Kenyataan yang ada

13 2 0
                                    

    Setelah pemakaman bundanya Sasa kembali ke kamarnya ia hanya menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong ditemani sintya Bella dan juga Arin serta Daffa yang hanya ikut diam , saat meninggalnya bundanya Granny langsung memberangkatkan penerbangan nya dan membuatnya sampai lebih cepat sehingga bundanya hanya dihinapkan satu malam , begitu juga dengan teman temannya , Daffa lah yang menghubungin Sintya dan Sintya menghubungi semuanya , Raffa dan reksa pun ada menghadiri acara berduka ini ia tak ikut  kekamar sasa dan lebih memilih untuk dibawah bersama yang lain

  "Sa"tegur Sintya yang mengusap kepala dan rambut sasa pelan

  Sasa tak menjawab ia hanya menatap lurus kedepan

  "Makan ya Lo dari kemarin belom makan"ucapnya lagi

  Namun Sasa tetap tidak berbicara

  "kalo sekiranya Lo gamau makan Lo tidur iya Lo butuh istirahat"saran Sintya

  Sasa tetap diam

  "Kalo Lo mau apa apaa bilang"ujar Sintya lagi tanpa henti

  "Sayang?"kini giliran Daffa yang menegurnya

  "Makan ya sedikit aja juga gapapa? Kamu mau apa aku pesenin"tawar Daffa yang dibalas gelengan kepala

  "Mau tidur?kita keluar iya kita tunggu dibawah"ujarnya dan lagi lagi Sasa menggelengkan kepalanya dan menahan tangan Sintya dan Daffa yang ingin beranjak

   Mereka semua tak pernah frustasi membujuk Sasa ia tau anak itu sekarang sedang rapuh rapuhnya , ini hal yang paling tidak Sasa harapkan Sintya sangat mengetahui itu

   Dalam diamnya , Sasa berbicara didalam hatinya

  "Bunda apa bunda tau? Sasa saat ini sendiri , Sasa kangen bunda apa bunda tau Sasa berharap ini adalah mimpi paling buruk Sasa , ternyata ini kenyataan yang ada dan begitu buruk , ini yang Sasa takutin dari dulu dari sejak dokter bilang bahwa bunda taakan lama lagi , bunda tau engga dunia sasa seolah berputar ketika bunda buruk Sasa gakuat bayangin hal hal yang akhirnya terjadi seperti sekarang , dan akhirnya bunda ini semua terjadi sungguh ini terlalu cepat bagi Sasa namun Sasa tau diri tuhan selalu baik sama Sasa dan Sasa baru menyadari itu , maaf bunda Sasa belom bisa jadi yang terbaik buat bunda maaf bunda Sasa belom bisa bahagiain bunda , maaf bunda Sasa nakal , maaf bunda Sasa minta maaf , bunda sedang apa disana , Sasa kangen"ucap Sasa dalam batinnya

  Dan Tess..

  Sasa memejam kan matanya dan meneteskan air matanya tubuhnya lemas dan lagi lagi Daffa menahannya

  "Saa"panik Sintya mencoba menyandarkan Sasa

  "Minyak kayu putih ni"ucap Bella memberikan minyak angin pada Sintya

  "Ambilin air tolong"pinta Daffa lalu Arin turun mengambil air

  "Sa"ucap daffa lembut

  Sasa terisak dalam diam dengan mata yang menatap Daffa kosong namun hanya mata yang menatap tidak dengan pikiran

  "Sasa apa yang sakit bilang"ucap sinty panik

  "Kamu kenapa?"tanya Daffa lembut

  "Aku mau nyusul bunda"lirihnya lemah sangat sangat terdengar lemah dan bebarengan dengan masuknya Arin Raffa reksa Anggara Nathan Anita dan juga grannynya

  "Ada apa ini"tanya granny

  "Sasa Lo ngomong apaasi"tegur Sintya

  Sasa tetap terisak badannya lemah mulut nya tak mampu bicara badannya tak mampu bergerak suruh ia tak kuasa dengan ini semua kenapa ini semua harus terjadi pada dirinya baru saja datang Daffa yang menambah warna idupnya namun bundanya pergi membawa warna hidupnya

SaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang