8 : Menjadi Bahan Gosip

43 14 50
                                    

Cuaca pada hari ini sangat cerah, membuat siapa pun akan menjadi bersemangat dalam beraktivitas. Walau sisa hujan semalam masih menyisakan bau tanah dan jalanan terlihat lembab. Pelajaran pertama berjalan lancar bagi semuanya, kecuali Zeline. Pikirannya sudah tak karuan sejak mendapat panggilan dari wali kelas serta pembina asrama secara sekaligus.

Bagaimana mungkin seseorang tetap bisa tenang ketika menghadapi hal itu. Bu Mira-wali kelas Zeline dan Bu Shanti-pembina asrama meminta Zeline untuk datang ke ruang BK pada jam istirahat. Alhasil, jadilah Zeline tidak dapat fokus selama pelajaran. Belum lagi karena seluruh tubuhnya sakit. Bahkan Lika malah terus mengusiknya dengan mengkhawatirkan wajahnya yang penuh cakaran dari anggota kamar mereka yang baru datang.

Flashback on.

Sejak bangun tidur Zeline tidak berbicara dengan anggota baru itu. Hilwa dan Lika juga sama.

"Zel, itu wajah lo sakit banget? Duh, wajah cantik lo hilang! hiks huhuhu." Lika malah menangis tak tega melihat wajah mulus Zeline yang penuh dengan bekas cakaran.

"Udah, Lik. Santai aja! muka Zeline jelek juga nggak papa bagi Al," ledek Hilwa.

"Aish, apa-apaan lo?" desis Zeline.

"Arul bilang kemaren, katanya Al kayak tertarik sama lo," sahut Hilwa santai.

"Udah ah, urusan kak Al nanti dulu, tapi gue gak tega wajah mulus Zeline kayak gini huhuhu." Lika masih terus merana sambil menyentuh wajah Zeline dengan tatapan bak anak kecil kehilangan lolipopnya.

Flashback off.

Bel istirahat akhirnya berbunyi.

"Arrrrghh, ngeselin banget." Zeline membenamkan wajahnya di atas meja sesaat, lalu bangkit berjalan menuju keluar kelas tanpa sepatah kata.

Hilwa yang duduk di sampingnya menatap bingung. Lika yang duduk tepat di belakang keduanya berbisik.

"Eh, Zeline mau ke mana tuh? Kok gak ajak-ajak kita?"

"Gak tau. Bel istirahat bunyi. Dia langsung jalan keluar--"

"Buset, kan Zeline dipanggil ke ruang BK, Hil. Kok lupa sih?" perkataan Hilwa terpotong oleh Lika yang tiba-tiba menepuk kuat pundaknya dari belakang.

Tanpa perlu berpikir lama dua gadis itu menyusul teman mereka, saat berada di ambang pintu, "Minggir! Gua buru-buru." Perempuan yang kemarin sore membuat keributan mendorong Hilwa dengan lengan kanannya ke arah sisi yang searah.

"Astaghfirullah." Hilwa terkejut.

"Apa-apaan tuh bocah," decak Lika

"Lo gak apa-apa?"

"Enggak Lik. Dia kayaknya mau ke ruang BK juga deh. Mereka berdua disuruh barengan kan?" tanya Hilwa memastikan.

"Iya. Eh, tapi kalau sekarang kita juga ke ruang BK mana mungkin kita dikasih masuk juga."

"Hmm, benar juga." Hilwa menghela napas.

"Terus sekarang kita mau ngapain dong?" tanya Lika sambil mengibaskan rambut panjang yang digerainya.

"Gimana kalau kita beli jajan aja, sekalian beli buat Zeline? Keluar dari ruang BK dia pasti lapar," usul Hilwa.

"Okey."

Selama berjalan menuju kantin mereka mendengar beberapa siswa siswi bergosip.

"Udah dengar belum?"

"Apa? Ada news apa?"

"Ah, masa lo gak tau? Kudet lo kudet."

"Itu loh, kemaren sore anak asrama aksel kelas sepuluh cewek ada yang berantam. Berantem kekerasan gitu. Adu jotos, haha."

New DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang