Kisah manis Oki dan Ayushita tidak bertahan lama. Memasuki bulan ke enam hubungan, mereka mulai sering bertengkar karena kecemburuan akibat jarak yang terbentang.
"Kamu kan lagi kuliah, Oki! Kalau ada kamu di sini juga aku nggak akan minta temenin Denis. Lagian aku sama Denis tuh nggak ada apa-apa! Kita pergi bareng karena sama-sama diundang!" Ayushita tidak seperti biasanya. Ia berteriak kali ini, emosi menguasainya. Kelelahan akibat pekerjaan terakumulasi dengan emosinya karena tekanan dari pacar brondongnya yang cemburu buta.
"Ya tapi kan kamu tau kalau dia suka sama kamu! Kamu sengaja mau ngasih harapan sama dia? Kamu nggak bilang ya kalau kamu punya pacar?" Oki balas teriak tidak mau kalah. "Kamu malu kan kalau ketahuan pacaran sama anak kuliahan kayak aku? Iya, kan?"
"OKI!" jerit Ayushita tidak tahan. Gadis itu sudah mencoba bersabar tetapi sayangnya hari ini kesabarannya habis sudah. "Kenapa sih kalau kita berantem kamu selalu bilang aku malu sama kamu? Aku nggak malu! Enggak! Kenapa sih kamu selalu insecure begini?"
"Karena kamu nggak pernah nunjukkin kalau kita pacaran. Liat sosmed kamu, nggak ada foto sama aku! Status kamu, display picture kamu pun nggak pernah nunjukkin kalau kamu punya pacar! Kamu sengaja ya biar dianggap masih single sama cowok-cowok di tempat kerja kamu? Iya kan? Seneng biar banyak yang naksir kamu dan deketin kamu? Seneng biar bisa ada yang kamu manfaatin saat aku nggak ada?"
"I'm done! Kita putus."
Panggilan pun terputus sebelum Oki sadar apa yang baru saja ia katakan. Oki melempar ponselnya sambil mengusap wajah. frustasi.
Padahal minggu ini adalah minggu UAS. Seharusnya Oki fokus belajar bukannya kepikiran tentang pacarnya yang pergi ke pesta pernikahan teman dengan teman kantornya. Oki terlalu cemburuan semenjak mereka LDR. Itu semua karena Ayushita yang juga tidak kunjung menunjukkan statusnya terang-terangan di sosial media. Entah sudah berapa laki-laki di sosial media Ayushita yang Oki stalk, takut-takut mereka mencoba mendekati pacarnya.
Oki melirik jadwal UAS di sticky notes yang ia tempel di meja belajar. Hanya ada satu jadwal matkul besok di jam 9. Bukannya melanjutkan belajar, Oki malah mengirimkan pesan kepada Jamal.
Sayangnya, setelah Oki bolos ia tetap tidak berhasil mendapatkan tiket pulang ke Surabaya dan baru bisa mendapat tiket di hari Jumat malam. Sudah mana ia melewatkan UAS Pak Saleh. Alhasil Oki otomatis mendapatkan C di matkul tersebut. Pak Saleh memang salah satu dosen yang paling ketat soal absensi. Tidak pernah mengenal ampun. Sekali tidak masuk kelasnya apalagi saat UAS, auto C.
Oki sampai Surabaya Sabtu pagi. Dengan terburu-buru tanpa mengabarkan Ibu atau Ayah ia menghubungi sepupunya untuk menjemput di stasiun. Dan tujuan utama Oki tentu saja rumah Ayushita.
Sampai di sana, Oki disambut Ibunda Ayushita yang memberi tau bahwa Ayushita sedang pergi olahraga. Tanpa basa-basi, Oki langsung pamit menyusul gadis itu.
Oki berkeliling Taman Bungkul yang pagi itu tampak ramai orang-orang yang sedang berolahraga atau sekedar jalan-jalan. Ia mencoba mencari sosok Ayushita di tengah keramaian hingga akhirnya matanya berhasil menangkap sosok itu.
Dalam pelukan laki-laki lain.
Bukan jarak pemicunya. Bukan juga keegoisan dan kecemburuan Oki penyebabnya. Simply hanya karena memang sejak awal Ayushita tidak pernah benar-benar menganggap Oki serius. Baginya Oki hanyalah anak-anak yang belum dewasa.
Oki perlahan melangkah mundur sebelum kakinya bahkan sempat melangkah maju.
***
Oki tersenyum sambil meletakkan sebuah benda berbentuk persegi berwarna peach di atas meja.
Yugi yang sejak tadi duduk di samping Oki sambil menonton televisi mengalihkan perhatiannya pada penghuni termuda di bangtan tersebut dan sesuatu di meja secara bergantian. Tanpa bertanya, Yugi meraih benda tersebut dan melihat tulisan yang tertera di sana. Selanjutnya Yugi tidak berkata apa-apa dan memilih menepuk lembut puncak kepala Oki. "Ki, ikut abang beli kebab."
Oki menatap Yugi masih dengan sebuah senyum getir di wajahnya kemudian mengangguk.
Oki di masa sekarang tidak banyak berubah. Pribadinya masihlah Oki yang sama. Yang selalu passionate dengan apa yang ia kerjakan, yang manja dengan abang-abangnya, yang selalu diam-diam menangis bila abang-abangnya mengalami kesusahan dan ia tidak bisa bantu apa-apa. Yang berbeda hanyalah Oki memilih menutup rapat hatinya untuk perempuan pada saat ini. Kalaupun suatu saat ia mulai membuka hati, ia tidak mau berada di posisi yang lebih mencintai pasangannya dan harus sebaliknyam. Simpelnya sih, Oki nggak mau jadi bucin dan prefer dia yang dibucinin sama orang lain.
Tapi siapa yang tahu. Mungkin nanti Oki akan bertemu dengan seseorang yang bisa mencintainya sama besar dengan perasaannya pada orang itu. Siapa tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abang Tampan [Completed√]
Teen FictionTentang tujuh pemuda tampan yang tinggal bersama di satu atap berbagi kisah. Cinta, canda, sedih serta tawa mereka alami di rumah bernomor tiga belas yang mereka sebut dengan rumah bangtan. Ada Arjuna, si pintar yang menjadi penyebab nomor satu keru...