Dalam ingatan Arjuna, rasanya baru kemarin Syauqi alias Oki diantar orang tuanya pindah ke rumah bangtan. Dengan mata bulat dan gigi kelinci, Oki yang masih mengenakan seragam sekolah dengan malu-malu memperkenalkan diri. Tidak terasa hari ini Oki sudah resmi saja melepaskan seragam sekolahnya dan melaksanakan hari pertama ospek. Ternyata satu tahun itu cepat juga, ya?
Arjuna menyisir rambutnya yang agak basah oleh sisa air wudhu. Masih mengenakan piyama, ia beranjak keluar kamar demi melihat Oki yang akan berangkat ospek hari ini.
Tepat seperti dugaan Arjuna, bukan hanya dirinya yang sengaja bangun super pagi untuk melihat Oki berangkat ospek. Semua penghuni bangtan kecuali Yugi bahkan sudah keluar dari kamar masing-masing dan membantu Oki bersiap-siap.
Oki sendiri sebenarnya tidak perlu banyak bantuan selain dibuatkan bekal karena ia sudah menyiapkan segala peralatan ospek sejak semalam.
Arsen terlihat sedang berkutat di dapur, sibuk mengolah makanan untuk Oki bawa sebagai bekal. Menu bekal yang ditentukan oleh panitia ospek untuk membawa sayur sop, ayam goreng dan tempe goreng membuat Oki terpaksa meminta tolong Arsen untuk memasak di pagi buta.
Sebetulnya Oki punya opsi lain untuk membeli saja sayur sop di warteg dekat kontrakan mereka semalam dan tinggal menghangatkannya pagi ini. Tetapi Arsen bersikeras untuk membuatkan Oki tidak hanya sayur sop tetapi juga ayam dan tempe gorengnya. Sepulang kerja semalam, Arsen sudah membawa kantung plastik berisi bahan masakan. Bahkan sebelum penghuni tertua di rumah bangtan itu tidur, ia menyempatkan diri membuat ayam ungkep untuk digoreng pagi ini.
Lain dengan Arsen, Jayandra sibuk memeriksa isi tas Oki yang berisi alat-alat dan tugas yang diperintahkan panitia. Jayandra bahkan melakukan dua kali pengecekan untuk betul-betul memastikan tidak ada yang terlewat.
Arjuna pagi itu memang tidak melakukan apa-apa dan hanya keluar kamar untuk melihat Oki berangkat. Tetapi bukan berarti lelaki itu benar-benar tidak melalukan sesuatu. Arjuna lah orang yang membantu Oki mengurus berkas administrasi pendaftaran hingga membantu mengerjakan tugas pra-ospek seperti penulisan essay.
Oh, jangan lupakan juga Raja yang sudah menyetrika kemeja putih dan celana bahan hitam Oki hingga rapi. Serta Tarqi yang semalaman memastikan Oki tidur cepat dan tidak main game online dengan tidur di kamarnya.
Semua tampak ambil andil dalam persiapan ospek Oki hari ini. Secara naluri, mereka mengurus Oki seolah Oki adalah adik kandung mereka sendiri.
Arsen memasukkan tupperware terakhir ke dalam tas. Lalu ia menyodorkannya pada Oki dan tidak lupa berpesan, "Abis makan jangan lupa dimasukin lagi! Inget kotaknya ada tiga. Yang kecil dua, yang besar satu. Sendoknya juga awas hati-hati jangan sampai kebuang." Oki seketika merasa dejavu. Ia jadi ingat ibu yang kerap berpesan demikian setiap kali Oki bawa bekal.
Oki nyengir. "Iya, makasih ya Mas sekali lagi. Maaf Oki udah ngerepotin Mas Arsen."
Arsen menjitak pelan kepala Oki. "Apasih repot-repot, tiap hari kamu juga udah ngerepotin Mas jadi santai aja!" Arsen bergurau. Lagipula meskipun pekerjaannya memang sedikit repot, Arsen tidak merasa terbebani atau kerepotan. Ia bahkan merasa senang bisa membantu si bungsu.
Seketika ia merasa melankolis. "Perasaan baru kemarin deh Mas lihat kamu belajar jalan kok sekarang udah mau ospek kuliah aja, sih?" tanya Arsen hiperbolis.
Raja yang juga ada di sana tertawa. "Apaan sih, Mas? Udah kayak gedein Oki dari bayi aja!" Ledeknya.
"Udah dulu hey, udah mau jam enam nih nanti Oki telat!" Jayandra mengingatkan.
Sedikit panik, Oki langsung bergegas menyandang ranselnya yang super berat karena harus membawa air mineral satu setengah liter di dalamnya beserta peralatan ospek lain. "Duh, keburu kan ya kalau jalan?"
Meskipun punya motor, maba yang akan mengikuti ospek dilarang membawa kendaraan sendiri. Mereka yang diantar dan naik kendaraan umum juga wajib berjalan kaki kurang lebih seratus meter dari gerbang kampus karena dilarang berhenti tepat di depan kampus. Jadi Oki juga tidak bisa membawa motornya dan harus berjalan kaki.
Meskipun letak rumah bangtan tidak jauh dari kampus, tetapi dalam keadaan membawa tas super besar seperti saat ini, pastinya perjalanan akan terasa lebih jauh daripada biasanya.
"Yaudah yuk, gue anter aja!" Tarqi menawarkan diri sambil bergegas mengambil kunci motor. Namun gerakannya tertahan ketika Yugi akhirnya keluar dari kamar sudah mengenakan jaket dan masker.
"Lah, mau ke mana bang?" tanya Raja bingung melihat penampilan Yugi yang juga sudah menenteng kunci motor di tangan.
"Nganter Oki." Lalu tanpa berbicara sepatah kata lagi, Yugi langsung berlalu menuju garasi diikuti tatapan takjub sekaligus maklum dari yang lain.
Takjub karena Yugi yang masih saja bersikap—sok cuek padahal peduli—setelah waktu yang cukup lama mereka tinggal bersama sekaligus maklum karena memang itulah seorang Yugi.
Dalam perjalanan, Oki tidak henti-hentinya bersyukur dalam hati sambil senyum-senyum sendiri mengingat bahwa keenam 'kakak'nya begitu perhatian terhadapnya. Di samping mereka hanya dipersatukan sebagai housemate, Oki yakin mereka bertujuh sudah saling menyayangi satu sama lain seperti keluarga. Apalagi waktu yang mereka habiskan bahkan lebih banyak daripada dengan keluarga mereka sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Teen FictionTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...