberapa kali tangannya hanya mengeluarkan percikan cahaya tanpa mampu membuat sebuah lingkaran sihir. Barulah, pada percobaan kelima, portal keunguan berhasil nampak di hadapan mereka.

"Iri, ayo!"

Iri turut turun dari ranjang lapuk yang berderit saat si gadis bergerak. Ia sempat berbalik melihat Clear yang terseyum tipis padanya.

"Pergilah, Iri. Saat ini, keselamatan dua dunia ada di tanganmu. Kau harus segera memperbaiki semuanya," pesan sang bocah.

"Bagaimana dengamu?" tanya Iri.

"Makhluk seperti Clear maupun Loose tidak bisa meninggalkan ruang ini, Iri. Mereka ditakdirkan berada di sini selamanya. Mengembara sendirian, menjaga apa yang harus mereka jaga. Tak ada jalan keluar yang bisa mereka lewati," sahut Ren panjang lebar.

Lagi-lagi, Clear memasang senyum yang seakan mengisyaratkan rasa terima kasihnya. Iri hanya diam. Gadis itu tak tahu harus berkata apalagi. Ia lalu memutskan untuk segera pamit, dan memasuki portal yang membawanya berputar-putar layaknya sebuah mesin pencuci pakaian.

+++

"Kenapa kau membawaku lewat mesin cuci itu lagi!?" teriak Iri marah sekembalinya mereka ke Kota Nol.

"Ma—maafkan aku Iri! Tapi, hanya itu satu-satunya portal yang bisa aku buat." Ren berkata, "Aku hanya bisa membuat portal yang tenang di Alun-Alun Kota. Di luar itu ... aku minta maaf!" Ren membungkukkan badan.

Iri mendengus kesal. Untung perutnya masih sedikit waras untuk tidak mengeluarkan cairan lambungnya. Tanpa makan dan minum di sini, Iri salut ia masih bisa kuat bertahan. Ren benar-benar menyuplai energi pada dirinya secara maksimal.

"Ugh!" Ren memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdentum.

"Ren, kau tidak apa-apa?" Iri memegangi tubuh si anak.

"Y-Ya ... aku tidak apa-apa," jawab Ren. "Maafkan aku, Iri. Sepertinya kita harus menunda perjalanan ke Ima dulu. Terlalu beresiko jika kita pergi dengan kondisi tubuhku yang seperti ini."

Iri menyetujui Ren. Mereka berdua berjalan ke bangunan terdekat dan duduk di dekat sana. Mereka berdua bersandar pada kursi panjang yang ada di samping sebuah bangunan. Iri sempat berpikir, bagaimana keadaan Kota Nol saat normal? Apa ada yang bersantai-santai di kursi panjang ini? Ataukah kursi ini hanya sebatas kursi yang tidak disadari keberadaanya?

Kalau memang begitu, lalu untuk apa ada kursi ini!?

Tetapi, segala pemikiran tentang kursi yang sangat-sangat tak penting itu menghilang dengan cepat saat obrolannya dengan Clear tadi terputar di kepala.

"Ren?" Iri memangil Ren pelan. Sedikit lambat Ren menjawab, karena dalam pemulihan. Iri pun lantas melanjutkan. "Apa memang benar ... kalau Clear dan Loose tercipta dari waktu yang dibuang-buang oleh manusia?"

"Apa anak tadi yang memberitahumu?"

Iri mengangguk.

"Itu benar, Iri. Dan itulah alasan mengapa mereka tidak bisa keluar dari Waktu Bebas dan terpisah jauh dari Kota Nol."

"Kenapa?" tanya Iri penasaran.

"Karena, Yang Mulia Era sangat-sangat-sangat membenci dengan makhluk yang membuang-buang waktu berharga mereka. Menggunakan waktu yang seharusnya dilakukan untuk hal penting, dan menggatinya untuk melakukan sesuatu yang tak berguna." Ren terdengar lebih serius. "Jujur saja, tak sedikit dari kami—para Anak Waktu—membenci kalian para manusia, dengan sikap kalian yang kerap mencuri-curi waktu demi kesenangan sementara. Sedangkan, proritas yang bisa membawa kebaikan kalian abaikan begitu saja."

Bagai terhujam seribu panah, dada Iri berdenyut perih. Kata-kata bocah ini berhasil menohok jantungnya kelak dan membuatnya terdiam kaku di tempat. Ia tidak menyangka, dirinya bisa seperti ini hanya dari perkataan seorang anak kecil.

Perasaan bersalah langusng merundungi gadis bersurai coklat tersebut. Pikirannya mulai memutar balik kesehariannya selama hidup di dunia. Apa yang sudah ia lakukan? Apa yang sudah ia dapatkan? Apa yang sudah hilang darinya?

Kebahagiaan? Kesedihan? Rasa sakit?

Penyesalan?

Ya. Semua itu ada. Mengisi kesehariannya yang penuh warna dan lonjakan penuh kejutan. Dan, ternyata, tanpa ia sadari, semua itu diserap oleh dimensi ini dan membentuk sesuatu yang di luar akal sehatnya.

Iri kembali mendengar Ren berbicara. "Manusia terlalu menyepelekan waktu. Kalian sering—sangat sering—melupakan pentingnya tenggat waktu, atau seberapa butuhnya manajemen waktu, dan lain sebagainya." Ren terkekeh. "Sangat menyebalkan!"

"Ya! Tapi, yang sudah lalu biarlah berlalu. Setidaknya, semua hal itu—baik maupun buruk—semuanya sudah terkunci rpat dan terjaga di Dimensi Masa. Kau tak perlu khawatir." Ren melompat turun dari kursi. Anak itu sudah terlihat bugar dari sebelumnya. "Sekarang semuanya bergantung pada dirimu sendiri. Apa kau mau berubah, atau tetap begini saja, itu terserah padamu.

"Masa Kini memiliki peranan penting pada Masa Depan yang akan kau buat nanti, Iri. Bijaklah dalam bertindak, berpikirlah sebelum memutuskan, pergunakan waktumu sebaik-baiknya. Maka, istilah "penyesalan di kemudian hari" tidak akan pernah ada di hidupmu."

++++

ZERO : The Lost Time #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang