17. Dia

691 49 0
                                    

Masa lalu yang telah terkubur tak semudah itu terlupakan yang akan selalu menghantui ketika ingin kembali membuka lembaran baru
________

Kecewa. Rasa itu yang sekarang melanda hati Sakura. Ia termenung menatap langit yang berwana hitam pekat bagaikan sekelam keadaan hatinya. Entah mengapa semua ini terjadi, kebohongan demi kebohongan kini mulai menguak kebenarannya. Lelaki yang kini ingin ia mulai percayai kembali harus menyembunyikan rahasia sebesar ini. Semua kembali ke titik awal ketika mereka dahulu tak saling beriringan.

Sarada melihat Sakura dengan perasaan iba. Walau keadaan yang mencekam tulang, gadis itu tetap berdiri membatu di koridor.

"Nee-chan masuklah," ucap Sarada dengan nada memelas.

Sakura tetap dalam posisinya dan tetap membisu. Sukmanya bagaikan terhempas, sorot matanya kian menggelap.

"Nee-chan~," panggil Sarada manja. Ia mendekati Sakura dan memegang lengan gadis itu dengan lembut.

"Jangan menyiksamu seperti ini," ujar Sarada menatap sendu Sakura.

Gadis musim semi itu akhirnya luluh dan menoleh pelan ke arah Sarada. Walau begitu tatapannya tetap kosong.

"Kau tahu apa?" tanya Sakura dengan suara yang memelan.

"Aku tahu nee-chan, kau tak boleh ambil kesimpulan sebelum mengetahui kebenarannya." Sarada mencoba menyadarkan Sakura.

"Semuanya udah jelas, ia membohongiku." Sakura menatap sendu. Jelas tersirat rasa sakit dalam sorot mata itu. Ia tak habis pikir, bertahun-tahun Sasuke telah membohongi dirinya.

"Aku ingin sendiri dulu. Tolong, tinggalkan aku." Sakura berucap dengan nada memelas. Sarada akhirnya luluh meninggalkan Sakura sendirian.

***

Brakk ....

"Brengsek!! Semuanya jadi kacau." Sasuke menjatuhkan seluruh barang yang berada di atas meja belajarnya. Ia tak menyangka akan terjadi seperti ini. Hubungan ini akan hancur seperti dulu.

Sasuke terlihat rapuh. Ia terduduk di lantai. Dari sudut pelupuk matanya bergulir aliran bening yang tak terbendung lagi. Ia menyesali seluruhnya. Ia tak peduli dikatakan cengeng, air matanya terus jatuh sebagai wujud kesedihannya. Ia terlalu rapuh untuk bangkit dan menjelaskan pada Sakura kebenaran  lainnya yang tak diketahui gadis itu.

***

Ino berjalan menyusuri pinggir jalanan raya dengan langkah berat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ketika lelaki yang mengganggunya itu ia tinggalkan bersama gadis kenalannya di cafe tadi, kini ia merasakan suatu hal janggal di sudut hatinya. Ia seperti ... kehilangan.

"Hahhh ...."

Ia menghela napas sepanjang mungkin. Ia mendongak menatap langit yang mulai berwarna cerah sehabis menurunkan rintik sendunya yang menyapa bumi. Tak ada pelangi di sana, kosong seperti hatinya. Ia tak terlalu memerhatikan langkahnya hingga menginjak genangan air yang membuat sepatu kets putihnya kotor. Padahal gadis itu sangat menyukai sepatu itu.

Sial.

Semuanya bagaikan sedang mengolok dirinya. Ia benar-benar merasa sial untuk hari ini. Suasana sangat mendukung kegundahan hatinya. Ia berjalan terburu-buru agar cepat membenamkan diri di atas kasur empuknya. Cukup untuk hari yang melelahkan ini.

Brakk

Ino menyenggol seseorang tetapi tak membuat dirinya terjatuh. Ia masih bisa mempertahankan posisi berdirinya.

Future DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang