اِثْنَانِ وَعِشْرُوْنَitsnaani wa 'iysruuna

1.4K 111 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

22. Calon Pacar atau Imam?

"Veli." Seorang gadis berhijab biru langit memanggil. Di sampingnya ada seorang gadis kecil yang dulu pernah menolog Veli ketika jatuh di lapang saat hujan.

Veli menoleh dan menunggu mereka menghampiri. Matanya sayu, bibirnya pucat, tapi tetap menampilkan senyum. Gadis kecil itu lari dan langsung memeluk Veli, erat sekali seakan menumpahkan rindu beribu ton. Namun, Veli merasa aneh dengan gadis itu yang memeluknya secara tiba-tiba. Kenal saja tidak, kenapa harus memeluk seerat itu dan mengatakan, "Kak ... aku kangeeen banget. Aku nggak nyangka Kakak yang aku tolongin itu Kak Veli. Kakak makin cantik pakai hijab, sampai aku nggak ngenalinm."


Veli diam tak membalas pelukan, matanya lurus kepada gadis yang tadi memanggilnya. Dia menatap seolah meminta penjelasan. "Kamu ingat nggak sama adik aku?" tanya gadis itu sambil menunjuk adiknya. Membuat kepala Veli menunduk melihat gadis yang memeluknya.

Veli keheranan dengan pertanyaan Reni. Keningnya melipat, tatapan penuh tanda tanya dilontarkan membuat Reni tampak kecewa. Kemudian kepalanya digelengkan. "Kamu beneran nggak ingat, Vel?" tanyanya lagi tidak percaya.

"Veli itu bingung. Kamu datang mengaku sebagai teman SMP, tapi Veli benar-benar nggak ingat." Veli melonggarkan pelukan dengan gadis kecil itu, kakinya melangkah ke kursi koridor lalu duduk. "Veli bertanya-tanya, katanya kamu benci sama Veli, tapi karena apa? Kalau di masa lalu Veli punya salah sama kamu, mau kan maafin Veli?"

Gadis kecil itu ikut duduk di samping Veli, matanya bergantian menatap kakaknya dan Veli. Lipatan di kepala sebagai tanda bahwa gadis itu tidak mengerti dengan apa yang mereka obrolkan.

"Di sini, aku yang salah. Karena aku yang bodoh, penyakit iri langsung menyerang hati dan menumbuhkan kebencian. Aku iri sama kamu yang selalu unggul dari aku. Harusnya aku yang minta maaf. Kamu dihukum karena nggak pakai hijab ke kamar mandi, gara-gara aku. Kamu putus, gara-gara aku. Kamu mengaji masih iqra, aku mengejek. Aku baru sadar, aku terguncang oleh bisikan setan. Kemarin-kemarin aku nyari kamu, tapi nggak ketemu. Aku mau minta maaf, kamu mau kan maafin aku?" terpancar penyesalan dari mata gadis itu. Membuat Veli mengulas senyum singkat untuk membalas sorot mata itu.

"Jika Allah Maha Pemaaf, Rasul selalu memaafkan, kenapa Veli tidak seperti mereka?" Veli mengelus kepala adiknya Reni, lalu merengkuh bahu kecil itu sebelum dia beranjak, pamit untuk menemui David yang sudah menunggu di parkiran.

Akhirnya Veli tidak perlu memikirkan Reni lagi. Satu minggu yang lalu keduanya bertemu di koridor, Reni berterus-terang tentang isi hatinya yang membenci Veli. Sejak saat itu, pikiran Veli penuh dengan pertanyaan. Dan pada akhirnya Veli mengira bahwa ada kesalahan yang Veli perbuat tanpa disadari menyati orang lain.

Dan sekarang, rasanya lega setelah tahu alasan kenapa Reni sampai membencinya. Veli ingat jika dulu adalah seorang bintang, murid kesayangan yang selalu menjadi kebanggaan, banyak orang yang menyukai tapi tidak sedikit orang yang tidak suka dengannya.

Mungkin itu sebabnya.

Veli terus menyusuri lorong sampai akhirnya dia menapakkan kaki di depan gedung pesantren. Hilir mudik orang-orang di parkiran menyambut mata Veli. Senyum bertebaran kala seorang santri bertemu keluarganya. Mereka tampak bahagia bisa melepas rindu dengan berpeluk, saling cium, dan lempar senyum.

Beda halnya dengan Veli yang menampilkan senyum palsu untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Pada nyatanya, hati tidak bisa dibohongi. Dia rindu, ingin bertemu, tapi hanya pada Omanya. Tidak dengan Papah dan ibu tirinya.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang