Mata Arjuna yang tidak bisa berpaling sejak giliran Nadia memperkenalkan nama hingga selesai akhirnya saling bersitatap. Sama seperti Arjuna yang terkejut ketika pertama kali menyadari kehadiran Nadia dan mengenalinya, Nadia pun menunjukkan reaksi yang sama. Ia bahkan menunjuk Arjuna tetapi hanya selama beberapa detik karena setelah itu ia tersenyum dan melambaikan tangan. Seolah mereka adalah teman yang sudah lama tidak bertemu. Bukan sepasang stranger yang kebetulan bertemu di stasiun dan bertemu kembali karena takdir.
Seusai sesi perkenalan dan games yang kebetulan tidak memberikan waktu bagi Arjuna dan Nadia mengobrol bebas, tibalah saat makan siang di mana akhirnya Arjuna punya kesempatan untuk mengembalikan kartu tersebut.
"Makasih banyak ya Nadia untuk bantuannya waktu itu." Arjuna melafalkan nama itu di lidahnya untuk pertama kali. Tidak lupa dengan senyum yang otomatis menunjukkan lesung pipinya. "Ini udah saya isi lagi sesuai nominal yang saya pinjam," katanya sambil menyodorkan kartu berwarna biru putih dengan gambar donald duck tersebut.
"Ya ampun pake gue-lo aja kan kita seumur." Nadia menerima kartu tersebut sambil tersenyum yang membuat matanya menyipit lucu. Hari itu rambut Nadia dicepol asal ke atas, membuat anak-anak rambutnya jatuh tak beraturan di sekitar pipi dan jidat namun malah meninggalkan kesan manis. Berbeda dengan saat Arjuna bertemu dengannya pertama kali di mana gadis itu menggerai rambutnya yang beberapa senti melewati bahu. "Lagian santai aja, gue ikhlas kok. Tapi gue nggak nyangka banget kita bakal ketemunya di sini, lho!"
Arjuna tidak mau memberi tau Nadia kalau ia bahkan beberapa kali sengaja menunggu Nadia di stasiun dan selalu siap siaga membawa kartu itu ke manapun kalau-kalau mereka bertemu di suatu tempat. Dan benar saja kan, mereka malah bertemu di sini. "Iya, gue juga. Untung gue taro kartunya di card holder jadi bisa langsung gue balikin pas ketemu lo."
"Pas technical meeting pertama lo dateng, ya?" Nadia kini menatap langsung ke mata Arjuna yang membuat Arjuna sedikit kikuk. Entah karena kini mereka berdiri lebih dekat dan Arjuna bisa melihat jelas bahwa bulu mata Nadia lentik. Atau karena anak-anak rambut Nadia yang berantakan tapi manis yang membuat Arjuna hilang fokus.
"Iya. Kok lo nggak dateng?"
"Gue lagi pulang ke Bogor waktu itu. Emang ngapain aja pas TM pertama?"
"Gitu doang sih, perkenalan sama anak cowok disuruh loading barang. Sama aja kayak sekarang, Cuma kemarin nggak full team."
Nadia mengangguk-angguk. Mereka mengobrol beberapa hal seputar TM pertama dan job desk mereka sambil menyantap nasi box lalu berpisah karena waktu istirahat telah usai. Setelah itu mereka tidak bertemu lagi karena para volunteer perempuan pulang lebih dulu sedangkan para volunteer laki-laki harus menyelesaikan tugas mereka hingga pukul sepuluh malam.
Arjuna bertemu Nadia dan mengobrol beberapa kali saat TM terakhir sebelum Hari-H. Tidak banyak yang mereka bicarakan selain guest star di acara nanti dan seputar pekerjaan mereka. Bahkan di Hari-H, Arjuna dan Nadia sama sekali tidak berinteraksi selain untuk urusan pekerjaan karena tamu yang datang cukup ramai dan pekerjaan yang seolah tidak berkesudahan. Dalam tiga hari event, tidak banyak yang Arjuna ketahui dari Nadia selain gadis itu sangat menyukai Sheila On7 dan The Script. Dan Nadia beruntung karena bisa berpartisipasi di acara Java Jazz tahun ini karena Sheila On 7 akan menjadi pengisi acara sebagai perwakilan musisi lokal. Meskipun tidak ada The Script, tetapi Nadia sangat puas bisa bekerja sekaligus menonton band favoritenya sejak SMP itu.
Menurut Nadia, hanya Sheila On7 band lokal yang musiknya masuk di kuping Nadia. Bukannya tidak cinta tanah air, tetapi entah kenapa Nadia lebih relate dengan lagu dari musisi luar ketimbang musisi lokal yang kebanyakan menjual lagu-lagu cinta murahan. Terkecuali Sheila On 7 tentunya. Tetapi untungnya saat ini sudah banyak musisi lokal yang kualitasnya juga bagus, tetapi Nadia hanya setia dengan band favoritenya itu. Meskipun Nadia baru dua kali menonton penampilan live SO7 yaitu saat PENSI SMA dan ketika ia sedang jalan-jalan ke Pekan Raya Jakarta setahun yang lalu.
Selain itu, Arjuna tidak banyak mengetahui soal Nadia. Itu semua karena keterbatasan waktu yang mereka punya untuk mengobrol dan mengenal lebih jauh. Selain itu Arjuna juga ragu jika Nadia mau mengenalnya lebih jauh dari sekedar kenalan semasa volunteer saja.
"Jun!" Arjuna yang sedang merapikan topi-topi merchandise di rak menoleh dan menemukan Nadia yang kini sedang mencepol rambutnya secara asal lagi. Selama bekerja Nadia menguncir kuda rambutnya, tapi kini rambut itu tercepol asal seperti saat mereka bertemu saat TM kedua. Dan Arjuna merasakan perasaan aneh yang sama saat melihatnya.
Duh...
"Kenapa, Nad?"
"Nonton SO7, yuk! Lo belum ambil jadwal nonton kan?"
Arjuna tampak terkejut. Memang hari ini ia belum ambil bagian jadwalnya nonton performance di panggung. Jadi meskipun mereka di sana untuk bekerja, mereka diberikan waktu untuk menonton performance guest star secara bergantian. Biasanya sesuai kesepakatan sesama para volunteer. "Iya sih..."
"Yaudah yuk! Tadi Risky sama Kak Gilang bilang mereka Cuma mau nonton performnya Christina Perry. Kita gantian sama mereka aja, gimana?" Nadia melirik jam di pergelangannya. "Bentar lagi kelar kayaknya terus abis itu langsung SO7! Yukkk! Keburu diambil sama yang lain."
Sejujurnya, Arjuna tidak begitu suka SO7. Bukan karena musiknya tidak bagus, tetapi memang Arjuna lebih suka musik-musik hiphop dan beberapa band indie. Arjuna juga fans garis keras Coldplay. Meskipun beberapa musik SO7 juga setidaknya Arjuna hafal karena pernah mengisi masa-masa sekolahnya dulu. Jadi sebetulnya, Arjuna bahkan tidak berencana mengambil jatah nontonnya untuk nonton SO7 hari ini dan memilih istirahat saja. Tetapi entah kenapa Arjuna mengangguk begitu saja ketika Nadia meyakininya sekali lagi kalau mereka memang harus nonton perform SO7.
Dan di sinilah Arjuna berada. Di bagian terbelakang dari kumpulan penonton yang memenuhi area festival. Berdiri dekat pagar pembatas karena tidak mau ikut berdesakan agar mereka tidak kesulitan ketika harus kembali ke stand marchandise nantinya. SO7 sedang melatunkan lagu Hari Bersamanya saat ini dan Nadia sudah langsung ikut bernyanyi begitu sampai di sana.
Hari telah terganti
Tak bisa ku hindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Jantungku berdegup cepat
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya
Arjuna melirik Nadia. Gadis itu sudah bersiap untuk melambaikan tangan sebagai bentuk apresiasinya dan antusiasmenya akan band favoritenya itu. Jantung berdegup cepat? Kenapa liriknya begitu pas dengan apa yang Arjuna rasakan ya?
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
'tuk menatap matanya
Arjuna ikut melantunkan lirik tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dari Nadia yang entah kenapa terlihat lebih manis dari hari lainnya. Padahal rambutnya masih dicepol asal dengan anak rambut yang mencuat dan membingkai pipinya karena peluh akibat suhu udara yang tinggi. Rasanya seperti ada tarikan magnet yang membuat mata Arjuna terus terarah pada Nadia.
Arjuna bahkan tidak menduga kalau Nadia akan meraih tangannya untuk ia genggam dan lambaikan ke atas. Mungkin karena Arjuna terlalu fokus memandangi Nadia. Arjuna bahkan sampai menahan nafas ketika gadis itu dengan polosnya malah bernyanyi semakin keras sambil menggenggam tangan Arjuna dan ia goyangkan seiring musik. Nadia bahkan tidak sadar bahwa lelaki yang ada di sebelahnya, yang tangannya ia genggam kini tengan ikut bersenandung dengan penuh makna dengan senyum terpatri dan lesung pipi terukir di wajahnya sepanjang malam.
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Teen FictionTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...