16. Kembali

786 54 0
                                    

Ketika yang kau tak inginkan kembali tanpa hal yang tak terduga.
________

"Hahh ... hujan." Sakura mendecak sebal. Baru saja ia ingin pulang dan bermanja ria dengan ranjangnya kini harus kembali menelan kerinduannya untuk berteduh di sekolah kembali. Menurutnya hujan adalah hal yang paling terburuk dalam hidupnya.

Sedari tadi ia melihat para murid lain telah berhamburan dan menyisakan segelintir orang seperti dirinya.

"Kau lupa bawa payung?" Suara bariton terdengar dari arah belakang Sakura. Gadis itu menoleh dan membalikkan tubuh rampingnya.

"Sasuke ... ya begitulah, ku pikir tak kan turun hujan." Sakura menatap lekat lelaki bertubuh bidang di hadapannya.

"Mau pulang bersamaku?" tanya Sasuke menawari tumpangan.

Sakura menatap ke arah rintikan hujan yang membasahi bumi, mungkin bila menunggu hujan selesai membutuhkan waktu yang lama. Tapi bagaimana ketika menuju parkiran tempat mobil Sasuke berada, seragamnya akan basah dan menampakkan dalamannya. Pasti tahulah bagaimana bila seragam putih terkena air.

Melihat Sakura yang tampak berpikir keras Sasuke membuka blazernya dan mengenakannya kepada Sakura. Gadis itu tampak menatap bingung mendapat perlakuan itu dari Sasuke. "Menurutku kau lebih membutuhkannya," ucap Sasuke berusaha mengalihkan pandangannya dari Sakura.

Sasuke menarik lengan Sakura dan berlari menuju parkiran. Dengan langkah terburu-buru Sakura menyeimbangkan langkahnya dengan lelaki itu. Tak henti maniknya tertuju pada Sasuke yang terlihat tampan dan sexy dengan tubuh yang terbasahi rintikan hujan. Ia mengangumi pemandangan di hadapannya. Rambut raven lelaki itu yang terjatuh layu dengan air yang mengaliri pelipisnya. Kulit putihnya yang kian memucat. Matanya yang kian menggelap. Nikmat Tuhan yang mana ingin kau lewatkan lagi Sakura.

***

"Tak bisa kau pergi dari sini!" Ino tampak bosan dengan lelaki yang menggangu dirinya sedari tadi. Ia yang berpikir bisa menenangkan diri dalam suasana yang mendukung ini harus di ganggu oleh curut pucat di hadapannya.

Sai tersenyum puas melihat bibir gadis blonde itu yang mengerucut karenanya.

"Apakah kekasihmu tak boleh menemanimu?" tanyanya tersenyum palsu.

"Ingat! Kita hanya palsu. Berhentilah bermain dan biarkan aku sendiri," ujar Ino malas.

"Aku tak ingin kau kenapa-napa, seorang gadis cantik sendirian sangat rawan di tempat publik." Sai menatap Ino dengan lekat hingga membuat gadis itu berdebar kencang.

'Tenangkan dirimu Ino,' innernya.

Ino tampak gugup dengan meremas jemarinya dengan kuat. Ia takut akan jatuh dalam pesona lelaki ini. Tuhan selamatkan lah ia.

"Sai~," panggil seorang gadis berambut cokelat dengan nada manja.

Sai menoleh ke arah sumber suara di sebelahnya.

"Ayame ...." Sai tampak terkejut dengan bibir yang sedikit terbuka. Lelaki itu spontanitas bangkit dari duduknya. Ia berusaha menutupi kegugupannya.

Sang gadis yang dipanggil Ayame memeluk Sai dengan erat.

"Maafkan aku," lirihnya. Ayame semakin mengeratkan pelukannya.

Sai tampak bingung. Tangannya berusaha terangkat untuk membalas pelukan gadis itu. Ia tempatkan kedua tangannya di punggung kecil gadis itu. Terlihat rapuh bila ia memeluknya dengan erat. Sedangkan Ino sebagai penonton hanya cengo melihat pemandangan di sana. Bagaikan ia menonton syuting film romansa secara live.

Future DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang