بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
1. Menuju Kehidupan Baru
Gadis rapuh itu telah hancur. Kenangan dan paksaan berkompromi mencabik hatinya. Bersikeras menarik air matanya untuk membanjiri wajah berparas cantik itu. David hanya mampu termenung, pikirannya bingung. Dia tidak bisa bantu, otaknya mendadak buntu. Hanya punya bahu sebagai sandaran yang dapat dia berikan. Berharap gadis itu mendapat rasa tenang di sana.
"Veli nggak bisa menerima, lebih tepatnya nggak akan bisa," ujar gadis itu. Matanya menatap lurus ke langit indah berwana orange. Hari mulai redup, sama hal dengan hatinya. "Apa Veli milih tinggal sendiri, ya?"
David mengusap bahu kecil itu, mencoba menyalurkan semangat. Fisik gadis itu sudah cukup sakit, kini ditambah batinnya. Bodohnya, di saat orang yang benar-benar dia sayangi terluka, David tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya merutuk dalam hati sambil menyalah diri yang bisa dia dilakukan.
"Sendiri di Indonesia?" Laki-laki itu menggeleng tidak setuju. "Kondisimu tidak memungkinkan. Kamu butuh keluarga, butuh kasih sayang, juga butuh perawatan untuk cepat sembuh."
"Jadi Kak Davud ada dipihak papah? Kak David setuju Veli tinggal di Singapura? Kak, lalu gimana sama kita? Untuk LDR, banyak orang di luar sana gagal menjalaninya."
Gadis itu membenamkan wajahnya dalam pelukan laki-laki berlesung pipi. David mencuri pandang wajah yang bersembunyi di dadanya, kemudian dia terkekeh. "Kamu nggak mau ke sana karena Kakak?" Sebelah alisnya diangkat, berusaha menggoda.
"Bukan!"
Velicia Navvirel Aulia namanya, gadis dengan seribu cita-citanya. Yang penuh luka tapi selalu ceria. Harinya dijalani seperti tanpa beban, meski nyatanya fisik dan batin penuh luka.
David tersenyum ketika Veli sudah bisa memukul bagian dadanya. Dia melihat bibir gadis itu ditekuk aneh, memperlihatkan kekasalan kepada laki-laki di sampingnya. "Veli nggak mau tinggal di sana. Selama ada Hana, hidup Veli nggak akan bahagia."
"Kenapa gitu?"
"Dia nggak punya hati! Orang jahat yang telah merebut papah dari Veli."
"Meski begitu, dia itu mamah tiri kamu, Vel. Cobalah untuk menerima, buka matamu dan lihat sisi baiknya dia."
"Kak David benar-benar bukan dipihak Veli," kata Veli menahan kekesalannya. Gadis itu kecewa, bukan kata itu yang ingin dia dengar dari David. Dia butuh penyemangat, tapi laki-laki itu malah melemahkan. "Jika Oma nelpon menanyakan keberadaan Veli, bilang saja Kakak tidak tahu." Veli beranjak, berjalan tanpa tahu arah, meninggalkan David yang beberapa detik kemudian mengejarnya.
"Vel, mau ke mana?" tanya David di sela lari kecil mengejar gadis itu.
"Velu butuh ruang sendiri, Kak. Jangan ngikutin terus." Sampai di pinggir jalan, tak lama kemudian taksi menghampirinya. Seolah Tuhan tahu jika Veli sedang membutuhkan kendaraan untuk lari.
[[-_-]]
Veli percaya, dunia ini sementara, berarti kesedihannya juga sementara. Biarlah waktu mengalir, membawa diri terombang-ambing, diterjang badai, lalu tenggelam dalam laut luka. Luka itu hanya sementara. Di detik yang telah ditentukan, semuanya akan berakhir.
Semalaman dia tidak pulang. Handphone yang dimilikinya sengaja dimatikan. Hanya cara ini yang dapat Veli lakukan, berlari untuk menghilang dari keluarga sebagai pelarian diri. Kecewa yang tertoreh membuatnya menjadi sosok tidak peduli. Tidak peduli papahnya yang mencari, dan neneknya yang khawatir. Biar saja, itu adalah balasan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinamika Hati [SELESAI ✔]
SpiritualKemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penya...