Setiap hari, Mayu selalu menyempatkan untuk menjenguk Kazuma yang sakit. Kadang ia membawakan beberapa bunga untuknya dan dipasang di vas meja agar Kazuma bisa melihatnya setiap hari.
Meski kondisinya semakin parah, ia sama sekali tak merasa ketakutan seperti dulu. Kini semuanya terbalas dengan rasa ketulusan Mayu padanya. Meski itu bukanlah perasaan cinta, namun bagi Kazuma itu adalah sebutir harapan untuknya tetap bertahan hidup.
"Nee Kazuma, apa menurutmu aku harus mengambil tawaran masuk perguruan tinggi itu?" Tanya Mayu pada Kazuma yang sedang memakan beberapa buah di sampingnya.
"Un, itu bagus jika ada tawaran. Artinya kesempatanmu semakin banyak, dan tak perlu lagi dengan tes." jawabnya
"Tapi, ini terlalu cepat untukku, aku tak yakin apakah aku bisa menerimanya."
"Jika kau yakin, kau pasti bisa Mayu."
Kazuma memegang pipi Mayu pelan, gadis itu masih terus gelisah memikirkan tawaran kuliahnya. Sementara Kazuma masih saja berupaya membuatnya lebih bangkit.▪
Malam itu tepatnya pukul 01.25 ponsel Mayu berdering terus menerus. Padahal ini jam tidur, tapi siapa yang menelponya malam malam begini.
Terlihat di layar ponsel, nama Kazuma yang menelponya. Mayu terkejut lalu mengangkat telepon itu dan mendapatkan kabar bahwa Kazuma sedang kritis. Yang menelponya sekarang adalah ibunya Kazuma yang pernah ditemui Mayu sebelumnya. Beliau sangat panik dan tak tau harus memberitahu siapa lagi jika bukan Mayu.
Saat itu juga, Mayu bangun dan meninggalkan rumah. Ia berangkat sendirian karna ini menyangkut dirinya jika Kazuma sampai kenapa napa. Mayu hanya meninggalkan sebuah surat di meja makan, lalu pergi begitu saja.
Ayah, ibu dan adiknya yang masih tidur tentu tak tau kemana gadis itu pergi.
Mayu hanya naik taksi, dan dengan cepat ia sampai di rumah sakit.
Ibu Kazuma benar benar syok berat. Beliau sempat dibantu oleh dua orang suster di depan ruang tunggu. Pasalnya beliau sampai mengelesot di lantai, dan membuat beberapa perawat merasa khawatir dengan keadaanya juga.
Kazuma masih ditangani, tak juga ada kabar tentang kemajuannya. Hingga tepat pukul 03.28 dokter membukakan pintu. Dengan wajah dingin, dokter itu keluar tanpa berkata apapun
Mayu yang disana masuk begitu saja di ruangan dan melihat Kazuma yang masih terbaring. Dia sudah sadar tapi hanya diam tanpa melihat seseorang yang keluar masuk ruangan itu.
Wajah Kazuma sangat pucat. Sulit baginya untuk tersenyum.
"Kazuma, daijoubu?" Tanya Mayu perlahan sambil memastikan. Sementara Kazuma malah balas tersenyum dan memegang tangan gadis itu.
"Jangan khawatirkan aku. Aku akan selalu baik baik saja."
"Dia tadinya memaksa untuk menemuimu, tapi rasa sakitnya kembali dan ia harus kembali dirawat." imbuh wanita yang diyakini adalah ibu dari Kawamura Kazuma. Beliau masih saja tergopoh gopoh berjalan. Memastikan bahwa putranya akan tetap sembuh.
Mayu terdiam sambil memandangi Kazuma di depannya. Rasa takutnya kembali muncul. Ia takut jika-
"Jangan mencemaskanku ya, aku tidak akan pergi kok." Kazuma mengelus kepala Mayu perlahan. Mirip anak kecil. Ia justru tersenyum lebar layaknya menutupi ketakutannya.Dan gadis itu malah menangis di hadapannya.
"Kau tak perlu khawatir, selagi kau mengingatku, aku akan tetap hidup di pikiranmu." Suara berat Kazuma hanya membuat Mayu semakin sakit hati. Meskipun ia tak bisa memberikan hatinya pada pemuda itu, nyatanya ia tetap takkan rela jika sahabat baiknya itu pergi dalam waktu singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikanaide ▪ 遠くへと 消えていく ぼくを置いてって
Fanfic[COMPLETED] Tak ada apapun. Aku hanya diam selagi kau tak tau aku. Dirimu kembali hidup dan bersemi dalam dirinya. Itukah kau yang disana? Yang kembali muncul saat aku mulai berpaling darimu. Akankah lebih baik jika hidupku penuh dengan rasa suka? L...