Penghinaan Pertama Angga

524 11 0
                                    

Part_5

Penghinaan Pertama Angga

*****
Angga jadi sering di rumah Kak Etha, hampir setiap hari. Dinda jadi risih juga setiap hari di awasi terus, ke kantor hanya seratus meter saja, diantar jemput. Makan siang dikirim dari rumah Ibu Sonia.

Awalnya senang juga diperhatikan,

lama-lama jadi jengah. Belum lagi kalau dijalan ada yang ngeliatin Dinda, langsung ditegur Angga, pake acara mata melotot, ini pacar apa Satpam, jadi nggak Bisa bedain.

Setiap hari ada saja pertanyaan yang diulang-ulang. Lebih tepatnya introgasi. Kalau jawab meleset sedikit, akan ada ceramah, panjang kali lebar kali tinggi.

Anak-anak Kak Etha protes, karena terlalu mengekang Dinda.

"Om, gitu banget gaya pacarannya, anak orang dibikin kaya tahanan," kata Amel.

"Harus diawasi, takut diambil orang."

"jangan-jangan om nih, ambil pacar orang," kata Dio.

"Huush, anak kecil, mau tahu urusan orang besar," kata Angga.

"Jangan gitu dong Om, Ka Dinda juga butuh teman, jangan egois."

"Ini Tantemu jangan panggil Kakak," kata Angga sewot.

"Yaeelah, belum juga jadi, nanti kalau janur kuning melengkung, baru panggil Tante."

"Umur saja cuma beda tiga tahun," kata Amel.

"Pikir lagi Kak Dinda, mau sama Om, daripada nyesel."

"Eh, nih anak. Kompor sekali dirimu."

Perdebatan Om dan keponakan, membuat Dinda berpikir ulang, jauh sekali, waktu dekat sama Mas Aryo, memberikan kebebasan seluas-luasnya. Nyaman, tidak ada rasa takut salah, karena tidak ada introgasi. Bisa tertawa, nyanyi, melucu, Mas Aryo Hanya senyum.

Angga lain, Dinda nyanyi, langsung dikasih uang dua ribuan, Dinda tertawa katanya nggak sopan perempuan tertawanya lebar. Dinda melucu, Angga diam tanpa ekspresi. Hidupnya garing banget, kaya kerupuk kaleng, seribuan.

*****
Tiba-tiba Mas Aryo telepon, menanyakan kabar, minta maaf tidak kasih kabar, dan menanyakan apa betul Dinda sudah pacaran sama Angga. Mas Aryo mau dengar dari Dinda langsung. Angga datang ke rumah Aryo, memberitahukan kalau Dinda dan Angga mau menikah. Suara Aryo bergetar, menahan tangis.

"Mas menyesal Din, nggak membalas suratmu, nggak menghubungimu, Mas pikir nggak secepat ini Dinda berubah."

"Mas kesel, kamu pindah tiba-tiba, jadi Mas, nenangin diri, untuk mengambil langkah selanjutnya.

Keluarga sudah perundingan, untuk menemui orang tua Dinda. malah si bangke kerumah, buat pengumuman. Mama sampai nangis Din," kata Mas Aryo

"Dinda dua kali ke rumah, Mas menghindar. surat nggak dibalas, telpon nggak diangkat. Dinda cuma minta kejelasan status, masa harus Dinda yang mengungkapkan."

"Hampir dua tahun Dinda serumah, kadang Dinda merasa seperti pacar. kadang merasa seperti adik, kadang juga seperti teman. Mas nggak punya pendirian sebagai laki-laki."

"Sekarang Ada Angga, sudah pasti mau sama Dinda, biar orangnya begitu, tapi Angga berani mengungkapkan, apa salah kalau Dinda terima."

"Maaf Mas, kalau jodoh nggak akan kemana, tapi untuk saat ini keputusan sudah Dinda ambil."

"Coba pikir ulang Din, belum terlambat, daripada menyesal."

"Jangan buat Dinda jadi merasa bersalah, semua cuma waktu, jodoh, maut, rezeki itu diluar batas kemampuan Dinda."

Menantu Pilihan Ibu by Erseclussie ( Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang