chapter 7

76 8 14
                                    


Previous

Kanzo keluar dengan wajah yang sangat lesu. Wajah kusutnya membuat kudo dan juga Daichii semakin kalut.
“Bagaimana??” tanya keduanya bersama sama.

“Eichii...”

Hallooo....  Im back....  Adakah yang setia menunggu  chapter selanjutnya?  Jangan lupa buat vote and comment ya....  Vote kaliam sangat berarti buat aku...  Makasihhh....

Happy reading... 

“come on Kanzo! kau jangan menakuti kami.” Desak Kudo tak sabar. Giginya gemertak menahan emosinya melihat wajah Kanzo yang lemas.

Kanzo menatap kedua sahabatnya bergantian, “ Aku sudah berusaha keras, sekarang tinggal kita serahkan pada Tuhan, akan keajaiban yang dia berikan pada Eichii, dia meminum terlalu banyak racun. Racun itu dcampurkan pada wine yang dia minum.” Terang Kanzo berusaha menjelaskan pada Sahabatnya.

Kudo yang emosi pun mencengkeram kerah Kanzo tak terima, “lakukan sesuatu untuk Eichii...!" nafasnya terengah menahan amarahnya.  "Eichii harus sembuh!” Daichii langsung menarik tangan Kudo yang mencengkeram erat kerah Kanzo. “kau gila ya!”bentak Daichii, Kanzo hanya menunduk sedih. Berusaha menahan airmatanya.

“kau juga Dachii! Kau asistennya! Seharusnya kau selalu ada disampingnya! Kenapa kau meninggalkannya sendiri. Kemana saja kau?!” bentak Kudo tak terima. Semua memaklumi akan kesedihan Kudo. Kudo tumbuh dan besar bersama dengan Eichii, dia sudah menganggap Eichii adalah adiknya sendiri, bahkan dia rela menyerahkan nyawanya untuk Eichii.

“kalian harus menyembuhkannya...” air matanya sudah tak tertahan lagi, tetesan air mata itu telah menggenangi mata lebarnya, Kudo terduduk lemas mengingat Eichii yang terbaring lemah.

“apa tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan Kanzo?” tanya Daichii kemudian.

“Penyemangat hidupnya....”Kanzo seperti menjeda kalimatnya. “tapi aku tidak yakin, siapa orang yang sangat ia harapkan dalam hidupnya.” Lanjut Kanzo.

“Orang tuanya! Haruskah aku membawa orang tua Eichii kesini?” tanya Kudo semangat. Ada binar harapan yang sangat besar dimatanya. “apakah itu tidak membahayakan nyawa mereka?” tanya Kanzo bimbang.

“akankah Eichii menyukai ide gila ini?” Daichii pun meragukan usulan Kudo. Kudo semakin kesal dengan kedua sahabatnya itu. “kalian ingin dia sembuh atau tidak!” Bentaknya, habis sudah kesabaran Kudo melihat kedua nya yang benar benar lambat.

“baiklah, bawa mereka berdua kesini...” jawab Kanzo final yang dsambut senyuman puas dari Kudo. Sesegera mungkin Kudo berlari untuk menjemput orang tua Eichii.

Tak henti hentinya Kudo tersenyum, meski hatinya perih karena keadaan Eichii yang di ambang kematian, tapi masih ada harapan yang iya sematkan dalam hati yaitu ‘Keajaiban’, dia berharap Eichii mendapatkan keajaiban itu.
.
.
.
Kudo telah sampai tepat di depan pintu kamar orang yang selama ini begitu Eichii rindukan, orang yang selama ini mengisi ruang hati Eichii. Dengan segera Kudo menekan bel kamar itu, sudah 3 kali dia menekannya, namun tak ada tanda tanda seseorang akan membukakan pintu.

“kau yakin mereka tidak keluar kamar sama sekali?” tanya Kudo pada Lay, salah satu sniper andalannya.

“benar, sedari tadi aku berada disini, aku hanya mengijinkan seorang pelayan yang mengantarkan makanan pada mereka untuk masuk, akuoun sudah memeriksanya.” Jelas lay.

“owh shit!!!!” bentak Kudo kasar, perasaannya tidak enak, tanpa berpikir 2 kali, Kudo langsung mengarahkan pistolnya ke arah pintu kamar itu. Dengan sekali tendang, pintupun terbuka, disana, Kudo melihat kedua appa Eichii tergelatak. Nafas Kudo serasa tercekat di tenggorokan. Berharap dia masih ada kesempatan.

Brother (baekhyun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang