Seperti judulnya. Kisah ini menceritakan tentang satu-satunya orang yang ingin dan boleh dipanggil 'Mas' di Bangtan. Dia yang tak lain dan tak bukan, Ares Ferdiansyah.
Ketika pertama kali datang ke bangtan, tidak ada yang mengira Ares adalah anak dari seorang CEO perusahaan elektronik terkenal. Siapa sih yang mengira orang dari keluarga sekaya itu akan datang untuk menyewa satu kamar kecil dari home sharing di belakang universitas.
Kesan pertama Arjuna saat menerima Ares menjadi penghuni kamar kosong di bangtan tentu saja Ares adalah pria tampan terpelajar. Padahal saat Ares bergabung, dia baru saja duduk semester enam kuliahnya.
Saat itu Arjuna belum menjadi 'kepala' di rumah Bangtan karena masih ada senior mereka yang belum lulus. Dan saat itu rumah kontrakan itu juga belum disebut sebagai rumah Bangtan. Melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Ares membuat Arjuna mempertanyakan keputusan Ares untuk tinggal di rumah kontrakan murah itu. Padahal Arjuna yakin, Ares lebih dari sekedar mampu menyewa kost-kostan mahal atau bahkan menyewa apartment kalau mau.
Awal kenal, Ares bersikap sebagaimana imagenya yang terlihat. Kalem, dewasa dan sangat mengayomi. Tetapi hanya sampai Oki bergabung di rumah Bangtan. Ares seperti menemukan separuh jiwanya yang hilang. Mereka seperti adik-kakak kandung yang telah lama dipisahkan.
Pada saat itu Oki masih SMA. Dan Oki yang awalnya pemalu begitu akrab dengan Ares. Lalu mereka mulai menunjukkan sikap asli mereka di mana Ares ternyata tidak sekalem yang semua orang duga.
"Duh Mang Ujang... ini belanjaannya nggak dikasih diskon?" tanya Ares suatu pagi saat sedang nimbrung belanja di gerobak sayur keliling bersama beberapa ibu-ibu yang tinggal di daerah situ. Pemandangan ini sudah begitu akrab di mata mereka. Ares memang yang bertanggung jawab atas makanan anak-anak kontrakan selama dia tidak ada kelas pagi.
"Diskon apa lagi atuh A' kaseeep, segini teh udah yang paling murah atuh!" kata Mang Ujang si tukang sayur sambil sibuk merapikan sayuran yang berantakan akibat ulah tangan ibu-ibu. [Kasep=Ganteng]
"Diskon orang ganteng lah!" Lalu dia ketawa sendiri.
Mang Ujang hanya memutar mata. Untuk Ares tuh cuma bercanda dan tetap bayar belanjaannya sesuai harga. Kalau nggak, udah dikepret pake sawi kayaknya dari tadi. Tapi sebetulnya Mang Ujang juga bersyukur sih atas kehadiran Ares, biasanya gerobaknya disamperin lebih banyak ibu-ibu atau mbak-mbak ART. Bahkan anak-anak kostan putri sekitar situ yang nggak pernah kelihatan batang hidungnya selain kalau mau berangkat ke kampus mendadak ikut nimbrung di dekat gerobak sayur. Ujung-ujungnya beli masako doang sih, atau nggak beli tempe. Tapi lumayan. Ares tuh memang dambaan kaum hawa sekitar situ. Mulai dari ibu-ibu sampai anak muda naksir dia kayaknya. Abis udah ganteng humoris, jago masak pula.
Sebetulnya Ares nggak betulan humoris. Malah kata Oki, cewek-cewek tuh kenapa selalu ketawa setiap Ares ngelawak bukan karena lawakannya tapi karena suara ketawanya mirip alat pembersih kaca.
Hiek hiek hiek... Gitu.
Selain jago masak, ganteng dan suara ketawanya yang mirip pembersih kaca, Ares juga punya kelebihan lain. Tidak tau sih ini kelebihan atau bukan, tetapi menurut Jayandra sih iya. Ares sudah punya tunangan sejak dirinya berusia dua puluh tahun. Ayo tepuk tangan dulu.
Tunangannya sih karena campur tangan orang tua. Ya, perjodohan ala-ala yang biasa dilakukan di kalangan orang kaya atau bangsawan. Ares sih katanya masih ada keturunan darah biru memang, tetapi perjodohan ini bukan dalam bentuk paksaan seperti di film-film yang berujung jadi cinta. Bahkan bisa dibilang perjodohan ini tidak sepenuhnya rencana orang tuanya.
Sekarang Ares sudah menginjak usia 25 tahun. Usia pertunangannya sudah memasuki usia ke enam. Saat itu meskipun Ares bertunangan di usia dua puluh, ia meminta izin kedua orang tuanya dan orang tua calonnya untuk menikah di usia dua puluh lima atau enam. Saat Ares sudah menyelesaikan S2nya dan sudah siap secara finansial juga mental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Novela JuvenilTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...