سِتَّةٌ وَعِشْرُوْنَ

1.8K 63 5
                                    

Memori kala itu sedikit menghibur gadis yang tengah menikmati senja dari balkon kamarnya. Tentang perhatian David yang rela menjenguk ke pesantren, selalu patuh dengan perintahnya, terkesan seperti babu. Davidnya yang sangat bucin, begitulah kata anak sekarang. Hari-hari yang terlewati sangat indah meskipun banyak drama.

Begitu pun tentang Alvin yang tak bisa Veli lupakan. Tentang sikap anehnya, terkesan seperti orang gila. Namun, walaupun begitu, Alvin sangat menghibur kala Veli merasa sedih dan sendiri.

Setiap orang yang dikenalnya memberikan cerita dan kesan baik untuk Veli. Kenangan itu hanya mampu Veli putar kembali, pertanda merindukan sesuatu yang jauh di sana. Segaris senyum perlahan terangkat. Sebuah senyum tentang kerinduan, tentang harapan, dan... tiba-tiba kembali putus asa. Akankah Veli bisa kembali ke masa di saat bahagia bersama teman-temannya?

"Aku akan temui kamu, Vel. Dua hari lagi."

Gadis itu mengembuskan napas kasar ketika melihat layar ponsel yang menampilkan room chat dengan David. Hanya dibuka, tak ada minat untuk membalasnya.

David, kamu laki-laki terbaik yang Veli kenal. Maaf. Maaf.

Veli memalingkan pandangannya dari ponsel yang berada di pangkuan. Pesan dari David diterima Veli hari kemarin. Dua hari lagi dari hari kemarin. Besok. Apa yang harus Veli persiapkan untuk menyambut seseorang yang punya pengaruh besar di dalam hidupnya? Mengucapkan maaf, berterima kasih?

Setetes air matanya tiba-tiba menelusuri pipi. Hatinya berdenyut mengingat kebaikan-kebaikan pemuda itu. David tulus dari pancaran matanya. David baik dan berbudi pekerti.David selalu memperlakukannya layaknya seorang ratu kerajaan tanpa dipinta. Selalu mengerti, tak pernah menuntut, selalu memberikan perhatian.

Allah, ampuni Veli atas semua kesalahan di masa lalu. Bisakah Veli meminta? Tempatkan David di atas kebahagiaan dalam hidupnya. Jangan biarkan dia bersedih. Karena dia yang selalu membuat Veli bahagia, doanya sambil menatap langit jingga. Dengan penuh harap kalimat yang diucapkannya di dalam hati menembus langit dan Tuhan langsung kabulkan.

"Di luar dingin, Sayang."

Veli langsung mengerjapkan matanya berulang kali saat mendengar suara ibu tirinya disertai derap langkah yang mendekatinya.

"Besok Papah akan menemani kamu ke rumah sakit," ujar wanita itu seraya berjongkok di samping putrinya.

"Besok?" Gadis itu sampai melupakan jadwal check up nya. "Veli mau menunggu David."

"Dia mau ke sini?"

Veli mengangguk sekali. Dia tidak ingin melewatkan pertemuan dengan David. "Mamah kan yang bilang Veli harus memaafkan dia. Dia pemuda yang baik, yang seharusnya dia dapatkan adalah terima kasih dari Veli, bukan kepergian Veli." Lagi-lagi air matanya jatuh kembali. Hatinya sesak mengingat perlakuan buruknya kepada David. Mungkin hanya David yang terbaik untuknya, tapi dirinya bukan yang terbaik untuk David.

"Lamanya satu hari dua belas jam. Kamu pergi ke rumah sakit dan kembali lagi ke rumah tidak akan selama itu." Hana meraih punggung tangan putrinya. "Selain meminta maaf kepada Nak David, Veli juga harus terus mendekati Papah. Berikan papah harapan bahwa Veli akan baik-baik saja."

*

Hari Sabtu, menjelang sore. Gerimis tak henti-hentinya menyiram setitik bagian bumi. David belum kunjung datang. Seorang gadis bergamis warna marun dipadukan dengan warna abu menanti kedatangan seorang pemuda yang katanya hari ini akan menemuinya di jarak dua meter dari pintu utama. Tidak mungkin seorang David yang dikenalnya akan berbohong. Namun, sampai hari mulai ditelan malam, pemuda itu tak mengabarinya tentang kepastian menemuinya.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang