9. Bukan Friendzone pt. 3

1.5K 210 1
                                    

Hari beranjak sore ketika Geca dan Yugi menyelesaikan tournya mengelilingi museum dan anjungan daerah di TMII. Mereka bahkan sempat juga menonton di teater Keong Mas setelah makan siang dengan Geca yang terus berdecak kagum setelahnya.

Hari itu begitu melelahkan untuk Yugi yang memang tidak menyukai kegiatan outdoor dan lebih memilih tidur untuk mengisi hari liburnya. Tetapi rasa lelahnya seolah terbayar lunas dengan keceriaan Geca di sebelahnya.

Yugi bukan orang bodoh yang tidak menyadari perasaannya sendiri untuk Geca yang sudah sejak lama berbeda dan bukan lagi perasaan terhadap sahabat. Tetapi ada beberapa alasan yang membuat Yugi tidak juga beraksi atas perasaannya tersebut. Bahkan Yugi tidak juga beraksi saat Geca sempat dekat dan berkencan dengan orang lain.

Mereka tengah berjalan keluar dari anjungan Papua--tempat terakhir yang mereka kunjungi dan hendak pulang saat tiba-tiba Yugi menahan ransel Geca hingga gadis itu tertarik ke belakang.

"Apasih Gi?"

"Naik kereta gantung, yuk?" Yugi menunjuk ke kabel kereta gantung atau gondola yang ada di atas mereka.

Geca berkedip, seolah tidak percaya apa yang baru saja dia dengar dari mulut sahabatnya itu. "Seorang Yugi ngajak naik kereta gantung? Gue nggak habis salah denger, kan?" tanya Geca memastikan dengan nada setengah mengejek. Pasalnya ia begitu mengenal Yugi hingga sudah hafal watak sahabatnya tersebut. Seorang Yugi dalam kepala Geca tentu saja tidak mau membuang-buang waktu untuk naik wahana seperti kereta gantung.

"Yaudah gue naik aja sendiri." Yugi mengabaikan pertanyaan Geca dan justru berjalan meninggalkan Geca menuju stasiun yang letaknya ada di seberang anjungan.

Geca pun bergegas mengejar Yugi yang entah kenapa hari itu berjalan sangat cepat dan tidak malas-malasan seperti biasanya. "Gi, ih, tungguin dong!" Geca hendak mengeluarkan uang untuk membeli tiket untuknya saat Yugi sudah memegang dua buah tiket pertanda Yugi tidak benar-benar akan naik sendirian.

Mereka akan berada di kereta berwarna hijau itu selama 20 menit kedepan, memutari TMII dari ketinggian berlatarkan langit sore. Kebetulan sekali mereka naik ke kloter terakhir sebelum loket ditutup. Keduanya duduk bersebrangan dalam diam.

Geca tidak banyak bicara karena Yugi pun memilih diam saat mereka menaiki kereta. Entah kenapa meskipun bukan hal baru bagi Geca mengetahui bahwa Yugi memang pendiam, hari ini Geca merasa ada yang berbeda dari sahabatnya itu. Seperti ada sesuatu yang ingin Yugi katakan tetapi hanya dalam kepalanya saja.

"Lo tau nggak sih, Gi, gue selalu pingin tau apa yang ada dalam pikiran lo kalau lo lagi diem kayak gitu." Geca akhirnya bersuara, tidak tahan dengan keheningan yang membelenggu mereka pada sepuluh menit pertama perjalanan mereka. Mereka masih punya sepuluh menit lagi dan Geca tidak mau dihabiskan dengan saling diam saja. "Tapi kadang gue juga mikir, mungkin, mungkin lo memang lagi nggak memikirkan apa-apa dalam diam lo."

Yugi akhirnya menghela napas, perhatiannya yang semula berada di pemandangan luar jendela kini tertuju untuk sahabatnya sejak SMA. Alasan yang juga kenapa membawanya duduk di atas kereta gantung berwarna hijau tersebut. Sepuluh menit Yugi habiskan untuk berpikir dan memutuskan apakah sudah saatnya ia beraksi atas perasaannya selama ini terhadap Geca atau haruskah ia menanti lebih lama lagi untuk waktu yang ia tidak tau kapan saatnya.

Yugi mulai berpikir kalau penantiannya selama ini bukan berdasarkan siap tidak siap melainkan mau atau tidak.

Yugi selalu punya moment untuk menyatakan perasaannya. Selalu punya waktu karena Geca bahkan selalu single selama bersahabat dengannya. Hanya sekali Geca pernah memiliki kekasih, itu pun tidak bertahan lebih dari sebulan saat ia masih jadi maba dan tidak bisa menolak senior yang menyatakan cinta padanya karena tidak enak.

Rumah Abang Tampan [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang