Perjanjian_Pranikah

523 15 3
                                    

Menantu_Pilihan_Ibu

Part :23

Perjanjian_Pranikah

*****
Kak, Etha menarik tangan Dinda untuk berdiri. Dipeluknya Dinda dengan penuh kerinduan.

"Tepuk tangan dulu buat Ibu yang tangguh dan hebat."

Semua Kakak-Kakak Ipar, keponakan dan cucu keponakan bertepuk tangan, terlihat Amel menangis, sambil memangku anak-anaknya.

Ibunya Aning yang hebat ...

"Terima kasih sudah pernah menjadi bagian dari keluarga ini, maafkan kami hanya bisa membuatmu, menderita, masalah demi masalah kamu lalui tanpa mengeluh, dan kamu pikul sendiri."

"Awalnya Kakak menganggap ini kesombongan dan keangkuhan hatimu, ternyata kamu tipe tidak mau menyusahkan orang lain."

Kak Etha mulai menangis ...

"Kita cuek, masa bodoh, tidak peduli, urusan masing-masing."

"Tetapi kejadian Aning kemarin membuat kita sadar, betapa menderitanya kalian selama enam belas tahun"

"Karena lelaki yang tidak bertanggung jawab, Kak Etha lah saksi hidup itu."

Kak Etha kembali mengusap air matanya yang mengalir di pipi.

"Betapa jahatnya Angga memperlakukan Dinda, dan anak-anak. Menyiksa, lahir bathin."

"Atas nama keluarga mohon maaf yang sebesar- besarnya."

"Kebetulan ada momen pas, buat acara kumpul, makanya kita buat acara ini. Special buat Dinda."

"Selamat ulang tahun, panjang umur, sehat selalu diusia ke tiga puluh tujuh ini tambah sukses."

Semua bertepuk tangan buat Dinda, Amel satu-satunya keponakan paling dekat, dia banyak mensupport Dinda, dengan pola pikir anak muda.

"Ayo sekarang Tante Dinda yang kasih sepatah dua patah kata," teriak Amel.

"Terima kasih buat surprise nya, ini adalah kue ulang tahun pertama dalam hidup saya."

"Hidup itu bukan perayaannya, tapi bisa memaknai hidup setiap hari jadi lebih baik."

"Pada dasarnya, manusia itu mendapatkan apa yang sebenarnya tidak dikehendaki. Sama seperti saya, Bang Angga, Kakak, keponakan dan semuanya."

"Tapi ketika Tuhan memberikan semua itu pada saya, harus diterima karena itu bagian dari proses, supaya menjadi lebih baik."

Semua menangis, Bapak, Angga, Kak Etha, Bang Jefri dan yang ada ruangan itu.

"Ada tiba saatnya nanti, saya dapat hadiah dari Allah yang terbaik."

"Dinda tidak menyalahkan Bang Angga, karena sebuah perkawinan itu harus dilandasi kekuatan ikatan kasih yang kuat."

"Saya dan Bang Angga tidak punya. Saya punya ikatan kasih kuat hanya pada Ibu. Jadi ketika Ibu tidak ada, hilang juga semuanya."

"Bapak, maafkan Dinda tidak bisa menjadi anak menantu yang baik, buat Bapak, tidak bisa menjaga Bapak."

Bapak menangis," kalau saja Bapak tidak menyuruhmu kontrak rumah, pasti kamu masih jadi menantu saya," kata Bapak Terisak."

"Tidak ada yang perlu disesali, semua punya hikmah," kata Dinda.

Kak Etha, berdiri memegang tangan Dinda erat, diciumnya tangan kasar itu.

"Dinda, maukah kamu menjadi bagian dari keluarga Kurniawan kembali, keluarga ini akan menjamin Dinda tidak akan menderita, karena Dinda akan dilindungi dengan kekuatan hukum yang sah," kata Kak Etha."

Menantu Pilihan Ibu by Erseclussie ( Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang