Dua hari telah berlalu. Tidak sekalipun Cassie keluar dari kamar itu. Ia merasa sangat kesal sehingga tidak ingin melihat wajah siapapun bahkan mama papanya sendiri. Sehari sebelumnya mama dan papanya memaksa agar Cassie mau keluar.
"Sayang, kamu udah seharian di kamar terus. Kamu gak lapar? Ayo makan bareng mama papa dan kakak kamu," bujuk wanita itu sambil terus mengetuk pintu kamar Cassie anak gadis semata wayang mereka.
"Cass gak akan keluar. Cass benci orang baru itu. Lagian masih bisa makan coklat yang ada di sini," gumam Cassie.
"Sayang, kamu mau papa rusak pintunya biar bisa masuk ke kamar kamu?" Papanya mulai tidak sabar dengan sikap anaknya yang tidak keluar dari kamarnya sejak kemaren siang. Bahkan tidak mau sekolah.
"Cass gak mau keluar. Besok cass keluar," dalih Cassie agar sang papa tidak benar-benar merusak pintu kamarnya.
Begitulah setelah dua hari. Hari ini Cassie memutuskan agar keluar dari dalam kamar. Cassie memutuskan untuk berpura-pura menerima orang baru itu.
"Aku akan mencari kelemahannya. Cass harus bisa buat dia pergi. Cass gak mau Mama dan Papa lebih sayang sama dia."
Setelah memakai seragam lengkap. Cassie turun dengan membawa tas sekolahnya. Langsung duduk di meja makan. Cassie melihat anak itu sudah duduk lebih dulu. Cassie semakin kesal saat melihat tempatnya yang diduduki oleh anak itu.
Sejenak Cassie menatap anak itu.
"Lo gak sekolah?" tanya Cassie sambil menatap pakaian bebas yang dikenakan anak itu.
"Cassie, kamu harus panggil dia kakak. Gak sopan kamu berbicara lo gue dengan kakak kamu sendiri," tegur sang mama.
"Baiklah ma," jawab Cassie sambil tersenyum.
Anak laki-laki itu mendadak bingung dengan ekspresi wajah adik barunya. Baru saja wajahnya terlihat sangat kesal lalu dalam sekejap setelah mama datang ekspresinya berubah menjadi lebih ramah dengan senyuman.
"Terus kenapa kakak gak pakai baju sekolah, Ma?"
"Dia belum pernah sekolah sama sekali. Jadi Mama dan Papa memutuskan agar kakak kamu home schooling." terang mama.
Anak yang saat ini di hadapan Cassie tersenyum ramah padanya.
Senyum polos itu. Aku benci. Dasar orang asing. batin Cassie sambil terus menatap anak itu dengan senyuman.
"Kamu udah tau nama kakak kamu? Zain ajak ngomong adik kamu dong." Mama berucap sambil meletakkan sepiring nasi untuk anak yang disebut 'Zain' oleh mama Cassie.
"Biasanya pasti mama taruh nasinya untuk Cass duluan," gumam Cassie kesal.
"Cassie, kenalin nama kakak Zain. Dulu di panti kakak di panggil Zain. Kakak hanya tau nama kakak itu Zain. Tapi, sekarang nama lengkap kakak Muhammad Zain Alvaro. Kita memiliki nama belakang yang sama sekarang," serunya dengan senyuman senang. Ia melahap nasi buatan Mama Cassie dengan gembira.
Dalam batinnya Cassie hanya bisa berdecak kesal.
"Iya," jawab Cassie singkat dengan tawa kecil yang dipaksakan.
"Wah, putra-putri papa udah selesai makan ya? Ma, papa dan Cass berangkat sekarang ya. Zain, belajar yang rajin di rumah ya. Jaga mama kamu!" perintah papa sambil membelai pucuk kepala Zain.
"Tenang, Pa. Zain bakal jagain mama kok," sahut Zain.
Cassie langsung mengekori sang papa keluar setelah mencium tangan mamanya. Serta berpamitan pada kakaknya Zain walau dengan berat hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Day
SpiritualOPEN FEEDBACK 🙏 Update per- Minggu ] [ Mulai 7 Juli 2019 ] Sangat butuh krisan! Masa-masa SMP berhasil dilewati bersama. Kini dua gadis yang sedang beranjak dewasa memilih untuk terus bersama-sama memijakkan kaki di dunia putih abu-abu. Kabar gembi...