Bab 2: Kos 4.0

645 76 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Iyo mengarahkan kepalanya ke kiri dan kanan, mengikuti arah Chakra yang sedang mondar-mandir enggak karuan. Ia pusing sendiri, memilih duduk di kursi sembari tetap mengawasi pergerakan Chakra.

Membereskan pakaiannya, kata Chakra sejam yang lalu yang tiba-tiba udah berada di depan kosnya. Entah apa maksud dari Chakra yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan dari Jakarta. Iyo selalu enggak paham sama tingkah Chakra.

"Chak, sumpah gue enggak ngerti..." Iyo dengan tampang bingungnya berucap lemah.

Chakra enggak menggubris sama sekali. Masih sibuk dengan pakaian-pakaiannya yang lumayan banyak. Yang ada di pikiran Iyo saat ini adalah 'gimana cara menjual baju Chakra diam-diam'.

Iyo menghela napas, "Lo nelepon gue terakhir dua minggu yang lalu, loh, Chak. Sekarang gue enggak tau apa-apa,"

Chakra menghentikan aktivitasnya sebentar, menatap Iyo dengan malas. "Saya tinggal di sini. Bonyok saya tetep di Jakarta." jawabnya santai.

"HAH?" kursi yang Iyo duduki terbanting keras karena ia berdiri tiba-tiba. "Yang serius dong, Chak. Gue hidup sendiri aja susah, gimana mau berdua?"

"Ya susahnya dibagi dua." balas Chakra.

Iyo pasrah, menggaruk kepalanya yang enggak gatal. Membuat ekspresi sesedih mungkin. Mulai sekarang, dia enggak bisa bebas lagi.

***

"Kos 4.0?" tanya Chakra bingung melihat pelang yang tertera saat Iyo mengajaknya berkeliling melihat kos-kosan super mewahnya.

Iyo mengangguk mantap, "Yo'i, revolusi kos-kosan."

Giliran Chakra yang mengernyit bingung.

"Di sini nih, yang nomor 1 ini, yang tinggal banci. Ricky namanya, tapi biasa dipanggil Zizi. Ngambek dia kalo dipanggil pake nama aslinya. Hati-hati aja lo nanti kena goda." Iyo sedikit terkekeh saat menjelaskan tentang Zizi yang tinggal di ruangan nomor 1.

Iyo menengok Chakra, mengamati ekspresi dari sepupunya itu. Sayangnya, datar. Iyo jadi bingung, gimana mungkin cowok normal sama sekali enggak keliatan takut digoda sama banci?

Enggak ambil pusing, Iyo mengajak Chakra beralih ke ruangan selanjutnya. Mengantisipasi kalau Zizi mendengar mereka dan segera mungkin keluar dari kamarnya untuk menggoda.

"Nah, yang nomor 2 ini-"

"Berapa ruangan?" tanya Chakra memotong penjelasan dari Iyo.

Bagian Dua: C-sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang