Bising, udara alami, juga Bee Gees. Tercampur semua dalam mobil hitam milik Iyo. Iyo jarang sekali mendengarkan musik, tapi jika di dalam mobilnya, ia bersedia meluangkan 24 jam hanya untuk memutar Queen, Bee Gees, Frank Sinatra, The Corrs, The Goo Goo Dolls, hingga Oasis. Hanya Iyo yang memiliki selera lagu lama di sini. Diturunkan oleh papanya yang sangat mengidolakan John Lennon dan Paul Anka.Bagi Iyo, ‘I Started A Joke’ memiliki kesempurnaan dalam melodinya. Chakra yang duduk di sampingnya sibuk bercanda dengan Deera dan Sheilan yang duduk di kursi penumpang. Benar-benar hanya ia yang menikmati lagu yang dirilis tahun 1968 itu.
“Lo mirip Abyan, Nan.”
Iyo hanya tersenyum menanggapi Deera yang sedari tadi berkomentar tentang kesukaannya yang sama dengan Abyan, yang bahkan Iyo enggak tahu siapa dia. Sampai Chakra yang gemas sendiri, penasaran dengan nama yang dari tadi tak bosan Deera sebut.
“Abyan siapa sih?” tanya Chakra akhirnya. Karena dia memang penasaran sedari tadi dan sama sekali enggak mendapat penjelasan lebih mengenai Abyan. Deera hanya menggantungkan kalimatnya sampai di situ.
“Temen Gara,” jawab Deera. “Selera musiknya sama kayak Inan. Byan tuh kalau sehari aja enggak dengerin Autumn Leaves, berasa kurang banget kehidupannya,”
Iyo terkekeh. Sebenarnya dia enggak sampai seperti Abyan. Dia suka lagu lawas, tapi enggak sampai harus mendengarkannya tiap hari. Selera Iyo hampir semua genre musik, dan dia selalu mendengarkan yang berbeda tiap harinya.
“Nat King Cole, ya?” tanya Iyo memastikan.
“Iya, kali. Enggak tahu tuh gue nama penyanyi lawas selain Queen, Michael Jackson, sama The Beatles.”
Iyo hanya mengangguk. Ya, memang sedikit sulit menemukan orang yang punya selera musik yang sama. Selama Iyo menjalin pertemanan, enggak satupun dari mereka mengerti musik yang Iyo bicarakan dan kadang mengeluh mengantuk kala Iyo memutarnya. Era Baby milik Justin Bieber dan Umbrella milik Rihanna mungkin jadi yang terlawas secara keseluruhan dalam pengetahuan musik teman-temannya. Kecuali Raka, yang memang sangat menyukai Linkin Park dan Sevenged Avenfold. Dan hanya sampai situ. Lalu hari ini Deera memberitahunya, seseorang dengan selera musik yang mendekati sama dengannya. Ia sedikit bangga, tapi toh juga enggak akan bertemu.
“Gue suka Valentine-nya Jim Brickman.”
Sheilan membuka suara setelah hanya cukup dengan mendengarkan perbincangan ketiga orang itu. Dan enggak salah kalau sekarang Deera, Chakra, dan Iyo menengok cepat ke arahnya. Sheilan mengamati obrolan mereka dan baru berbicara setelah senyap dirasa menyelimuti perjalanan ini.
“Cuma itu, sih,” lanjutnya yang berhasil menarik pandangan mereka lagi.
Iyo menarik ujung bibirnya pelan, hampir enggak terlihat. “Gue juga.” ucapnya singkat.
***
“Lo di mana sih? Udah 15 menit nih gue nunggu,” kekesalan Deera pada Gara yang berada diujung panggilan semakin menjadi-jadi. “Anjir ya kali setengah jam lagi? Lo sama siapa sih? Gila repot banget,”
“Seriusan aja sih Gar lo ngajak Byan? Sini deh gue yang ngomong sama Byan supaya dicepetin bokernya,”
“IYAAAAA. LO LAMA SIH! IYA, IYAA.”
Decakan dan sambungan yang terputus membuat Iyo dan Chakra terkekeh. Sudah pukul 9 lebih dan Gara belum juga sampai. Padahal, ia bilang akan sampai jam setengah sembilan dan akan menunggu lebih dulu. Tapi nyatanya, jadi mereka yang menunggu karena Gara malah mengajak Abyan, si tukang rusuh tiap kali mereka berkencan. Serius, bagi Deera, Abyan memang sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian Dua: C-side
Random"I'm on the way to lose myself cause loving him who fall for another." Part of 'Geosenthru' series. © lulsjournal, 2019