Rajanta Putra Trilaksono. Si pemilik senyum manis bagai gudeg asli dari Yogyakarta. Hidupnya selama delapan belas tahun ia habiskan di Yogyakarta, maka tidak heran Raja masih suka mencampur aduk bahasa Jawa atau logatnya ketika ia bicara.
Kini Raja duduk di semester lima. Siapa yang tidak mengenalnya? Raja yang sudah mengharumkan nama kampus melalui berbagai ajang lomba tari bahkan hingga tampil di acara kenegaraan adalah satu dari sekian alasan yang membuat namanya di kenal satu fakultas bahkan hampir sepenjuru kampus.
"Kak Raja!"
Raja menghentikan langkah kakinya saat mendengar namanya dipanggil. Disusul derap langkah yang setengah berlari menghampirinya.
Raja baru saja selesai kelas siang itu dan hendak mengisi perut di kantin fakultas karena ia tidak sempat sarapan tadi pagi.
Sesosok perempuan manis yang sudah cukup Raja kenal karena merupakan adik tingkat sekaligus anggota ukm dance kini sudah berdiri di hadapan Raja. "Ya ampun kak jalannya cepet-cepet banget, sih!" keluhnya sambil mencoba mengatur nafas.
Raja tertawa hingga matanya menyipit gemas. "Maaf, Nayla, kakak nggak denger kamu manggil-manggil. Kenapa kamu nggak chat aja kalau mau ketemu."
Nayla menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana bisa dia lupa kalau kini mereka bukan lagi tinggal di zaman purba. Sudah ada teknologi yang membuatnya bisa menghubungi orang lain tanpa harus mengeluarkan tenaga. "Ya ampun nggak kepikiran!" Nayla merutuki dirinya sendiri. Lalu ia teringat akan tujuannya menemui Raja.
"Kak, kakak jadi ikut nggak acara makrab UKM kita tahun ini?" tanyanya.
Bukannya menjawab, Raja malah tersenyum. "Kita sambil makan siang di kantin aja, yuk? Kakak laper nih belum makan."
Mata Nayla langsung berotasi. Tetapi akhirnya ia mengangguk dan mereka pun berjalan bersisian menuju kantin.
"Kamu mau makan apa, La?" tanya Raja sesaat mereka menempati salah satu tempat kosong di kantin. Sepertinya lelaki bersenyum manis itu hendak memesankan makanan untuknya dan Nayla.
Nayla bergegas bangun dari duduknya, merasa tidak enak. "Ih kak, nggak usah biar aku pesen sendiri aja!" Sebagai adik tingkat tentu saja Nayla merasa tidak sopan apabila membiarkan seniornya itu yang memesankan makanan dan bukan sebaliknya.
Tetapi sepertinya Raja tidak berpikir demikian karena lelaki manis itu malah terkekeh. "Santai aja kan sekalian. Kamu duduk aja jagain tempat. Aku lagi mau soto ayam, kamu mau apa?"
"Eung, samain aja deh kak." Nayla menjawab cepat. Nggak mungkin juga dia minta Raja pesenin makanan ke kios lain, semakin merasa tidak enak saja yang ada. Sebelum Raja melangkah, Nayla menarik ujung kemeja flannel lelaki itu. "Kak aku nggak pake--"
"Bihun, kan? Iya aku tau kok kamu nggak suka bihun." Raja tersenyum manis. Senang sekali orang ini menebar senyum, tidak sadar kalau senyumnya bisa memicu diabetes kepada yang melihat.
Selepas kepergian Raja, Nayla menjatuhkan kepalanya di meja kantin. Selalu dan selalu seperti ini. Raja yang berbuat baik padanya dan bersikap manis membuat Nayla semakin sulit mengontrol perasaannya. Sekeras apapun Nayla mengingatkan diri sendiri bahwa Raja bersikap seperti itu kepada semua orang, selalu ada bagian dari diri Nayla yang menikmati semua sikap Raja padanya.
Cinta itu memang rumit.
Nayla dan Raja mulai akrab sejak Nayla menjabat jadi sekretaris untuk UKM dance mereka yang bernama BHU Dance Crew. Raja yang pada saat itu menjabat sebagai wakil ketua tentu saja banyak menghabiskan waktu bersama Nayla. Karena Jayandra mulai sibuk dengan magang dan penyusunan skripsi, maka posisinya diisi oleh Raja yang mana mengharuskan Raja dan Nayla terlibat urusan lebih sering dari sebelumnya.
Akhir minggu ini akan diadakan malam keakraban yang biasa diadakan BHU DC sebagai sarana untuk mengakrabkan diri dan menyambut para anggota baru yang merupakan maba BHU. Sayangnya, Jayandra harus pamit karena sedang mengejar revisian proposal penelitian. Acara tersebut diadakan di sebuah villa di daerah puncak selama tiga hari dua malam dengan berbagai kegiatan yang sudah disiapkan oleh panitia. Nayla sebagai koor acara tentu disibukkan dengan berbagai persiapan ini itu. Apalagi ini juga merupakan kali pertamanya ia sebagai panitia.
Kembali ke perasaan Nayla. Siapa yang tidak suka Raja? Raja baik kepada siapa saja, senyumnya manis dan sikapnya selalu gentleman terutama dengan perempuan. Sebabnya, banyak sekali juga yang patah hati karena salah paham dalam mengartikan sikap seorang Raja.
Nayla salah satunya. Tetapi Nayla tidak berakhir ditolak seperti kebanyakan gadis. Ya bagaimana ditolak, menyatakan pun dia tidak pernah. Nayla selalu sadar diri kalau Raja tidak ada di dalam jangkauannya.
Raja bagaikan mimpi di siang hari untuknya. Tidak untuk dikejar. Maka Nayla memilih untuk menikmati saja perannya sebagai adik tingkat seorang Rajanta Putra Trilaksono yang sedikit bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama karena menjadi sekretaris UKM.
Raja kembali ke tempat duduknya dan Nayla membawa dua gelas minuman di tangannya. Satu teh tarik ekstra susu untuk Nayla dan es milo keju untuk dirinya sendiri. Nayla buru-buru menegakkan badan saat Raja sudah kembali duduk di hadapannya.
Nayla menatap minuman yang baru Raja letakkan di meja. "Eh..."
Raja yang sedang menyeruput es milonya memindai ekspresi Nayla. "Kenapa, La? Kamu udah nggak suka teh tarik ekstra susu lagi?" tanya Raja khawatir karena Nayla terus menatap gelas minumannya tanpa disentuh.
"Nggak kok kak!" Nayla menjawab cepat. Tidak mau Raja salah sangka. "Justru aku kaget kok kakak tau aku suka minuman apa padahal kakak nggak nanya."
Raja tersenyum lega. "Ya ampun kakak kira kenapa. Soalnya kak Raja suka liat kamu pesen itu setiap kita rapat UKM di kantin sini makanya kakak berasumsi itu minuman kesukaan kamu." Raja lalu menopang dagunya sambil menatap Nayla lengkap dengan senyuman yang selalu bertengger di bibirnya. Nggak sadar kalau jantung gadis di depannya sudah ingin meledak rasanya. "Nah sekarang kamu mau bahas apa tadi?"
"Anu kak, soal malam keakraban tahun ini. Kakak ikut?" tanya Nayla sambil berusaha menutupi kegugupannya efek dari ditatap Raja langsung. Gadis itu berusaha untuk tidak membalas tatapan Raja dan malah mengalihkan pandangan ke gelas berisi teh tariknya, mengaduk-aduk minuman berwarna coklat muda itu dengan sedotan.
"Ikut, kok. Kan Bang Jayandra lagi sibuk jadi nggak bisa ikut dan otomatis kakak yang bertanggung jawab."
"Lho, sebenernya kakak nggak wajib ikut kok... Kan udah ada panitia acara yang handle."
Raja lagi-lagi tersenyum lucu hingga matanya tertutup berbentuk bulan sabit. Manisnya bahkan mengalahkan es milo atau teh tarik yang ada di meja. "Jadi kamu nggak mau kalau kakak ikut, nih?"
Nayla yang sedang menyeruput teh tariknya tersedak. "Eh, nggak gitu kak Rajaaa! Bukan gitu, maksud aku kalau memang kakak nggak bisa atau ada acara lain nggak apa-apa acara ini kita yang handle..."
"Terus sekarang persiapannya udah sampai mana, La? Kamu jadi koor acara kan ya?"
Nayla mengangguk. "Udah delapan puluh persen sih, kak. Timeline acaranya juga udah siap nanti aku kirim ke kak Raja sama kak Jayandra ya."
Obrolan mereka seputar acara makrab harus terhenti karena pesanan soto mereka sudah datang dan mereka pun makan siang sambil membahas hal yang sama sekali tidak berkaitan dengan malam keakraban seperti film terbaru yang sedang tayang di bioskop dan hal random lainnya. Makan siang itu tentu saja berjalan biasa saja, normal, kecuali perasaan Nayla yang dibuat jungkir balik. Nayla baru sadar kalau menyukai orang bisa terasa semenyenangkan ini. Nayla baru tau kalau jatuh cinta bisa sesederhana makan semangkuk soto di kantin fakultas ditemani hingar bingar yang ada. Tidak ada musik selain detak jantungnya yang berdebar seirama.
Biarlah Nayla menikmati semua ini sebelum kakak manis di depannya ini ada yang memiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Teen FictionTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...