Genggaman Tangan Ibu

711 16 3
                                    

Part_2

Genggaman Tangan Ibu

*****
Sudah satu minggu, Dinda diantar jemput, Mas Aryo. Gadis desa yang mandiri, paling tidak suka merepotkan orang.

Terbiasa, segala sesuatunya dikerjakan sendiri. Berkali-kali menolak, berkali- kali juga Tante Rasti memohon. Membuat Dinda tidak bisa berkutik lagi.

Tante Rasti, tidak hanya baik, tapi beliau juga tulus dan amat penyayang. Ibu dari tiga orang anak laki-laki, Mas Aryo, Mas Bima dan Agil.

Keluarga Tante Rasti, adalah keluarga harmonis. satu sama lain anaknya, sangat rukun dan santun.
Membuat Dinda betah sampai hampir dua tahun, kost di rumah Tante Rasti.

Tidak diberi kesempatan Angga, sekedar menyapa atau mendekati. Sebetulnya tidak menjadi masalah, buat Dinda. Hanya ada sisi kosong yang hilang dari hati Dinda.

Sapaan Ibu Sonia.

Suaranya khas, anggukan dan senyum yang tulus, sudah satu minggu ini, tidak dirasakan Sonia.

Seperti pagi ini, ketika Mas Aryo mengantar Dinda ke kantor, betapa hati Dinda sedih, melihat Ibu Sonia berdiri di depan pagar.

Menengok kekanan dan kekiri. Ketika melihat Dinda di bonceng Mas Arya, senyum Ibu Sonia mengembang.

"Selamat pagi Nak?

Dinda hanya sempat mengangguk, dan tersenyum. Ah! Senyum itu mengingatkan Dinda pada almarhum Mama.

Lembutnya, suaranya mirip sekali. Apa karena itu, seperti ada ikatan kuat antara Dinda dan Ibu Sonia.

Sore hari tiba-tiba Mas Aryo menelpon.

"Din, maaf Mas Aryo nggak bisa jemput ya, ada lembur tiba-tiba," kata Aryo.

"Oh, ya Mas, nggak apa-apa, nanti Dinda pulang sendiri."

"Jangan mau, kalau diajak si bangke."

"Siiplah," jawab Dinda.

Sore itu Dinda pulang kerja jalan kaki, seperti biasa, Dinda berjalan santai. Tiba- tiba ada suara yang tidak asing menyapa dari belakang.

"Ayo Abang antar pulang."

"Terima kasih Bang, saya jalan saja."

"Ayolah, jangan takut Abang nggak gigit."

"Maaf, saya jalan saja."

"Takut Aryo marah ya," kata Angga.

"Kenapa takut Mas Aryo Marah."

"Barangkali, Aryo kalau cemburu kan gampang marah," kata Angga meledek Dinda.

"Kamu, pacar Aryo ya," kata Angga menyelidik.

"Memang kenapa," kata Dinda.

"Kalau kamu pacar Aryo, Abang lagi nunggu putusnya."

"Tapi, kalau kamu bukan pacar Aryo, Abang mau jadiin kamu pacar sekarang.

Dinda hanya tersenyum, melihat ulah Angga. Karena Dinda tidak mau di bonceng, jadilah Angga mendorong motornya sambil berjalan di sebelah Dinda.

Sampai melewati rumah Angga. Terlihat banyak orang, ada apakah?

Ibu sakit," kata Bibi pada Angga.

Angga begitu cemas, cepat-cepat dia masuk, tanpa disadari Dinda ikut masuk.

Dengan cekatan Dinda membuatkan teh hangat dan meminumkannya.

Setelah beberapa saat kemudian, Ibu Sonia baru sadar kalau Dinda ada di depannya.

Menantu Pilihan Ibu by Erseclussie ( Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang