Menantu Pilihan Ibu
Part 26
Wisuda Aning
*****
Aning lupa memberitahu Ibu, kalau dia memberi nomor handphone pada Pakde Yo, maklum dirumah Dinda, alat komunikasi cuma satu, itupun lebih banyak Aning pegang.
Pagi ini, Aning tergesa-gesa ke Kampus, ada bimbingan skripsi dengan Dosen terkiller di Kampusnya, tidak sempat sarapan di rumah, Dinda cepat-cepat memasukkan bekal Aning kedalam tas ranselnya.
"Aning pergi dulu ya Bu," kata Aning sambil mencium pipi dan kening Dinda.
"Hati-hati ya Kak," kata Dinda berpesan pada Aning.
"Ayo, Kak Lesta dan Kak Rinka cepat, nanti terlambat."
Dinda sudah menunggu di motor, tugas wajib antar jemput sekolah anak-anak. Si bungsu selalu ikut.
Andik anak baik, tidak nakal, tidak rewel dan penurut. Sering Dinda menangisi si bungsu, Andik tidak pernah merasakan sosok Bapak sama sekali. Itu sebabnya Andik jarang merespon kalau ada orang baru, bahkan cenderung diam.
Sudah memasuki usia sekolah, tapi perbendaharaan kata-katanya masih terbilang sedikit, dibanding anak seusianya. Kakak-kakaknya sayang sekali, terutama Rinka, selalu mengajaknya bermain.
Andik paling senang sama Rinka, karena selalu membawa oleh-oleh, berupa mainan, atau makanan yang Rinka beli dari sekolah.
Mobilan dibelikan Pakde Yo, tidak pernah dilepas dari tangan Andik, dia sangat menyukainya. Itu mainan terbagus yang pernah dimilikinya.
"Bu, besok beli mobil lagi ya," kata Andik
"Ya ... besok kita beli mobilan lagi, Ibu nabung dulu?" kata Dinda.
Andik mengangguk, tanda mengerti.
*****
Tut ... tuut ... tuuut ... bunyi dering bersamaan getar dari handphone terdengar jelas.Kebiasaan Aning, suka lupa membawa handphone.
"Hallo, maaf handphone Aning tertinggal di rumah, ini saya Ibunya."
"Ini Bu Dinda Ya," terdengar suara dari seberang sana."
"Iya betul, dengan siapa saya bicara," kata Dinda.
"Dengan Pakde Yo," terdengar suara tawa lepas dari seberang telepon.
"Mas Aryo!" kata Dinda setengah kesal, karena sudah berhasil di bohongi.
"Kemarin Aning kasih nomor ini, mau ada seminar lagi, dan Mas diundang," kata Aryo menjelaskan.
Aduh!, jadi tidak enak hati, pasti Aning memanfaatkan, kedekatan Ibunya untuk acara seminar ini, kata Dinda dalam hati.
"Anak-anak sudah pulang sekolah?" tanya Aryo.
"Belum, Mas, sebentar lagi Dinda jemput."
"Mas," kata Dinda.
"Ya," jawab Aryo singkat.
"Jangan terlalu manjain anak-anak, Dinda tidak sanggup meneruskannya," kata Dinda.
"Uang Mas tidak ada yang pake Din, biar saja sekali-kali keluar."
"Tapi tidak sebanyak itu juga, Mas?"kata Dinda."
"Ya, Bu," jawab Aryo.
Kata-kata "Ya, Bu. Itu milik Angga, mengapa harus diucapkan Mas Aryo, membuat luka yang hampir tertutup itu menganga kembali.
semabuk-mabuknya Angga, ketika dia mengucapkan kata-kata itu, intonasi suaranya sama sekali tidak terdengar nada emosi, dan semarah-marahnya Angga dia tetap ber- kamu, saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu Pilihan Ibu by Erseclussie ( Sudah terbit)
General FictionSipnosis Menantu Pilihan Ibu Dinda Kamadia gadis desa, dari sebuah Dusun di kecil diujung pulau Jawa. Yatim piatu, ditinggal orang tuanya ketika masih kecil. Dia diasuh Bibi dan Paman yang dipanggilnya Emak dan Bapak. Setelah lulus SMA, Dinda meran...