40.ENDING

27.6K 1.2K 4
                                        

"Bukannya gue gak menganggap kalian siapa siapa, tetapi gue terlalu sayang sama kalian sehingga tidak menceritakan segala keluh kesah gue ke kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukannya gue gak menganggap kalian siapa siapa, tetapi gue terlalu sayang sama kalian sehingga tidak menceritakan segala keluh kesah gue ke kalian

Gadis itu terdiam, ia mendengar semua panggilan teman-temannya, namun ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Sebuah tangan mengenggamnya erat. "Ianna, jangan tinggalin kita." Ianna tahu bahwa itu suara Galuh.

Ianna menggerakkan jarinya sebagai tanda bahwa gadis itu mendengar semua ucapan mereka. Saat itu juga, Luna langsung memanggil dokter.

Mata Ianna terbuka perlahan. "Ini di mana?" tanya Ianna. Dengan segera dokter menghampiri Ianna dan memeriksanya.
Dokter itu menggeleng tak percaya.

"Syukurlah. Awalnya, tubuhnya menolak jantung tersebut, namun ini benar-benar kejaiban."

"Ianna! Syukurlah lo selamat," ucap Luna segera memeluk Ianna dengan sisa air mata di pipinya, sepertinya ia habis menangis.

Ianna tersenyum kecil lalu melepaskan pelukan Luna. ia menatap satu persatu teman-temannya yang terlihat seperti habis menangis.

"Kalian kenapa?" tanya Ianna bingung.

"Dasar sialan! Gue takut banget lo mati, Ianna." Caca langsung memeluk Ianna sambil menangis. "Kenapa gak bilang, kalau lo punya penyakit gagal jantung?"

Sepertinya Ianna mengerti situasi ini. melihat dari wajah mereka sepertinya ia baru saja berada di ujung kehidupan beberapa jam lalu, Ianna pikir itulah sebab mengapa ia dapat bertemu Randy disaat itu.

"Raka? Di mana?" tanya Ianna, dari tadi ia tak melihat Raka di ruangan ini.

Seketika mereka semua terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan Ianna.

"Raka ditelepon sama kakek Alex, jadi dia harus pulang ke Bandung. Ada salam juga katanya kalau lo bangun," sahut Galuh cepat.
Baru saja Ianna hendak bertanya lebih. Tiba-tiba saja, pintu ruangan terbuka dan mendapati Kaisar, Risa, dan Rizki memasuki ruangan.

"Kenapa lo gak bilang kalau sakit, hah? Gue khawatir, Ianna." Rizki langsung menatap Ianna seolah meminta jawaban.

"Maafin Ianna." Gadis itu merendahkan suaranya. "Ianna gak tau berapa lama lagi akan hidup, mungkin besok bisa saja Ianna--"

"Jangan berbicara begitu!" ucap Risa menghentikan perkataan Ianna.

"Kamu sudah sembuh sayang, jangan berpikir hal aneh." Risa memeluk putrinya itu dan menangis.

ARDIANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang