Kantin sekolah terlihat ramai. Para murid berbondong-bondong menyerbu meja untuk mendapatkan tempat makan yang diinginkan. Al dan Arul berjalan santai. Tempat mana saja tidak masalah bagi keduanya. Jika penuh mereka bisa pergi membawa makanan atau minuman yang mereka beli. Lalu mencari lapak yang nyaman.
Keberuntungan sepertinya sedang memihak Al dan Arul. Setelah membeli minuman dan roti mereka mendapatkan meja di ujung kantin, yaitu tempat favorit keduanya.
Setelah beberapa menit duduk tiba-tiba seseorang laki-laki datang dan berbisik pada Al. Mata Al terbelalak setelah mendengar ucapan laki-laki tersebut. Ia bahkan pergi meninggalkan Arul yang baru saja ingin melahap rotinya.
"Oii. Mau ke mana lu?" panggil Arul.
"Lah, kebiasaan ninggalin gua. Oii, lu. Iya, elu. Sini!" Arul memanggil laki-laki yang baru saja berbisik pada Al.
"Lu ngomong apa sama Al?"
"Anu, Bang. Adiknya bang Al masuk ke ruang BK. Karena jahilin teman kelas kami dan saya sekelas sama Cassie," jawab laki-laki itu dengan kikuk.
Raut wajah Arul terlihat gusar. Ia berjalan cepat menyusul Al. Sementara itu Al berlari kencang menuju ruang BK.
Kenapa sih Cass? Jangan buat masalah lagi dek. Please, batin Al sambil terus berlari. Cassie adalah satu-satunya adik yang dia miliki. Walau Cassie tidak pernah menganggapnya sebagai kakak. Namun ia tidak pernah perduli anggapan Cassie padanya, yang jelas Cassie adalah adik kecilnya.
***
"Kenapa kamu melakukan hal seperti ini Cassie? Apa semua yang kamu lakukan ini benar?"
"Bukan saya pelakunya. Semua itu bukan ide licik saya. Semua itu ide busuk Acha," tunjuk Cassie pada Acha yang saat itu menjadi saksi. Sedang Zeline duduk di sisi kanan Cassie sebagai korban. Zeline merasa sangat murka. Tangannya terus saja terkepal kuat.
"Tolong, Nak. Jangan memutar balikkan fakta."
Mendengar ucapan bu Yan yang semakin memojokkan Cassie, hati Acha semakin senang. Senyuman licik jelas terlihat sesaat walau tak ada yang menyadarinya.
"Ayo jujur saja Cassie. Dengan jujur masalah ini akan lebih mudah diselesaikan," bujuk bu Yan.
"Udah deh. Jujur aja lo dasar anak baru," cetus Acha.
Mata Cassie menatap tajam Acha.
"Baiklah, tapi tidak sepenuhnya saya yang melakukannya, Bu," jelas Cassie untuk meyakinkan Bahwa bukan dia saja pelaku kejahilan ini.
"Cassie! Jangan memancing emosi saya." Bu Yan kini mulai marah.
Tiba-tiba suara pintu yang dibuka paksa membuat semua terdiam.
"Saya pelaku sebenarnya." Dengan lantang Al masuk lalu memberikan pengakuan dengan sangat jelas. Cassie melotot terkejut ke arah Al. Acha tak kalah terkejutnya. Matanya bak bola kelereng yang mau keluar dari tempatnya. Sedang Zeline mengerutkan dahi karena ia bingung. Jelas Zeline tau bahwa Al tidak memiliki permasalahan yang bisa membuatnya dendam atau sampai jahil mengerjai dirinya.
***
"Ngapain sih Al bela si Cassie itu? Kan dia cewek gak beradab. Bahkan dia gak pernah anggap Al itu kakak dia," omel Acha sendiri setelah keluar dari ruang BK. Sementara Cassie, Zeline dan Al masih berada di ruangan tersebut.
"Kakak ngatain orang gak beradab? Bukannya Kakak sendiri juga gak beradab? Kakak bahkan fitnah junior kakak sendiri." Tiba-tiba suara seorang perempuan mengejutkan Acha sehingga membuatnya reflek berbalik ke arah suara. Ternyata yang di belakangnya saat ini adalah Hilwa.
"Heh, lo jadi anak baru gak usah ikut campur," ancam Acha.
"Busuk. Jadi seperti ini ya watak seorang bendahara OSIS?" Hilwa menyeringai.
"Gue harus ikut campur kalau masalahnya menyangkut sahabat dan teman kamar gue, kak. Kakak harus hati-hati. Karena saya tau apa yang udah kakak lakukan," balas Hilwa untuk mengancam balik Acha. Tanpa menunggu respon dari Acha Hilwa langsung pergi meninggalkan Acha. Acha terlihat begitu kesal dan terus menggigit kukunya.
Setelah merasa jauh dari Acha, Hilwa bersandar di dinding.
"Gila. Kok gue berani banget bicara begitu sama kakak leting? Yah, gue memang tau sesuatu sih, walau gak banyak. Aduuuuh kok gue malah jadi takut?" Hilwa menghentak-hentakkan kakinya sambil menutup muka dengan kedua telapak tangannya.
***
"Jadi kamu mau bilang kalau semua kejadian yang dialami Zeline itu ulah kamu?" tanya bu Yan untuk memastikan. Cassie menundukkan kepalanya perlahan.
"Iya, benar." Jawaban Al membuat mata Cassie terbelalak dalam tundukannya.
"Kalau memang benar, kenapa kamu melakukan hal seperti ini pada salah satu adik kelas kamu?" tanya bu Yan lagi.
"Saya tidak suka karena dia terus membuat masalah dengan adik saya," tegas Al.
Zeline yang mendengar jawaban dari Al merasa tidak percaya.
Dia beneran pelakunya? Atau dia sengaja menutupi kesalahan Cassie? Tapi raut wajahnya gak kelihatan kayak orang yang lagi berbohong? Zeline terus membatin.
Sementara Cassie menatap dalam Al.
Gue bukan adik lo. Gue gak terima. Gue gak suka! Gue gak pernah nganggap elo itu kakak gue. Tapi dari dulu sampai sekarang kenapa lo terus bersikap seakan lo itu kakak gue? Kak Al?
Mata Cassie berkaca-kaca, yang ditatapnya sedang fokus menatap bu Yan.
"Al? Bukannya kamu anak Pak Alvaro?"
"Ya, memang benar, Bu."
"Lalu Cassie? Bukannya anak pak Alva hanya kamu saja?"
"Bu, saya hanyalah anak sulung yang diangkat dari jalanan. Cassie adalah adik saya. Dia anak kandung serta anak tunggal pak Alva," jelas Al.
"Kakak?" Cassie melotot ke arah Al dengan mata yang sudah penuh oleh bulir yang siap jatuh.
Lo bicara apa sih kak? Harusnya hal rahasia seperti ini gak boleh diungkapkan!
***
Semoga suka ya sama bab kali ini.
Maaf atas typonya.
Rencanya mau nulis serius jadi gagal. Di ajak keluar sama yg punya rumah (ngekos) jadi gagal nulis . Baru bisa ngetik di jam 1 hiksSalam
RiciLightSunday, 13 okt 2019 1.47 wib
KAMU SEDANG MEMBACA
New Day
SpiritualOPEN FEEDBACK 🙏 Update per- Minggu ] [ Mulai 7 Juli 2019 ] Sangat butuh krisan! Masa-masa SMP berhasil dilewati bersama. Kini dua gadis yang sedang beranjak dewasa memilih untuk terus bersama-sama memijakkan kaki di dunia putih abu-abu. Kabar gembi...