13. Kakak Manis Siapa Yang Punya [Last]

1.1K 195 0
                                    


Malamnya kegiatan berlanjut dengan acara api unggun. Seperti malam-malam keakraban pada umumnya, di moment ini digunakan untuk saling mengenal masing-masing. Baik panitia dan juga anggota baru. Beberapa sesi dilakukan dengan lancar hingga sampai ke acara bebas.

Panitia sudah menyiapkan indomie dan teh hangat untuk semua anggota. Ada juga yang membakar jagung di api unggun sambil menikmati alunan musik dari petikan gitar yang dimainkan Angga, salah satu anggota baru yang ternyata jago main musik.

Nayla yang tadi membantu dalam proses pembuatan indomie kini duduk di salah satu kursi yang kosong sambil menikmati teh hangat. Ternyata cukup melelahkan juga memasak mie instan untuk kurang lebih tiga puluh orang. Nayla merapatkan sweaternya saat sadar baju itu tidak cukup menghangatkan tubuhnya.

"Nay, duduk di depan api unggun yuk?" Anisa merangkul Nayla untuk berbagi sedikit kehangatan. Dia juga sepertinya kedinginan padahal sudah menggunakan hoodie bertudung. Sepertinya karena udara di sana memang sangat dingin malam itu. "Dingin banget ya, padahal tahun lalu kayaknya nggak sedingin ini?"

"Mungkin karena sekarang musim ujan juga." Nayla dan Anisa akhirnya duduk tidak jauh dari api unggun. Di sebrang tempat mereka duduk, Raja sedang mengobrol dengan beberapa anggota baru yang semuanya perempuan. Entahlah, hal itu bukan pemandangan yang asing bagi Nayla. Raja selalu ramah dengan siapapun lawan bicara. Bahkan karena sikap terlalu baik dan ramahnya itu, orang-orang kesulitan untuk mendeteksi siapa yang sebenarnya betul-betul dekat dengan Raja.

Atau mungkin orang itu memang tidak satu kampus sehingga tidak terdeteksi. Entahlah. Nayla tidak pernah memikirkan sampai ke sana. Toh awalnya rasa ini hanya sekedar naksir biasa. Kalau lama-lama perasaan itu kian membesar, itu di luar kendalinya.

"Nay, tadi kata Ridho lo turun ke bawahnya berdua sama kak Raja, ya?" Anisa tiba-tiba mengalihkan perhatian Nayla dari Raja. Nayla bahkan tidak sadar sudah memperhatikan Raja terlalu lama.

"Hah? Iya, soalnya Ridho kan harus ngurus kelompok terakhir."

"Tapi Nay, lo masih suka sama kak Raja nggak sih?" tanya Anisa yang membuat Nayla dengan panik membekap mulut temannya itu. Waktu awal Nayla naksir Raja, dia memang cerita kepada Anisa. "Ihhh Nay, tangan lo bau minyak indomie tau gak!"

Nayla mendengus. "Makanya lo tuh jangan keras-keras dong! Kalau orangnya denger gimana?"

"Lo nggak ada rencana mau nyatain perasaan?"

Nayla menggeleng. Ia memeluk lututnya dan menumpukan dagunya di sana. "Egois nggak sih, gue tuh nggak mau sakit hati dulu karena ditolak, Nis. Gue mau nikmatin moment jatuh cinta ini lebih lama."

Anisa mengangguk paham. "Tapi apa lo nggak mau ambil kesempatan? Siapa tau kan ada peluang buat lo? Lagian kalau dilihat-lihat, kak Raja juga deket sama lo."

Nayla terkekeh. Ia menunjuk ke arah Raja dengan dagunya. "Tuh lo nggak lihat? Sama anak-anak baru aja deketnya kayak udah kenal dari zaman dulu. Gue nyadar diri kali, Nis."

"Beda, Nay, gue dan yang lain bisa ngerasain kok."

"Ngerasain apa?"

"Tatapan kak Raja ke lo dan ke yang lain nggak sama."

Nayla kembali menumpukan dagunya di atas lutut. Kata-kata Anisa sedikit membuat Nayla berharap. Berharap dari kecilnya kemungkinan kalau memang ada peluang untuknya. Tetapi secepat harapan itu datang, secepat itu pula harapan itu lenyap saat ia melihat Raja memberikan jaketnya kepada salah satu junior yang mungkin kedinginan.

"Tuh liat sendiri, Nis!"

Anisa tidak berkata apa-apa lagi sampai akhirnya kegiatan malam itu berakhir dan semua orang kembali ke kamar masing-masing. Para panitia perempuan berbagi satu kamar yang sama yang dihuni sepuluh orang. Karena hanya ada satu toilet dalam kamar, maka terpaksa mereka harus bergantian atau ke toilet yang ada di luar. Ah iya villa yang mereka tempati ini terpisah ke dalam tiga bangunan. Satu bangunan utama yang tingkat ditempati para anggota dan panitia laki-laki. Bangunan kedua yang berukuran sedang yang terbagi menjadi empat kamar besar ditempati oleh para anggota perempuan dan satu bangunan berisi satu kamar besar diisi oleh para panitia perempuan. Posisi toilet bersama ada di sebelah bangunan kamar panitia perempuan dan untuk ke sana sama dengan harus menerjang udara malam yang dingin.

Rumah Abang Tampan [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang