Move on itu tidak pernah mudah dilakukan. Terutama karena ada meninggalkan dalam prosesnya. Baik itu seseorang, kenangan atau tempat sekalipun. Siapa bilang hanya orang-orang yang ditinggalkan saja yang merasa 'sakit'? Pada kenyataannya, meninggalkan pun tidak semudah itu.
Tarqi harus merasakan itu di usianya yang ke enam belas. Saat itu Tarqi dipaksa meninggalkan tempat kelahirannya untuk berpindah ke tempat baru. Dan tentu saja untuk remaja seusia Tarqi bukan hanya tempat kelahiran yang harus ia tinggalkan tetapi sekolah, teman-teman dan banyak kenangan lainnya. Dan jelas itu tidaklah mudah.
Tarqi pindah dari Bandung untuk tinggal bersama Kakek dan Neneknya di Yogyakarta bertepatan dengan semester barunya di kelas sebelas. Keluarganya pindah untuk membantu mengurus perkebunan keluarga. Tentu saja banyak yang Tarqi pikirkan. Terlalu banyak kenangan yang ia miliki di Bandung dan juga Tarqi tidak siap meninggalkan teman-temannya di sana. Meskipun jarak bukanlah suatu kendala di zaman modern ini, tetap saja Tarqi tidak siap.
Di hari pertama masuk di sekolah baru, Tarqi tidak kesulitan mendapatkan teman. Meskipun Tarqi masih sedikit canggung karena perbedaan bahasa dan suasana yang masih asing untuknya, ditambah dengan kultur yang jelas berbeda dengan tempatnya tinggal dahulu. Hal itu tanpa sadar membuat bobot tubuh Tarqi turun dan selama minggu-minggu awal Tarqi tinggal di Yogyakarta ia kesulitan tidur. Meskipun Tarqi selalu tersenyum, tetapi sejujurnya kesedihan karena teringat teman-teman dan kehidupannya di Bandung itu tetap ada. Sampai akhirnya Tarqi bertemu Raja dan mereka berteman akrab, saat itu Tarqi mulai bisa menerima kehidupan barunya di Yogyakarta.
Dan juga seseorang yang spesial untuknya.
Saat itu adalah minggu ke dua Tarqi di sekolah barunya. Tarqi tidak sulit beradaptasi dengan orang-orangnya melainkan bahasa. Karena Tarqi tinggal di pinggiran kota, maka sebagian besar murid-muridnya menggunakan bahasa daerah dan hanya menggunakan bahasa Indonesia ketika jam pelajaran. Itu pun terkadang masih dicampur dengan bahasa daerah. Karena itu Tarqi sedikit kesulitan untuk berinteraksi sebab keterbatasan bahasa. Waktu istirahatnya yang biasa Tarqi habiskan di kantin sambil bersenda gurau dengan teman-temannya dari berbagai kelas dan jurusan (Iya, Tarqi tuh dulu punya teman dari beda jurusan dan kelas), kini Tarqi memilih berdiam diri di kelas. Terkadang Tarqi juga kehilangan selera makan sehingga saat istirahat justru ia gunakan untuk tidur dari pada makan.
Raja adalah satu-satunya yang mencoba mendekati Tarqi di saat-saat tersebut. Awalnya karena rasa tanggung jawabnya sebagai ketua kelas, Raja sering membagi bekal atau jajanannya dengan Tarqi dengan dalih 'kekenyangan' dan memaksa Tarqi menghabiskan makanannya. Dan hal itu rupanya diperhatikan oleh seorang gadis yang juga merupakan teman sekelas Tarqi.
Namanya Saras. Gadis itu baru masuk di minggu ke dua Tarqi pindah karena sakit. Sehingga ketika Saras melihat kursi di belakangnya yang seharusnya kosong terisi, gadis itu mengernyit. Meskipun Saras tidak bisa melihat wajahnya, Saras tau sosok itu bukanlah salah satu dari teman sekelasnya. Teman-temannya tidak ada yang sekurus itu. Saras sampai harus keluar kelas memastikan kalau tidak salah masuk ruang kelas.
Saras meletakkan ranselnya dengan canggung, masih sedikit takut jika dia salah kelas meskipun papan di depan ruang kelas masih menunjukkan kalau ruang kelas yang ia tempati ini memang miliknya. Karena kelas masih kosong dan hanya ada mereka berdua di sana, tentu Saras tidak tau harus bertanya pada siapa. Pun lelaki itu terlihat sedang tidur di atas ranselnya yang diletakkan di atas meja.
Setelah akhirnya Saras berkenalan dengan Tarqi, interaksi mereka hanya sampai di situ karena memang Saras lebih sering berinteraksi dengan teman-teman perempuannya begitupun Tarqi. Di kelas Saras memang anak laki-laki dan perempuan tidak terlalu akrab. Tidak musuhan juga sih, hanya mereka punya dunia masing-masing dan tidak saling mengganggu. Tetapi bukan berarti juga tidak kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Teen FictionTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...