5. Kisah Sang Budak Cinta pt. 2

2K 273 2
                                    

"Terima kasih, ya..."

"Syauqi." Oki menyebutkan namanya dengan pelan.

Gadis itu tersenyum. "Syauqi. Terima kasih, Syauqi," ucapnya mengulang nama Oki seolah sedang membiasakan lidahnya dengan nama itu.

Hati Oki berdesir. Dia baru tau namanya akan terdengar seperti itu jika diucapkan oleh wanita cantik. Uhuk! Oki, tahan hormonmu, nak.

"Kamu anak sekolah mana?" tanya gadis itu sambil berdiri mengecek penampilannya.

"Oh, aku baru lulus SMA di Jakarta."
Gadis itu mengangkat alis. "Oh? Aku kira kamu baru lulus SMP. Meskipun badannya bongsor, tapi mukanya imut." Gadis itu tersenyum manis.

Lutut Oki yang lemas melihatnya. Tapi apa katanya tadi? Imut? Pantas saja daritadi gadis ini memanggilnya dengan sebutan 'dek'!

Gadis itu merasa ia sudah siap. Lalu berpamitan pada Oki karena harus berkumpul dengan teamnya sebelum tampil.

Oki pun hanya bisa melihat gadis itu pergi tanpa sempat bertanya siapa namanya.

Tetapi Tuhan Maha Baik. Takdir seolah berpihak pada Oki hari itu. Dan kebaikan itu disampaikan lewat Ibu.

Iya, Oki akhirnya berkenalan dengan gadis cantik bernama Ayushita itu lewat Ibu. Ternyata Ibu dan ibunya Ayushita berteman baik saat SMA. Dari sana juga mereka akhirnya bertukar kontak.

Ayushita empat tahun lebih tua dari Oki. Jadi saat itu ia sudah berada di tahun terakhir masa kuliahnya. Bahkan sebenarnya Ayushita sudah lulus dan sedang menunggu wisuda.
Kepribadian Ayushita yang easygoing membuat mereka cepat akrab. Oki yang aslinya pemalu jadi mudah membuka diri karena Ayushita yang selalu bisa menyesuaikan.

Di minggu ke dua setelah terakhir kali mereka bertemu di acara reuni, mereka pun akhirnya bertemu lagi. Kini mereka bertemu karena Ayushita yang mengajak Oki secara langsung. Katanya ada film yang sangat ingin gadis itu tonton tapi tidak sempat. Semua teman-temannya sudah menonton dan kalau Oki belum nonton, Ayushita ingin Oki menemaninya. Oki sudah menonton film itu bersama Tarqi dan Raja di Jakarta saat film itu baru saja rilis. Tapi Ayushita tidak perlu tahu, kan?

Akhirnya hari itu Oki pun merasakan kencan pertamanya. Meskipun hanya dirinya sendiri yang menganggap acara menonton hari itu kencan, tapi intinya Oki sudah pernah kencan dengan perempuan ke bioskop.
Setelah hari itu, intensitas percakapan mereka lewat aplikasi chat semakin bertambah. Begitu juga frekuensi pertemuan mereka. Oki memuaskan diri untuk bisa bertemu Ayushita sebanyak-banyaknya sebelum ia kembali ke Jakarta.
Hingga tibalah hari di mana Oki menyatakan perasaannya pada Ayushita. Saat Oki mengakui perasaannya dan juga keinginannya menjalin hubungan lebih dengan Ayushita, gadis itu tidak kelihatan terkejut. Mungkin dia sudah menduga karena Oki memang terlalu jelas menunjukkan perasaannya sejak awal. Dengan senyuman manis yang selalu berhasil membuat lutut Oki melemas, Ayushita mengangguk. Oki senang bukan main.

Tapi ternyata pacaran dengan gadis yang lebih tua tidaklah mudah. Meskipun belum wisuda, Ayushita sudah mulai bekerja di salah satu kantor asuransi di kota Surabaya. Akibat pekerjaannya itu, ia jadi semakin jarang menghubungi Oki. Kencan pun lebih banyaknya mereka hanya mengobrol di rumah Ayushita karena gadis itu yang malas keluar karena lelah setelah lima hari bekerja. Oki yang masih belum merasakan kerasnya dunia orang dewasa itu pun hanya bisa mengikuti apa mau kekasihnya.

Selama Oki di sana, ia berusaha menjadi pacar yang baik. Terlebih karena Oki tidak punya pengalaman sebelumnya. Oki sebisa mungkin mengantar atau jemput Ayushita ke tempat kerja menggunakan motor. Terkadang, Ayushita menelfon Oki dan memintanya mengantarkan barang ke kantor bila ada yang tertinggal.

Di malam hari pun biasanya Oki membelikan makanan untuk gadis itu yang seharian sudah lelah bekerja. Karena mereka tidak bisa sering berkencan, hanya hal-hal seperti itulah yang bisa Oki lakukan. Uang yang ia gunakan juga bukan hasil meminta orang tua tetapi hasil bayaran yang diberikan orang tuanya karena membantu di percetakan. Biasanya bayaran itu didapat ketika Oki membantu membuat design untuk klien. Semakin rajin Oki membantu, semakin loyal juga uang yang ia keluarkan untuk pacarnya.
Hari itu adalah h-2 kepergian Oki ke Jakarta. Sebentar lagi tanggal pendaftaran ulang di kampus beserta persiapan ospek dimulai. Oleh sebab itu Oki harus kembali ke Jakarta mengurusnya. Dan tibalah saat ia harus mengucapkan sampai jumpa kepada sang pacar dan selamat datang kepada LDR.

Pada hari-H Ayushita tidak bisa mengantar Oki ke bandara, jadilah di malam ini Oki berada di rumah gadis itu untuk melakukan perpisahan.
"Kamu baik-baik ya di sana, kalau udah masuk kuliah harus rajin. Nggak boleh bolos-bolos." Ayushita mengusap rambut Oki yang sedang merebahkan kepala di atas pahanya. Alasan lain kenapa Oki sebegitu cintanya dengan Ayushita, gadis itu bisa memanjakan Oki.

"Tapi nanti aku kangen..." Oki mulai mengeluarkan sikap manjanya.

"Kan ada video call? Ada telfon sama chat. Kita tuh nggak tinggal di zaman batu, Oki, kamu tenang aja." Ayushita seperti biasa bersikap dewasa. Pembawaan gadis itu memang selalu dewasa, tenang dan feminim. Pokoknya adem deh bawaannya.

"Satu semester loh... hampir enam bulan!" Oki mulai lagi mengeluh. Ampun deh bayi satu ini. Andai abang-abangnya di bangtan tau, dia sudah habis jadi bahan celaan pasti.

Ayushita mencubit pipi Oki, gemas. "Kamu nih, belum juga mulai udah ngeluh aja. Semangat, biar cepet lulus terus balik ke sini-"

"Terus nikahin kamu, ya?" Potong Oki yang hanya dibalas tawa kecil dari Ayushita. Selalu dan selalu begitu. Mungkin bagi Ayushita, ucapan Oki hanya omong kosong belaka. Mereka pacaran juga baru dua bulan, apalagi Oki kuliah saja belum mulai. Tapi Ayushita hanya tidak tau, ketika Oki serius, dia akan betul-betul memperjuangkannya.

"Udah malem, kamu nggak mau pulang? Nanti dicariin ibu."

"Nggak ah, kan besok kita juga gabisa ketemu? Terus besoknya aku udah balik ke Jakarta kok kamu tega?" Dasar Oki. Badan saja yang besar tapi kelakuan dan tampangnya seperti anak-anak. Ayushita kan jadi gemas! Dipeluknya Oki. Di saat seperti inilah Ayushita menyadari meskipun usia Oki lebih muda darinya dan berbagai sikapnya yang kekanakan, Oki tetap laki-laki. Tubuhnya bidang dan kokoh, dibina sedikit saja pasti akan berubah jadi kekar.

"I'll miss you, Oki!"

Oki berdesir. Selalu dan selalu. "Me too." Lalu ia melepas pelukan Ayushita dan menatap gadis itu dengan intens. "Cium..." bisiknya pada Ayushita.

Ayushita terbelalak, hanya sebentar sebelum ia melayangkan kecupan cepat di pipi kiri Oki. "Udah."

Oki mendengus. "Bukan itu, cium ini maksudnya." Oki menunjuk bibirnya sendiri.

Ayushita hanya tertawa sebagai respon dan gantinya dia malah mengacak rambut Oki seperti ke anak kecil. "Okinya aku udah gede ya ngerti cium-cium!" ucapnya bergurau. Selalu seperti itu setiap Oki meminta gadis itu untuk menciumnya.

Terkadang, Oki sadar Ayushita tidak membalas cintanya sama besar seperti yang sudah ia berikan. Tetapi Oki tidak masalah, toh cinta bisa datang karena terbiasa. Tetapi terkadang Oki juga sedikit kecewa karena Ayushita menganggapnya seperti anak-anak. Padahal mereka hanya terpaut usia empat tahun. Bukan jarak yang terlalu besar kok.

Merasa sedikit harga dirinya diinjak, Oki langsung menarik tengkuk gadis itu dan melayangkan kecupan di bibir ranum berwarna pink milik Ayushita. Kalau Oki mau, dia bisa, itu prinsipnya.

Ayushita mengejang sesaat di dalam rengkuhan Oki, hanya sebentar sebelum akhirnya tubuhnya rileks dan tangannya melingkar di leher Oki. Dan malam itu, Oki mendapatkan ciuman pertamanya.

Rumah Abang Tampan [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang