Menantu Pilihan Ibu
Part :10
Lahir anak kedua dan Angga bekerja*****
Tidak terasa Aning sudah berusia lima tahun, sudah bersekolah di TK, pintar sekali, umur lima tahun dia sudah lancar membaca, Aning hafal nama-nama Menteri Kabinet pembangunan, jamannya Presiden Soeharto, dia hafal nama-nama dua puluh lima Presiden di dunia, Aning juga hafal nama-nama Bendera negara di dunia.
Dinda rajin membeli buku ensiklopedia, globe, dan bercerita pada Aning tentang dunia, walau Aning belum mengerti, Dinda tetap bercerita, untuk menambah daya ingat Aning. Les tari Bali dan les renang juga diberikan Dinda untuk Aning. Dinda ingin suatu ketika Aning sudah besar berwawasan luas, jangan seperti Ibunya. Perempuan kampung yang hidupnya kurang beruntung.
Bapak mertua sayang sekali sama Aning, kepandaian Aning terlalu sering dipamerkan Bapak ke saudara, rekan koleganya, maupun teman-temannya, Sampai Dinda malu.
"Pak, jangan terlalu, manjain Aning, tidak bagus," kata Dinda pada Bapak.
"Ini cucu saya yang hebat, setiap orang heran kalau dia sedang membaca koran," kata Bapak bangga.
Banggakah Angga, tidak sama sekali, kata Angga anak jangan terlalu di manja, nggak bagus besarnya nanti. Walau Angga cuek sama Aning, tapi Angga tidak pernah memarahi Aning, sekalipun Angga mabuk, Aning minta gendong, Angga tidak pernah menolak. Hanya Aning yang berani mendekat, ketika Angga sedang mabuk. Hal terbaik dalam hidup Angga, tidak pernah marah sama Aning.
*****
"Bu, Aning rangking lagi," kata Aning memamerkan raportnya. Bangganya Dinda pada putri ini. Dipeluknya Aning, tak terasa air mata mengalir.
"Aning sudah kelas dua," kata Aning gembira.
"Terima kasih ya Nak, sudah buat Ibu Bangga dan senang," kata Dinda.
Aning tumbuh menjadi anak yang mandiri, tidak nakal dan penurut. Membuat Oma, Opa, Kakak-Kakak sepupu, dan wawaknya sayang sekali sama Aning.
Dengan Angga, Aning sudah mulai jauh, mungkin semakin besar semakin tahu kalau Bapaknya suka mabuk.
Waktu Angga datang, Aning membawa raportnya.
"Pak, Aning rangking lagi, nih raportnya," kata Aning sambil menyodorkan raport pada Angga.
"Hemm," kata Angga sambil ngeloyor pergi, tanpa dilihat sedikitpun raport yang Aning tunjukkan.
Aning mematung, air matanya mengalir di kedua pipinya. Ibu menghampiri dan mencium kedua belah pipi Aning. Sedih juga hati Ibu, Angga memperlakukan Anaknya seperti itu.
*****
Sudah dua bulan ini, Dinda tidak nafsu makan, badannya semakin kurus, Ibu terus mendesak Dinda untuk berobat.
Sampai Ibu bertanya,
"Nak, jangan-jangan kamu hamil."
Dinda baru sadar, bahwa sudah beberapa bulan ini belum datang bulan, bagaimana ini, pikir Dinda panik. Mengingat penderitaan kehamilan Aning, membuat Dinda trauma. Keesokan harinya Dinda test pack untuk memastikan. Benar saja hasilnya positif.
"Bang, saya hamil," Ujar Dinda.
"Apa hubungannya dengan saya," kata Angga.
"Oh, Abang nggak yakin juga sama anak ini," Dinda mulai gusar.
"Menurut kamu aja," kata Angga.
"Apa kita harus pisah lagi, tunggu lahir, mukanya kaya siapa, baru kamu yakin, anak siapa. Apa kamu belum siap juga punya anak," Dinda terus bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu Pilihan Ibu by Erseclussie ( Sudah terbit)
General FictionSipnosis Menantu Pilihan Ibu Dinda Kamadia gadis desa, dari sebuah Dusun di kecil diujung pulau Jawa. Yatim piatu, ditinggal orang tuanya ketika masih kecil. Dia diasuh Bibi dan Paman yang dipanggilnya Emak dan Bapak. Setelah lulus SMA, Dinda meran...