Bab 5: Namanya Dee

180 27 16
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Enggak abis pikir gua, kemarin lu ngapain aja sama Zizi?"

"HA?"

"KEMARIN LU ABIS NGAPAIN SAMA ZIZI?"

"Oh, iya, hehe."

Iyo menghembuskan napas kesal. Dilema orang yang sedang berbicara di atas motor, ditanya apa jawabnya apa.

"Dah lah, pusing."

Biasanya, Chakra memang enggan berangkat bersama Iyo. Tapi hari ini, entah kenapa dia sendiri yang meminta Iyo untuk berangkat bersamanya. Bisa jadi, karena trauma diikuti lagi oleh Abel.

Drrt..drrt

Iyo membelokkan arah, berhenti sebentar untuk memeriksa ponselnya yang bergetar. Sebuah panggilan dari Bri.

"Paan, Bang?" tanya Iyo tanpa basa-basi.

"ZIZI ADA SAMA LO GAK?"

Iyo menghela napas, "Kagak." jawabnya singkat lalu mematikan teleponnya sepihak.

"Siapa?" tanya Chakra.

"Biasa lah, biangnya ribut, Abel."

Chakra mengangguk, enggak mau memperpanjang urusan dengan manusia yang satu itu. Baginya, pengalaman diikuti sampai ke sekolah dan dipeluk tiba-tiba cukup menyisakan trauma yang mendalam.

Iyo kembali menjalankan motornya, enggak mau ambil pusing.

Sementara di Kos 4.0...

"ABEL BANGSAT PULSA GUE ABIS!"

"Jancuk! Pelit banget sih lo, Bang? Pantes aja nama lo Bri, Britungan,"

Bri mencoba menahan amarahnya, mengusap kembali keringat yang keluar di dahinya. Sudah jam segini, tapi Abel tiba-tiba memaksa masuk ke kamarnya, mengacaukan cuciannya, dan dengan lancang mengambil ponselnya.

Bri sudah terlambat untuk berangkat kerja, sementara Abel dengan santainya meninggalkan kamar tanpa rasa bersalah.

Air mata Bri mulai menetes. Dia sama sekali enggak bermaksud pelit, tapi isakan dan teriakan setelah ini mungkin bisa menjelaskan alasannya.

"GUE SAMA IYO BEDA OPERATOR, BANGSAT!"

***

"Eh, Dek, mau ke mana nih?"

Abel menghentikan langkah mengendap-endapnya. Menelan ludahnya dan dengan sigap tersenyum kikuk sambil ber-haha-hehe.

"Ma-mau liat-liat aja kok, Pak. Suer dah, enggak maksud apa-apa," jawab Abel canggung pada satpam sekolah yang sedang berjaga dengan seramnya.

Bagian Dua: C-sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang