15 : Lagi

19 5 2
                                    

Satu minggu telah berlalu. Malam minggu menjadi malam yang indah bagi para remaja masa kini. Karena malam minggu menjadi malam di mana mereka menghabiskan waktu dengan pasangan mereka. Murid-murid Supernova High school juga punya cara tersendiri untuk mengikuti zamannya. Beberapa dari mereka melanggar aturan dengan membawa ponsel Nokia kecil hanya untuk dapat telponan dengan pasangan mereka.

Zeline berjalan keluar dari kamar menuju ke belakang asrama untuk membuang tumpukan sampah dari kerja bersih-bersihnya. Ia menatap sekitar. Melihat murid di kamar yang lain tengah tersenyum-senyum sendiri sambil berbicara dengan ponsel. Melihat hal itu Zeline bergidik ngeri.

Apaan sih. Panggil sayang? Papa? What the hell. Nikah aja belum. Hiii. Terlihat jelas raut wajah Zeline yang merasa ngeri.

"Ini gimana sih yang tugas ini, Zel?" tanya Hilwa dari atas kasur tingkat dua. Zeline mendongak.

"Pelajaran apa? Oh, lo lagi bikin power point untuk presentasi Biologi yah?" Melihat Laptop yang terbuka di hadapan Hilwa. Ia dapat menerka apa yang sedang sahabatnya lakukan.

"Iya, bingung nih. Malah Wifi lelet banget lagi," keluh Hilwa.

Sementara itu, sejak tadi Lika tidak bisa diam. Ia terus membujuk Cassie agar mengerjakan tugas bersama-sama. Lika ingin menyelesaikan tugas yang diberikan miss Silvi pada Rabu lalu. Namun Cassie tidak perduli dan terus melanjutkan kegiatan membaca novelnya.

"Cassie!" bentak Hilwa pada akhirnya sambil menarik paksa novel yang ada pada Cassie.

"Lo berani sentuh novel gue? Balikin. Atau lu gak bakal bisa tidur nyenyak malam ini," ancam Cassie dengan wajah dinginnya. Lika langsung memberikan kembali novel tersebut walau dengan wajah kesal.

Zeline langsung naik ke ranjangnya tepat di samping Hilwa. Ia tidak ingin moodnya berubah buruk.

"Dengar ya. Gue memang sekamar sama kalian. Tapi ingat! Gue bukan teman kalian. Jadi jangan atur-atur gue." Cassie menatap anggota kamar itu satu per satu.

"Lo juga jangan ngerusak ketenangan kita," balas Zeline. Hanya ditanggapi tatapan dingin oleh Cassie.

Ada yang aneh. Biasanya Cassie akan terpengaruh emosi kalau Zeline udah ikut angkat bicara. batin Hilwa.

Cassie pergi keluar kamar dengan membanting pintu keras.

"Itu anak ya. Hancurin aja satu gedung ini!" omel Lika.

Malam minggu di kamar Zeline memang berbeda dengan yang lainnya. Zeline memutuskan untuk tidur. Begitu juga Hilwa yang telah merasa lelah mengotak-atik laptopnya. Sedangkan Lika masih setia mengerjakan tugas bahasa inggris.

***

Pagi minggu memanglah yang terbaik. Waktu yang banyak dapat dimanfaatkan untuk melakukan hal yang positif. Namun setiap asrama memiliki prosedur kegiatan masing-masing. Asrama aksel putri telahmelaksanakan piket gotong royong. Di sekitar luar asrama.

"Hil, temenin gue ke kelas yuk," ajak Zeline.

"Ngapain?"

"Buku bahasa indonesia gue tinggal. Besok kita kan ulangan. Kalau gak ambil sekarang ntar gue lupa. Masa iya gue gak belajar buat besok."

"Yaudah ayo!"

Sungguh dua gadis itu sangat terkejut saat melihat meja belajar milik Zeline telah penuh dengan coretan hitam dan merah. Berbagai kata cacian dan umpatan tertulis dengan jelas. Itu semua ditujukan untuk Zeline.

"Padahal udah seminggu, Zel. Tapi kok? Ini kenapa ada hal kayak gini lagi?" Hilwa meneliti baik-baik meja belajar tersebut.

"Pelakunya nulis ini dengan pisau, Zel."

"Kok lo mikir gitu, Hil? Dari mana lu tau?" tanya Zeline bingung. Hatinya bercampur aduk antara kebingungan dan kekesalan. Zeline terus bertanya-tanya. Siapa pelaku di balik semua ini.

"Sebelum di lapisi tinta hitam dan merah ini. Coba deh lo perhatikan! Ini hasil sayatan. Kalau cuma pakai spidol atau pulpen gak bakal kayak gini," jelas Hilwa meyakinkan.

Zeline merasa tak berdaya. Ia duduk di kursinya sambil menatap meja yang penuh coretan itu. Zeline meninju meja tersebut sehingga menghasilkan suara keras.

"Gue gak tau gue harus gimana, Hil. Gue belum nemuin siapa pelaku ini semua."

"Tenang, Zel. Setiap bau busuk pasti akan tercium," jawab Hilwa dengan senyuman manisnya untuk menenangkan Zeline.

"Lo kebiasan deh ninju ini itu. Itu tangan apa gak sakit? Kebiasaan refleknya diubah dong."

"Gak kok. Gak sakit," jawab Zeline singkat sambil memperlihatkan tangannya yang terlihat merah.

"Gak sakit?" Hilwa menoel kuat-kuat tangan Zeline.

"Awh! Sakit, hehe." Zeline nyengir.

***
Up nih..
Up buru buru
Maaf untuk typo

Saturday, 28 sept 2019 22:56 wib

Salam
RiciLight




New DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang