Waktu itu, Arjuna masih duduk di semester satu kuliahnya. Masih sibuk sebagai maba dan belum terlalu tertarik untuk ikut kegiatan organisasi. Sebetulnya Arjuna lebih tertarik menjadi anggota kepanitiaan suatu event ketimbang terlibat kegiatan organisasi. Itu semua karena Arjuna sudah sering menjadi freelancer dan volunteer event sejak ia SMA.
Semuanya berawal dari Paman Arjuna yang bekerja di salah satu Event Organizer terkenal di Indonesia menawarkan Arjuna untuk menjadi volunteer. Meskipun hanya kebagian jobdesk di bagian ticketing, entah kenapa Arjuna jadi ketagihan. Dari event lokal hingga berskala internasional, Arjuna sudah mencicipinya. Ada belasan sertifikat bukti keikut sertaannya sebagai volunteer terjejer rapi di kamar.
Saat itu Arjuna tengah membuka laman website pendaftaran volunteer Java Jazz Festival. Siapa yang tidak tau event tahunan tersebut? Pecinta musik terutama jazz tidak pernah melewatkan event tersebut. Apalagi list performer yang datang tahun itu bisa dibilang 'gold'. Arjuna yang suka segala jenis musik tentu saja ikut excited. Kalau dia berhasil lulus wawancara, ini akan menjadi event Java Jazz pertamanya. Sejak SMA Arjuna sudah sangat ingin menjadi volunteer di sana tetapi terhalang waktunya sebagai pelajar sekolah.
"Jun!" Jayandra melompat ke tempat tidur Arjuna, bergabung dengannya untuk mengintip layar laptop Arjuna. "Eh, lo mau daftar jadi volunteer Java Jazz?"
Arjuna mengangguk. Matanya fokus ke formulir yang tengah ia isi.
Jayandra berteman dengan Arjuna sejak SMA maka tidak aneh lagi baginya melihat Arjuna mendaftar sebagai volunteer sebuah event. "Emang lo nggak ada kuliah pas event ini?"
"Ya...izin?"
"Gila lo, baru juga semester satu!"
Arjuna tertawa. Jayandra memang orangnya lumayan 'rame' hal biasa saja bisa jadi ricuh kalau ada dia. "Ya karena baru semester satu kan?"
Jayandra berdecak. "Dibayar nggak sih jadi ginian? Java Jazz kan event gede..."
"Tergantung posisi sih kayaknya. Tapi emang sejak kapan gue ngincer bayaran?"
"Iya juga." Jayandra kini ikut membaca formulir online yang sedang Arjuna isi. "Lo mah sebenernya ngincer nonton gratisan, kan?"
"Nah, itu tau!"
"YEEE!" Jayandra kini berbalik badan dan memilih posisi telentang menghadap ke langit-langit kamar Arjuna. "Siapa sih emang guest starnya?"
"Banyaaak."
"Cish. Ada Raisa, nggak?"
Maklum, Jayandra memang penggemarnya Raisa sejak zaman SMA.
"Ada katanya tahun ini."
"IH SEDEEEP. Mau ikutan dong gue!" Jayandra berkata antusias. Arjuna sudah selesai mengirim formulirnya dan menunggu email konfirmasi.
"Jadi volunteer nggak Cuma sekedar numpang nonton gratisan doang lho, Hop. Bahkan kemungkinan besar lo nggak ada kesempatan liat perform artis yang lo mau karena lagi nugas."
Jayandra cemberut. "Kok gitu? Terus tujuan lo ikut ginian buat apa dong?"
"Ya cari pengalaman? Gue tuh emang kayak suka aja gitu ikut-ikut event, ketemu orang banyak. Apalagi kalau event internasional gini kan banyak bule juga jadi biar ngelatih skill bahasa Inggris gue."
Jayandra memutar mata. "Iya deh terserah lo, Mister Arjuna." Sebetulnya, Jayandra juga lumayan khawatir dengan sahabatnya tersebut karena Arjuna adalah tipe yang clumsy. Tidak sedikit barang yang rusak atau hilang setelah bersentuhan dengan Kim Arjuna. Di masa sekolah mereka, bahkan Geca selalu menyiapkan plaster luka dan obat merah di tasnya kalau-kalau Arjuna melukai dirinya sendiri karena kecerobohannya. Tetapi anehnya, Arjuna tidak pernah ceroboh saat ia menjadi panitia acara. Jarang sekali Arjuna menyebabkan kerusakan dan hal itu juga yang menyadarkan Jayandra kalau passion Arjuna memanglah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Novela JuvenilTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...