12. Kakak Manis Siapa Yang Punya pt. 2

1.4K 168 1
                                    

Para anggota dance crew tiba di lokasi yang akan menjadi tempat mereka menginap selama tiga hari dua malam itu sore hari. Ketika turun dari bus mereka bisa langsung merasakan sejuknya udara Puncak sore itu. Panitia mempersilahkan para anggota baru mereka untuk duduk dan beristirahat sambil menikmati teh hangat dan ubi rebus yang disediakan oleh pekerja villa. Selagi para anggota baru beristirahat, beberapa panitia sibuk mengecek kamar yang akan ditempati para anggota. Beberapa lagi sibuk membawa bahan makanan mereka dari bus ke villa. Meskipun pihak villa menyediakan makanan selama mereka menginap di sana, panitia menyiapkan kegiatan masak bersama untuk saling mengakrabkan diri.

Seperti Nayla yang sedang membawa kantung berisi sayur-sayuran. Ia tidak menyangka kantung yang ia bawa cukup berat, terlebih lagi dengan tubuhnya yang mungil ia kesulitan berjalan di atas jalan berundak yang hanya terlapis tanah. Akses masuk dari parkiran bus ke villa mereka memang cukup jauh sehingga para panitia agak kerepotan membawa bawaan tersebut ke dalam.

Hal itu semakin menyusahkan Nayla ketika salah satu plastiknya robek dan beberapa buah kol menggelinding di tanah. "Yaaah!" Nayla berseru dongkol. Melihat sekeliling dan tidak menemukan teman-teman sesama panitia karena mereka sudah berjalan lebih dulu.

Seperti kebetulan di film-film romantis, seharusnya Raja muncul dan membantu Nayla lalu mereka berdua berjalan bersisian melewati kebun ditemani latar belakang senja di belakangnya. Sayangnya itu hanya ada dalam angan Nayla karena gadis itu harus membawa seluruh bawaannya sendirian—dengan dipeluk—sampai ke villa. Ketika Nayla sampai ke villa, semua peserta sudah bubar ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap sebelum kegiatan pertama mereka dimulai nanti malam. Kini para panitia yang terlihat sedang beristirahat sambil menikmati teh.

"Nay, lo darimana?"

"Diem deh, kalian tuh tadi ninggalin gue tau! Kantong kreseknya bolong isinya gelindingan semua di jalan, harus gue pungut satu-satu." Nayla menggerutu sambil duduk di samping Ridho, teman sepanitianya.

"Adududu, capek ya Nayla pasti. Minum dulu gih minum!"

Nayla mendengus lalu berjalan ke arah tempat teh. Sayangnya dia tidak menemukan tumpukan gelas plastik seperti yang digunakan teman-temannya. "Yah, gelasnya abis?"

"Pake ini aja, La."

Nayla tersentak ketika suara Raja muncul sangat dekat di belakangnya. Selangkah saja lagi Nayla mundur, punggungnya akan bertabrakan dengan dada Raja. "Eh—kak? Ini gelas kakak?"

"Baru kok, La, nggak usah takut. Kebetulan tadi kakak ngambil gelasnya keduaan pas mau dibalikin eh ternyata kamu yang keabisan." Raja tersenyum. Seharian ini Nayla begitu sibuk dengan persiapan acara sampai-sampai tidak sempat menyapa Raja. Ini adalah senyum pertama Raja yang Nayla lihat hari ini. Nayla menghela napas, cobaan banget suka sama kakak senior yang suka nebar senyum dan baik hati.

Selesai mengambil teh, Nayla melirik wadah ubi rebus yang sudah bersih tidak bersisa. Benar-benar deh teman-teman panitianya ini nggak ada yang peka sama sekali atau peduli kalau teman mereka ada yang belum kebagian. Nayla kembali ke tempat duduk. Dia pun tadi nggak sempat bawa bekal roti atau snack selama di perjalanan. Makan malam juga masih beberapa jam lagi dan itu berarti Nayla harus kuat menahan lapar sampai nanti.

Sampai akhirnya Anisa, salah satu teman panitia Nayla memberinya sepotong ubi. "Nih Nay, lo belom kebagian ya?"

"Ya Allah, Niiis! Tau banget sih gue laper!" Nayla menerima ubi tersebut dengan mata berbinar. Benar-benar seperti orang belum makan dari kemarin. "Kirain udah abis semua!"

"Emang udah abis. Anak-anak kayaknya pada kelaperan di jalan karena macet makanya satu anak tadi gue izinin ambil dua, pikiran gue panitia sisaan aja lah berbagi. Eh tapi pada egois ternyata. Ini aja gue dikasih kak Raja."

Rumah Abang Tampan [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang