27 : Semakin Rumit

13 2 0
                                    

Setelah seminggu berlalu hari-hari terasa suram bagi tiga sekawan yang kehilangan sosok Zeline. Zeline masih belum bisa pulang. Ia masih di kantor polisi untuk di proses. Hilwa terlihat sedih di atas kasur Lika. Sedang Lika menulis diary, lebih tepatnya surat untuk Zeline. Hari minggu tidak ada kegiatan apa pun. Mereka berencana akan mengunjungi Zeline di kantor polisi.  Cassie selama seminggu terus berkutat dengan laptop milik Zeline. Ia berusaha mencari petunjuk siapa dalang dari semua ini.

"Dengar, gue yakin banget. Yang menjebak Zeline itu murid di sekolah kita," ucap Cassie. Sejak subuh kamar itu hening. Mereka tidak banyak bicara.

"Lo yakin?" tanya Lika.

"Memang ada yang sehebat itu di sekolah kita? Ini bukan sekolah IT. Terus apa motifnya menjebak Zeline?" Hilwa terlihat ragu.

"Semua terlihat jelas. Yang melaporkan ke polisi tentang lokasi Zeline saat sedang lomba udah pasti orang yang kenal Zeline. Kalau bukan gimana caranya dia tau posisi Zeline hari itu? Lalu sebelumnya sekolah SMA Nusa yang menyelenggarakan olimpiade tersebut sampai hari ditangkapnya Zeline, mereka belum tau kalau data mereka bocor  bahkan di retas. Mereka tau setelah pihak kepolisian menjelaskan semuanya. Jadi kesimpulannya ada orang lain yang meretas masuk ke keamanan sekolah itu lalu mengambil data soal-soal olimpiade biologi dan dikirim ke Zeline. Terus gue yakin mereka juga meninggalkan jejak atas nama Zeline.  Lihat ini! Malam itu Zeline dapar email ini." Cassie menjelaskan pemikirannya panjang lebar lalu menunjukkan email aneh yang berisi soal olimpiade biologi beserta jawabannya.

"Kalau gitu kita harus cari pelakunya!" Hilwa mengepalkan tangannya.

"Harus!" sambung Lika.

"Iya, makanya itu gue seminggu ini otak atik laptop buat cari bukti-bukti."

Sebenarnya ada satu orang yang gue curigai. Gue yakin banget kalau dia yang lakuin ini ke Zeline. Dasar orang gila!  batin Cassie.

Dua minggu berlalu begitu saja tanpa hasil. Karena tidak banyak bukti yang cukup Zeline harus menjalankan proses diversi (pengalihan proses peradilan pidana ke proses luar peradilan pidana karena masih di bawah umur). Kabar itu tidak dapat ditutupi lagi hingga akhirnya mama dan papa Zeline datang menyusul. Walau Zeline bersikeras agar mama dan papanya tidak diberitahu akan kejadian tersebut.


Hilwa, Lika, dan Cassie menjalani sekolah tanpa rasa semangat. Mereka masih berusaha mencari bukti untuk menemukan pelaku yang sebenarnya. Sehingga seminggu setelah keputusan Zeline akan menjalan diversi, tiga siswi itu sering bolos demi mencari tahu pelaku sebenarnya.

***

"Ahh, bahagia sekali bisa menyingkirkan penghalang itu. Sekarang gak akan ada lagi yang menarik perhatian Al selain gue." Seorang perempuan tersenyum puas kala menatap Al duduk sendirian di perpustakaan dengan wajar datar nan dingin.

"Acha, lo ngapain senyum-senyum sendiri?" tegur seorang laki-laki  dari belakangnya.

"Apaan sih, Lo. Jangan sentuh gue! Udah sana lo Bagas sana. Gak usah ikutin gue!" bentak Acha.

"Santai dong. Gak usah marah-marah," balas laki-laki itu yang tak lain adalah Bagas teman sekamar Al dan juga Arul.

"Oh, lo senyum-senyum karena lihat dia?" gumam Bagas sambil menyeringai. Bagas ikut menatap Al dari belakang Acha dengan tatapan sinis.

***

Waktu berlalu bagaikan air yang mengalir tanpa ada hambatan. Para siswa siswi sudah menyiapkan diri selama beberapa minggu terakhir untuk menghadapi ujian kenaikan kelas dan hari ini merupakan hari ujian terakhir.

Sehari sebelum ujian terakhir tepat pada pukul lima sore. Arul, Al, Hilwa, Lika dan Cassie bertemu di perpustakaan.

Sore itu mereka duduk di satu meja diskusi.

"Jadi buat apa kita kumpul di sini?" tanya Hilwa to the point.

" Oke. Dengar baik-baik. Gue udah bicara sama kak Al dan Arul. Kita gak bisa kalau gak kerja sama buat cari dalangnya. Mungkin ini memang udah terlalu lama terabaikan karena kita sempat berhenti ditengah jalan. Karena hidup gak semudah seperti di film atau novel yang akan langsung ketemu pelakunya. Besok hari terakhir ujian, jadi kita setelah ujian selesai semua murid diizinkan pulang. Kalian tau sendiri kan kalau sekolah kita ini bagi rapornya setelah liburan. Jadi besok kita udah bebas. Hari ini Lika dan Hilwa izin sama bunda ayah kalian. Selama liburan kalian harus di rumah gue. Karena di rumah gue kita bisa kerja sama. Arul juga harus di rumah gue," jelas Cassie.

Hilwa terkejut mendengar kalau kak Arul juga akan satu rumah dengannya. Sementara Lika mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Cassie.

"Next, gue mau ngasih tau. Gue sama arul udah dapatin id dari pengirim email yang menjebak Zeline. Setelah di cocokkan dengan koordinat GPS ternyata id tersebut berasal dari salah satu asrama putri," sambung Al dengan wajah serius.

Hilwa dan Lika saling tatap. Mereka sama-sama terkejut. Sedangkan Cassie tersenyum sinis karena ia yakin pelakunya adalah orang yang sejak awal jadi targetnya.

"Cih. Cewek gila, tunggu aja gue jebloskan lo ke penjara. Karena umur lo juga udah delapan belas tahun." Cassie tersenyum kecut.

"Lo tau siapa pelakunya?" Lika terlonjak. Hilwa menatap Cassie bingung.

"Gue bakal kasih tau kalian kalau bukti-bukti kuat udah kita dapatin."

"Lanjut, Rul," ucap Al.

"Oke, jadi besok gue mau kalian cari tau pemilik id ini." Arul  memperlihatkan peta yang sudah diprint sebelum mereka bertemu.

***

Up lagiii yeaay

Salam
RiciLight

New DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang