Bab 3: Tongkat Sihir

347 56 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Chakra membolak-balik buku bacaannya, menghabiskan fokusnya hanya pada tulisan yang kian lama kian usang itu.

Sebelas tahun dan hanya buku itu yang menemani harinya. Membantunya berbicara, membantunya tertawa, membantunya menyeka air mata. Itu buku sederhana, dari Adeera.

Chakra tersenyum pelan. Bohong kalau dia bilang dia sudah enggak lagi mengharapkan Deera. Tapi terlalu kejam kalau dia memaksa tetap tinggal di sana. Itu akan terlalu menyakiti untuknya.

Ini hari pertamanya di sekolah baru. Entahlah, tapi dia menolak puluhan ajakan Iyo untuk berangkat bersama. Dengan earphone yang setia terpasang di telinganya, ia dengan setia menunggu bis yang datang.

Dia masih belum tau Bandung, itu kenapa Iyo bersikeras mengajaknya berangkat bersama. Hanya saja, Chakra adalah Chakra. Dia enggak akan menurut pada siapapun kecuali Adeera. Ya, seenggaknya, dulu.

Bisnya datang, memaksa Chakra bangun segera dari duduknya. Chakra tersenyum, memantapkan pilihannya. Seenggaknya, sampai hatinya sembuh. Ayo mulai petualangannya, batin Chakra.

"CHAKRA!"

Langkah Chakra terhenti, menoleh ke sumber suara yang memanggilnya dengan keras.

"Abel?" ucap Chakra bingung.

Cewek itu berlari kencang menuju tempat ia berdiri sekarang, membawa sesuatu yang enggak bisa Chakra pastikan.

Abel berhenti tepat di hadapan Chakra, dengan napas yang tersengal-sengal, mengangkat tongkat warna hitamnya tepat di depan wajah Chakra.

Chakra memundurkan sedikit wajahnya, terkejut dengan apa yang dilakukan Abel. Masih begitu pagi, tapi terlalu siang untuk bersiap-siap ke sekolah. Dan yang Chakra lihat, Abel masih mengenakan pakaian tidurnya.

Senyumnya mengembang cepat, membuat Chakra makin kebingungan.

"Alohomora!" ucap Abel tiba-tiba sambil mengarahkan tongkatnya ke arah pintu bis.

Pintunya terbuka, membuat Abel semakin mengembangkan senyumnya. Sementara Chakra geleng-geleng kepala dan segera masuk ke dalam bis.

***

Abel menghela napas berat sambil melipat kedua tangannya. Rasanya, percuma saja mengikuti Chakra sampai naik bis padahal dia enggak punya tujuan khusus. Coba lihat Chakra sekarang, fokus dengan buku bacaannya dan earphone yang sedari tadi enggak bisa lepas dari telinganya.

Bagian Dua: C-sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang