26. Terkubur Selamanya

712 47 12
                                    

Hamparan gundukan tanah merah terpampang dengan batu berdiri kokoh di atasnya. Dikelilingi para manusia berseragam selaras semua berwarna hitam. Tangis bagaikan alunan melodi mengiringi tiap detik waktu. Suasana duka melekat dalam hati.

Gadis berambut musim semi itu tertunduk lesu menatap ke pusara di hadapannya. Manik emerald-nya berkaca-kaca. Perlahan tapi pasti bulir-bulir bening itu mengalir dari pelupuk matanya. Tangisnya kini tak lagi dapat terbendung. Kini ia menghantarkan sahabatnya ke pembaringan terakhir. Dunianya bagai runtuh. Ia yang terakhir kali melihat wajah itu kemarin. Dalam sekejap mata wajah itu telah memutih beku. Tak ada lagi sorot mata bersahabat nya. Ia tak menyangka ini akan berakhir seperti ini. Lagi-lagi seorang Haruno Sakura harus menerima kenyataan pahit ini.

Gadis pirang di sebelahnya malah tampak gelisah memerhatikan dirinya. Ia merangkul tubuh Sakura.

"Semua akan baik-baik saja," ucapnya menguatkan.

Sakura menoleh dan menatap lekat manik aquamarine milik sahabat pirangnya itu.

"Kenapa semua terjadi secara tiba-tiba Ino?" tanya dengan suara parau. Akibat menangis membuat suara indahnya menjadi parau.

"Ini semua pasti ada hikmahnya. Badai akan segera berlalu dan pelangi akan muncul setelahnya," ujar Ino sembari mengelus punggung kecil Sakura.

Gadis musim semi itu memeluk tubuh Ino dari samping.

"A-aku gak k-kuat. S-semua or-ang yang aku s-sayangi per-gi. Aku yang ter--akhir ber--temu ia." Tangis Sakura bertambah kuat. Ia tak sanggup walau hanya untuk berucap. Semua bagaikan terasa berat untuknya.

"Ini bukan salahmu Saki. Kami-sama menyayangi Kiba makanya ia duluan menemuinya," ucap Ino menguatkan sembari mengelus-elus punggung mungil sahabatnya.

Sakura melimpahkan seluruh kesedihannya. Tak dapat ia bendung lagi, semua meledak ke permukaan. Ia teringat dengan keadaan Sasuke, bagaimana bila lelaki itu mengikuti jejak Kiba. Apakah lagi-lagi ia akan ditinggal selamanya. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Hanya doa yang ia dapat panjatkan untuk seluruh kebaikan mereka.

***

Cklekk

Krekk

Pintu terbuka mengeluarkan suara deritan. Terlihat sosok anak kecil menyembul dari balik pintu. Ia masuk perlahan ke ruangan serba putih itu. Sarada sang gadis itu mendekati lelaki yang terbaring lemah di sana yang tak bukan Uchiha Sasuke.

"Sampai kapan kau ingin tertidur otou-san?" tanyanya melemah.

"Aku belum mengucapkan sebutan ini secara langsung, kenyataan yang sebenarnya. Aku sangat menyayangi kalian," lanjut Sarada kini ia menggenggam tangan lelaki itu yang tak diberi infus.

Ia bermonolog sendiri. Berharap lelaki itu dapat mendengarnya.

"Kau ingin aku tak ada di masa depan? Maka sekarang ku mohon bangun lah," ucapnya memelas. Tak dapat ia menahan rasa sedihnya hingga bulir-bulir bening jatuh di pelupuk matanya. Tiba-tiba ia merasakan sakit di dada sebelah kirinya. Ia melepas genggamannya di tangan lelaki itu dan meremas daerah dada sebelah kirinya.

Sakit.

Ia merasakan sakit luar biasa. Apakah ini akhir dari semuanya. Impiannya tak akan pernah terwujud malah semua akan berubah nantinya. Takdir berubah seluruhnya. Takkan ada nama seorang Uchiha Sarada di masa depan. Ia memilih pergi dari ruangan itu. Meninggalkan lelaki yang  menggerakkan jemarinya. Ia merespon semua yang telah dilakukan Sarada. Kehangatan yang di salurkan Sarada memberikan respon positif di tubuhnya yang mulai membeku.

***

"Sangat bagus ia kini telah tiada, rahasia mu pun juga terkubur bersamanya."

Hinata terperangah mendengar pernyataan lelaki yang berada di hadapannya ini. Sangat mudah bibirnya melontarkan hal itu. Ia tak menyangka lelaki ini ikut campur urusannya.

"Apa kau gila?" tanya Hinata sarkas.

Lelaki itu hanya tersenyum miring dan sorot matanya yang kosong terasa aneh. Atmosfer di ruangan ini tiba-tiba terasa berat dan mencekam. Lelaki itu mendekati Hinata dan meremas kedua bahu kecilnya.

"Sssttt, diam lah imouto. Biarkan nii-chan mu ini membantumu." Setelah berucap lelaki itu tersenyum lebar padanya tapi itu terlihat menakutkan di mata Hinata. Tiba-tiba tubuh Hinata gemetar tanpa bisa ia kontrol.

"Kau tidak berencana aneh lagi kan?" Kali ini Hinata hanya memastikan pemikirannya. Sedari tadi ia berusaha berpikiran jernih namun terlalu banyak hal-hal menakutkan berkeliaran di otaknya.

"Aku akan melakukan segalanya untukmu walau harus menghancurkan orang lain bahkan hidupku sendiri," ucap lelaki itu terdengar manis tetapi mengandung sejuta makna tersirat.

Hinata hanya membeku mendengar pernyataan lelaki itu. Yang kini dapat didengarnya hanyalah suara tawa sumbang dari lelaki di hadapannya itu. Ia terlalu ceroboh membiarkan semua kelakuannya ketahuan oleh lelaki ini.

"Jadi, kau cukup diam dan lihat aku yang akan melakukan semuanya kini! Kau hanya perlu jadi milik ku, imouto." Lelaki itu memegang dagu Hinata seraya mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya.

"Kau gila nii-chan. Aku tak sudi menjadi milikmu," lirih Hinata yang masih dapat ditangkap oleh pendengaran lelaki itu.

Plakkk.

Brakk

"DIAM LAH BITCH!!!"

Hinata menerima tamparan keras dari lelaki itu hingga tubuhnya oleng dan terjatuh ke lantai. Terlihat jelas bekas tamparan tercetak di pipi putihnya. Lelaki itu tergesa mendekatinya dan membungkukkan tubuhnya agar setara dengan Hinata.

Ia mencengkeram kedua pipi Hinata dengan keras. "Aku terlalu baik dulu padamu hingga kini kau dapat melawan ku. Seharusnya dulu aku tak menuruti keinginanmu untuk bersama si kuning bodoh itu. Kau hanya milik ku Hinata, ingat itu!"

Ia menghempaskan wajah Hinata dengan kasar. Setelah mengancam gadis itu pun ia pergi meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Hinata yang kini hanya dapat menangis dalam ketidakberdayaannya di posisi yang masih sama.

Brakk

Pintu ditutup dengan keras oleh lelaki itu. Ia tak lupa mengunci pintu itu dan mengurung Hinata di dalamnya. Ia mengambil smart phone di dalam saku celananya dan mengetikkan sesuatu di layar. Ia mengangkat smart phone itu ke telinganya.

"Segera lenyap kan penghalang itu!" perintah lelaki itu mutlak dengan suara beratnya. Ia langsung menutup panggilan itu dan memasukkan benda tadi kembali ke saku celananya. Lelaki itu tersenyum miring dengan mata kosongnya. Pergi berlalu meninggalkan tempat itu untuk kembali merencanakan misinya. Semua kini berada dalam genggamannya. Tak akan ada satu pun yang dapat menggangu miliknya lagi.

To be Continued

***

Hallo guyss ....

Nuna update nih cerita😍😍

Sorry Nuna jarang update karena kesibukan lainnya. Semoga kalian tetap sabar menunggu ini cerita😭😭

Maafkan baru sempat ngerjain cerita ini karena baru selesai UAS dan nerima nilai. Maaf juga belum balas pesan kalian.🥺

Jan lupa berikan cinta kalian padaku dan terima kasih telah membaca cerita ini🥰🥰

Future DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang